#29

1.5K 110 38
                                    

Pukul sebelas, Park Jihyo akhirnya sampai di tempat janjiannya dengan para teman. Namun tak satupun dari teman-temannya yang ia temui, bahkan rasanya suasana di tempat yang beberapa kali ia datangi itu sedikit berubah dari biasanya.

Dengan perasaan kesal, Jihyo mengeluarkan handphone miliknya dan mencari kontak Mina, tersangka yang memaksanya datang hari ini.

"Dimana lo? Gue udah sampe dan gak ada siapapun," dengan tidak santainya Jihyo bertanya pada Mina seketika panggilannya dijawab.

"Elah buk santai aja ngomongnya. Gue otewe ini. Tunggu aja di situ lima menit lagi gue sampe," balas Mina membuat yang lainnya tertawa melihat kekesalan Jihyo dan akting Mina untuk mengelabuinya.

"Good job, Min," Rose mengacungkan kedua jempolnya pada Mina.

"Nah, Jun, lo nongol sana. Pokoknya harus berhasil. Awas lo sampe sana malah diam," ujar Yuju yang tak lupa memperlihatkan kepalan tangan kanannya bermaksud untuk mengancam Junhoe.

"Iya, doain aja gue gak lupa ingatan tiba-tiba," Junhoe pun beranjak dari tempat persembunyian mereka.

Setelah memastikan bahwa ia telah siap dan mendapat dukungan serta doa dari para sahabatnya, Junhoe pun melangkah dengan pasti semakin mendekati Jihyo yang tengah duduk di sebuah bangku panjang.

Tangan gadis itu sibuk mengutak-atik handphone-nya dengan tidak minat. Bosan telah menghampirinya selagi menunggu Mina yang katanya akan segera sampai.

"Mana sih itu manusia pada? Otewe apanya? Jangan bilang baru aja berangkat," Jihyo melirik jam tangan miliknya. Sudah lebih dari lima menit yang dijanjikan Mina, namun temannya itu belum juga sampai.

"Jihyo...,"

Ia menghela napas lega, akhirnya Mina sampai juga. Padahal ia berencana untuk segera pulang jika dalam dua menit lagi Mina tidak sampai juga.

"Loh, Junhoe?"

Kaget Jihyo setelah melihat siapa gerangan yang memanggil namanya.

"Yang lain mana? Lo sendiri aja?"

Junhoe diam sesaat. Jihyo bersikap biasa saja seolah kejadian beberapa hari lalu tak pernah terjadi. Hal ini justru membuat ia bingung untuk mengungkapkan perasaannya.

Ia takut jika ternyata Jihyo sudah melupakan masalah mereka dan mencoba untuk kembali seperti biasanya dan ketika ia mengungkitnya kembali justru akan membuat Jihyo marah padanya.

"Ada yang mau gue omongin sama lo," mengikuti kata hati, akhirnya Junhoe memilih untuk tetap mengungkapkannya.

"Ngomong aja."

"Sebelumnya gue mau minta maaf soalnya beberapa hari yang lalu. Gue juga minta maaf buat lo ngerasa kayak digantungin. Bukan maksud gue untuk mempermainkan perasaan lo, tapi gue cuma gak berani untuk menyatakannya.

"Iya, gue emang pengecut. Gue takut kalau ternyata lo nolak gue. Gue juga takut kalau pertemanan kita jadi renggang. Gue terlalu memikirkan kepentingan gue sendiri sampai gak sadar kalau selama ini lo udah nunggu gue."

Jihyo diam, bahkan rasanya angin yang berhembus pun tak menyentuh kulitnya. Ia sama sekali tak mengira jika Junhoe berpikir seperti itu. Ia tidak menyangka jika Junhoe memikirkannya sampai sejauh itu.

"Gue cinta sama lo, Hyo. Lo boleh kok nolak gue asal kita tetap berteman seperti biasa. Dan, please, jangan terima Eunwoo."

Perasaan Jihyo kalut, ia bingung harus bagaimana. Apa yang sebenarnya ia rasakan? Senang? Sedih? Marah? Atau justru kecewa?

"Jun, gue yakin lo tau gimana perasaan gue sama lo, tapi maaf, gue gak bisa terima lo untuk saat ini,"

Saat itulah hati Junhoe hancur berantakan. Seakan menyesal telah menyatakan perasaannya pada jihyo jika ternyata hasilnya seperti ini. Namun ia lebih menyesal tidak menyatakannya dari dulu.

"Gue kasih lo waktu untuk buktiin kalau lo serius sama gue. Maaf, gue terlanjur ngira kalau lo cuma main-main doang,"

Jihyo menundukkan kepalanya. Sedari tadi ia berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. Disatu sisi ia senang, namun tak dapat dipungkiri jika ia juga kecewa atas tindakan Junhoe.

"Ok, gue terima keputusan lo. Gue bakal buktiin kalau gue serius, tapi gue mohon jangan terima Eunwoo," Junhoe menggenggam erat kedua tangan Jihyo. Memberinya sebuah keyakinan bahwa ia sungguh-sungguh dan tak akan mengulangi apa yang telah ia lakukan.

"Akhirnya baikan juga," teriak Mina setelah lelah bersembunyi.

"Gue setuju sama keputusan lo, Hyo. Ini anak perlu dikasih sedikit pelajaran udah buat anak orang menunggu," kali ini Jimin yang ikut menumpahkan kekesalannya.

"Gue doa yang terbaik aja dah. Ya, walaupun gue maunya kalian jadian sih, kan lumayan juga makan gratis," Bambam tertawa puas meski yang lainnya cuma bisa diam dan menatapnya tajam.

"Sejak kapan kalian datang?" tanya Jihyo bingung ketika melihat semua temannya sudah berada di depannya.

"Tunggu, jangan bilang ini kerjaan kalian?"

Mereka semua tersenyum lebar tanpa berniat untuk menjawab lebih rinci pertanyaan Jihyo.

"Lo udah janji, Jun. Jangan sampe lupa terus buat Jihyo nangis lagi," Nasihat Donghyuk yang dibalas anggukan sama Junhoe.

"Gue janji gak akan buat Jihyo nangis dan sakit lagi. Lo semua boleh pukul gue kalo ternyata gue ingkar janji."

"Oke, gue orang pertama yang bakal hajar lo," Jungkook menaikkan lengan bajunya seolah bersiap untuk memukul Junhoe.

"So, ini pada mau dimakan gak kuenya? Gue laper soalnya," Eunha cuma bisa nyengir sebelum tangannya mengambil sebuah bolu buatan Minseo.

"Gue juga lapar btw," Seokmin pun segera berlari menuju sebuah meja yang berisi makanan dan minuman yang telah mereka siapkan.

"Yuklah, kita makan."

"Kapan-kapan buat BBQ party kuy!"

"Ayuk!!!"



Maaf jika tidak memuaskan 🙇

Btw, kalian line berapa?
(Pasti di bawah aku 😓)

97 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang