Edisi Donghyuk x Jimin (again)
"Jimin! Ada teman tuh di depan!"
Teriak ibunya Jimin, membuat gadis itu bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar kamarnya.
"Siapa, ma? Udah malam gini juga," tanya Jimin yang bingung. Pasalnya tidak pernah ada yang mencarinya pada jam-jam segini. Kalau pun ada, pasti orang tersebut akan menghubungi Jimin terlebih dahulu.
"Kamu liat aja sendiri," jawab ibunya Jimin cuek dan buru-buru duduk di depan tv. Biasa, kalau malam-malam, kan, ibu-ibu suka nonton sinetron.
Jimin pun dengan malas berjalan ke pintu depan rumahnya. Setelah membuka pintu tersebut, matanya menangkap sosok lelaki yang dikenalinya tengah berdiri di hadapannya.
"Mau ngapain lo? Masih belum puas ceramahin gue?"
Jimin yang masih kesal dengan orang tersebut pun langsung mengeluarkan pertanyaan pedas.
"Nih."
Sang tersangka tidak menjawab pertanyaan Jimin. Ia justru menyodorkan sebuah plastik dengan sebuah buku di dalamnya.
"Apaan? Mau nyuruh gue belajar yang rajin?"
Melihat buku yang ada di dalam plastik tersebut, membuat Jimin merasa terhina. Ia tahu kalau dirinya tidak seperti lelaki di depannya itu yang suka sekali membaca buku dan selalu mencari ilmu lebih dari yang didapatnya di sekolah.
"Katanya mau pinjam? Gue udah baik-baik mau minjamin juga. Sekalian udah gue tandai yang bakal gue ringkas."
Yap, benar sekali. Lelaki itu adalah Kim Donghyuk, teman sekelas Jimin. Lelaki yang menyandang peringkat satu di kelasnya sejak semester satu dulu. Lelaki yang tadi siang membuatnya naik darah dan terjadilah pertengkaran kecil diantara mereka.
"Gak perlu. Gue bisa beli sendiri bukunya. Atau gue pinjam sama yang lain," masih dengan gengsi yang besar, Jimin menolak kebaikan Donghyuk.
"Jim, gue bela-belain datang ke rumah lo malam-malam. Gue rela ngebut buat tugas bu Luna biar bisa ngasih bukunya untuk lo. Gak ada rasa terima kasih sedikit pun di benak lo?"
"Gue gak nyuruh lo datang ke rumah gue. Gue juga gak nyuruh lo ngebut buat tugasnya bu Luna. Jadi ngapain juga gue harus berterima kasih sama lo?"
Donghyuk menghela napasnya, mencoba untuk meredakan amarahnya. Niatnya datang ke rumah Jimin untuk berbaikan dengan gadis itu seperti saran dari teman-temannya yang lain, namun gadis itu justru menunjukkan sikap tak suka padanya.
"Ya, lo emang gak nyuruh gue, tapi gue ngelakuin semua itu karena gue peduli sama lo."
"Ok, gue minta maaf atas omongan gue tadi siang. Maaf kalau gue udah buat lo sakit hati, tapi sekali lagi, Jim, yang gue bilang itu juga baik buat lo."
Jimin hanya bisa diam. Sejujurnya, ia juga tak mau diam-diaman apalagi sampai beradu mulut seperti ini. Ia juga tak ingin mereka pecah seperti yang dikatakan Yuju dan Eunha. Namun entahlah, rasanya dia begitu susah untuk menerima omongan Donghyuk meskipun itu benar adanya.
"Gue pulang. Jangan telat tidur biar besok gak kesiangan," ucap Donghyuk setelah memaksa Jimin menggenggam plastik berisi buku itu.
Dengan senyuman manisnya, ia pun pergi dari rumah Jimin. Meninggalkan gadis itu sendiri yang masih membeku di tempatnya berdiri.
Jimin pun berbalik, menutup pintu rumahnya dan berjalan menuju kamar tidurnya.
Sesampainya di kamar, ia langsung mengambil handphone miliknya yang tergeletak di atas meja belajar. Dengan cekatan, jari-jarinya mengetik sebuah pesan untuk seseorang.
"Gue juga minta maaf. Terima kasih udah mau peduli sama gue."
Donghyuk hanya bisa tersenyum melihat dua kalimat yang dikirim Jimin untuknya.
"Gue akan selalu peduli sama lo, Jim. 'Cause you're special for me"
끝?
KAMU SEDANG MEMBACA
97 LINE
De Todo✖ tidak semua idol kelahiran 97 menjadi pemain ✖ ⚠ GAJE ⚠ ⚫#63 in 97line (110518) ⚫ ⚫#5 in 97line (260618) ⚫