Tok! Tok! Tok!
"Masuk saja, pintunya nggak dikunci."
Pintu tiba-tiba terbuka, menampakkan dua orang gadis. Yang satu memiliki rambut panjang sebahu berwarna jingga dengan iris mata berwarna pink. Dan, satunya lagi memiliki rambut panjang sepunggung berwarna coklat serta iris mata berwarna hijau.
"Hai! Kalian pasti Albert Wilson dan David Parker, 'kan? Perkenalkan, aku Jenna Mackenzie, singkatnya Jenna. Dan, ini adalah Alice Frances," ucap wanita berambut cokelat memperkenalkan diri sebagai Jenna.
"Hai, salam kenal. Panggil saja aku Alice," ucap wanita berambut jingga bernama Alice.
"Salam kenal juga! Panggil saja Dave," ucap Dave ramah.
"Panggil aku Albert saja. Salam kenal," ucap Albert, lalu tersenyum.
Lalu, Alice dan Jenna segera memindahkan barang-barang mereka ke dalam dua lemari yang tersisa. Kemudian, keempat penghuni kamar segera membereskan diri di kamar mandi.
Alice's POV
Tak membutuhkan waktu lama begiku untuk mengganti baju. Yah, karena setelah ini kami harus segera pergi ke kelas yang telah ditentukan.
Aku menghela napas. Hari pertamaku di sekolah baru, dan aku harus langsung menghadapi ruang kelas? Tidak ada libur dulu, hanya untuk sekadar membiasakan diri dengan lingkungan sekolah? Kejam sekali pihak sekolah ini.
Seragam yang kukenakan terdiri dari seragam putih biasa yang dilapisi oleh sweater vest berwarna hitam, dan rok berwarna merah dengan garis-garis berwarna ungu. Di kerah seragam, kukenakan pita berwarna sama dengan warna rokku, pola dan warna garisnya pun sama.
Beberapa menit setelah aku keluar dari kamar mandi, Albert pun juga keluar. Kini, dia juga memakai seragam yang persis sepertiku, hanya saja punyanya adalah versi lelaki.
"Wah, ternyata Albert tampan sekali ...," gumamku terpesona pada Albert.
Tiba-tiba, dia menatapku ke arahku. Sepertinya, dia menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya.
"Ada apa, Alice?"
"Ah! Ng-nggak ada apa-apa, kok! Tadi cuma pengen ngelihat jam aja, hehehe," jawabku gelagapan.
"Oh, begitu toh," jawabnya sambil tersenyum.
'Wajahnya semakin tampan kalau tersenyum ...,' batinku.
Ya ampun, sekarang aku tidak tahu lagi wajahku seperti apa sekarang.
Alice's POV (End)
Akhirnya, mereka berempat sudah selesai memakai seragam masing-masing. Mereka pun menyiapkan barang-barang yang sekiranya akan berguna seperti buku tulis, kotak pensil, dan SkyTab. Lalu, mereka berjalan meninggalkan kamar mereka.
Mereka memutuskan untuk menuju kantin sekolah terlebih dahulu, untuk sarapan sebentar. Awalnya, mereka hanya mengambil jalan asal saja karena tidak tahu letak kantin. Namun, keberuntungan ternyata berpihak pada mereka. Mereka dapat menemukan kantin sekolah itu.
Tak memakan waktu lama, mereka segera menuju meja 4 orang, yang berada di dekat jendela. Di kantin ini, suasananya tidak terlalu ramai. Mungkin, sebagian siswa sudah berada di kelas mereka masing-masing.
Dave tiba-tiba saja bangkit dari bangkunya. "Kalian mau pesan apa? Biar aku saja yang pesankan untuk kalian."
"Ah, aku pengin 2 Croissants dan teh hangat," ucap Albert.
"Aku pengin segelas susu putih saja," ucap Alice.
"Donat tanpa gula dan minumannya sama seperti Albert," ucap Jenna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skylar Academy
Fantasy[HIATUS] Sejak lahir, Albert dilahirkan dengan dua elemen. Ia pun merasa sedikit aneh dengan elemen keduanya. Karena itu, orangtuanya memutuskan untuk menyekolahkannya di Skylar Academy. Akademi elite yang banyak meluluskan penyihir dan petarung kua...