Path 0.8 - Tes Dadakan (Part III)

913 75 11
                                    

Pertarungan antara Albert dengan Zavier sangat sengit. Kedua belah pihak saling menyerang satu sama lain. Namun, tidak ada dari mereka yang mendapat luka sama sekali. Para murid yang menonton dibuat sangat terkejut akan itu.

Sementara itu, Alice sedang memperhatikan pertarungan Albert dengan terkagum-kagum. Ia tidak menyangka kalau partner nya itu bisa sehebat itu. Walaupun begitu, ia juga tetap berwaspada pada partner Zavier, yaitu Jesslyn.

Alice sedikit bingung dengan Jesslyn. Sejak pertarungan Albert dan Zavier berlangsung, Jesslyn tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya, ia pun tidak terlihat menggunakan kemampuannya untuk menyerang Albert maupun Alice. Karena itulah, Alice berwaspada. Ia tidak ingin mengambil risiko apapun.

Brakk!!

Alice membelalak matanya ketika melihat Albert terpental sampai membentur dinding arena, begitupun Zavier. Ia segera menghampiri rubuh Albert yang sedikit lemas dengan tergesa-gesa.

"Albert! Kamu nggak apa-apa?" tanya Alice khawatir.

Albert menganggukkan kepalanya pelan. "Aku nggak apa-apa, Alice. Jangan khawatir."

"Tunggulah sebentar, aku akan menyembuhkanmu."

Alice menaruh tangannya di atas perut Albert dan memejamkan matanya. Tiba-tiba, tangannya mengeluarkan cahaya berwarna biru muda. Albert dibuat terkejut akan itu. Tak lama kemudian, Alice membuka matanya dan mengangkat tangannya kembali. Luka di tubuh Albert sudah sembuh sepenuhnya. Albert menatap Alice heran sekaligus kagum.

"L-lukaku ... sembuh tanpa bekas sama sekali. A-Alice, k-kamu hebat sekali ...."

Alice bangkit berdiri, lalu mengulurkan tangannya kepada Albert. "Ayo berdiri, kita harus melanjutkan pertarungan ini."

Albert memegang tangan Alice, lalu berdiri. Ia tersenyum pada partner nya itu. "Baik, kita harus menyelesaikan ini secepat mungkin. Aku nggak tahu energiku bakal bertahan sampai kapan."

"Sekarang, kamu fokus saja melawan Zavier, biar aku yang melindungimu menggunakan sihirku. Aku juga bakal meningkatkan kewaspadaanku pada Jesslyn. Kayaknya dia memiliki rencana tersendiri," jelas Alice sambil menatap lawan mereka.

Albert menatap partner nya itu dengan bingung. "Kamu yakin dengan itu?"

Alice mengangguk mantap. "Sangat yakin."

Akhirnya, Albert melangkah maju ke depan. Di tangan kanannya, terdapat sebuah pisau bertarung alias dagger yang terbuat dari es. Suara sorakan para murid seketika terdengar. Sepertinya, mereka sangat menikmati pertarungan Albert dan Zavier yang sangat sengit.

Ketika jarak antara dirinya dengan Zavier sudah tidak terlalu jauh, Albert menghentikan langkahnya. Ia pun memasang kuda-kuda bertarung. Zavier pun sudah siap dengan kapaknya.

"Sekarang kau memakai pisau kecil seperti itu? Sepertinya, kau terlalu meremehkanku, ya?" ucap Zavier sambil menaikkan alisnya. Tiba-tiba, ia menyeringai. "Baiklah, kali ini aku akan mengerahkan seluruh kekuatanku tanpa ragu-ragu."

Zavier menaiki Centaur yang merupakan Sky-Pet-nya. Setelah itu, Jesslyn--yang sedari tadi tidak melakukan apa-apa--mulai beraksi. Ia mengeluarkan api dari tangannya, lalu ia mengarahkannya pada Zavier dan Centaur-nya. Ajaibnya, api itu tidak menyerang partner-nya itu, namun api itu malah menjadi baju zirah alias armor yang melingkupi tubuh Zavier dan Centaur-nya. Semua murid sangat terkejut dengan itu, begitupun Albert dan Alice.

Bagaimana ini? Aku nggak bakal bisa menyerang kalau dia dilindungi api kayk begitu. Pisau esku bakal langsung meleleh, batin Albert bingung.

"Albert, apa kau bisa mendengarku?"

Albert tersentak kaget mendengar suara itu. Suara siapa itu? Kenapa tiba-tiba muncul di pikirannya?

"Ini aku, Alice. Aku sedang bertelepati denganmu."

Albert menautkan alisnya bingung. Alice? Ia pun menoleh ke belakang, mendapati Alice sedang menatapnya lekat-lekat. Ah, ia baru saja ingat. Alice memang memiliki kekuatan pikiran selain kekuatan air. Pantas saja ia bisa melakukan itu.

Kenapa tiba-tiba kamu bertelepati denganku, Alice? Apakah ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku?

"Iya, kayaknya aku punya sebuah cara untuk menghilangkan armor apinya itu. Tapi, aku butuh bantuanmu."

Apa itu? Bilang aja!

"Aku ingin kamu memancingnya. Waktu aku bilang berhenti, aku ingin kamu menciptakan penjara atau apa pun yang bisa mengurung seseorang dari elemen anginmu. Bisa?"

Oke, aku akan langsung memancingnya sebisaku.

Albert pun memasang kuda-kuda, bersiap untuk melancarkan beberapa serangan. Setelah itu, ia berlari dengan sangat cepat ke depan, lalu melemparkan beberapa pisau es ke arah Zavier dan Centaur-nya. Namun, ketika pisau itu sudah sangat dekat, Zavier segera mengayunkan kapaknya yang berapi-api, menciptakan hawa panas yang membuat pisau-pisau es itu langsung meleleh.

Ia menyeringai. "Hah, hanya itu kemampuanmu? Baiklah, sekarang adalah giliranku!"

Tak lama setelah itu, Centaur milik Zavier langsung berlari menuju Albert dengan sangat cepat, seperti kuda yang sedang berlari. Sedangkan, Zavier bersiap-siap untuk menyerang Albert dengan kapaknya. Ia menatap Albert tajam, seperti elang yang mendapatkan mangsanya.

Namun, bukannya takut, Albert malah tersenyum tipis. Ia berhasil memancingnya. Karena itu, Albert berlari ke arah lain. Dan seperti dugaannya, Zavier terus-menerus mengejarnya.

"Albert! Sekarang!" seru Alice.

Albert segera melakukan hal yang diminta oleh Alice sebelumnya. Ia mengangkat tangannya ke atas, mengumpulkan angin yang ada. Lalu, perlahan ia membuat sebuah penjara yang berbentuk seperti sangkar burung. Semua murid yang menonton, bahkan para guru, sontak terkagum dengan apa yang dilakukan oleh Albert.

Lalu, Albert segera mengarahkan penjara angin itu ke atas Zavier, lalu mengurungnya. Zavier membelalak kaget.

Sebelum Zavier sempat melakukan sesuatu, Alice mulai melakukan aksinya. Ia mengarahkan tangannya ke atas penjara angin itu, lalu sebuah lingkaran sihir muncul. Tak lama kemudian, dari lingkaran sihir itu, muncullah peluru air yang sangat banyak, meluncur dengan kecepatan tinggi ke bawah bagaikan hujan, ke arah Zavier dan Centaur-nya.

Karena hujan peluru air itu, terdengar suara dentuman yang keras. Asap pun menyelimuti udara, membuat para penonton tidak bisa memperhatikan pertarungan di stadium dengan jelas.

Asap itu menghilang, menyisakan pemandangan yang sangat mengejutkan.

Terlihat Zavier dan Centaur-nya terkapar tak berdaya di atas tanah. Tak sadarkan diri. Jesslyn, partner-nya, sangat terkejut melihat itu, begitu pula para penonton. Setelah itu, Jesslyn malah tersenyum, lalu mengangkat tangannya.

"Kuakui, kalian berdua memang hebat. Kami menyerah," ucap Jesslyn.

"Baiklah! Pemenang dari babak ini adalah ... Albert dan Alice dari kelas 10 - B!"

*****

Skylar AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang