Seoul, 2016
"Kau masih merokok?"
"Memangnya kenapa?"
Jiyeon tersenyum menanggapi respon dingin lelaki di sampingnya. Lelaki yang ia cintai sepenuh hati. Lelaki yang telah menemaninya selama empat tahun terakhir.
Dia sangat tampan, tatapan matanya tajam, hidungnya lancip mancung, bibirnya tipis, dan rahangnya kokoh.
Si pembuat onarー
Jeon Jungkook.
"Well, aku hanya mengingatkan."
Jiyeon mengambil tempat di samping Jungkook, menghadap sungai Han. Ia menatap ke samping, membalas tatapan aneh Jungkook padanya. Kedua netranya berkedip, sedikit sayu, senyumnya tidak sampai ke mata.
Hanya beberapa detik, lelaki itu membuang putung rokok, menginjak lalu menyingkirkannya jauh-jauh kemudian tatapannya kembali terpusat pada Jiyeon.
Mereka terdiam, Jungkook masih fokus menatap Jiyeon dalam sedangkan yang ditatap mengalihkan pandangan ke hamparan pemandangan di hadapan.
"Kenapa? Apa aku cantik?"
"Pecaya diri sekali." Jungkook mendengus kesal sambil menoyor kepala Jiyeon tapi tak membuat Jiyeon tersinggung karena itu semua sudah biasa ia terima. Kadang kata-kata yang disampaikan Jungkook itu bertolak belakang, lihat saja wajah memerahnya yang berusaha ia tutupi saat ini.
Jiyeon tertawa, Jungkook sangat menggemaskan.
Keheningan kembali menyelimuti mereka. Jiyeon merasa nyaman dengan hal tersebut berbeda dengan Jungkook yang tampak gusar. Karena ia tak bisa menerka apa yang sedang otak cantik itu pikirkan.
"Kalau kau hanya diam lebih baik tidak ke sini. Membuang waktuku saja."
Nadanya datar tetapi mampu menampilkan senyum cerah di wajah Jiyeon.
Jungkook tidak pernah berubah.
Jungkook yang manis dengan caranya sendiri.
"Kau sangat perhatian Jeon!"
"Cepat katakan."
Gadis itu menghela napas berat kemudian menunduk. Bibirnya mencoba melukiskan segaris senyum tipis tapi sarat akan luka. Secara mengejutkan, Jungkook tak sengaja melihat sebutir air mata jatuh menapak tanah.
"Orang tuaku akan bercerai." Jungkook masih menyimak dengan raut terkejut. "Berita yang benar benar memukulku. Bukan itu yang aku ingin dengar saat ini, tetapi mereka mantap mengakhiri pernikahan. Ibu memaksaku dan Jimin ikut dengannya tapi Ayah memintaku dan aku baru saja wisuda, Jeon."
"Apa hubungannya ?" Tentu saja ia dan otak bebalnya tidak mengerti. Perlu diketahui Jungkook tidak melanjutkan pendidikan setelah lulus sekolah menengah, ia hanya tidak mau membuang waktu toh tetap saja ia bodoh. Berbeda dengan Jiyeon yang baru saja lulus dan siap mengejar cita-citanya sebagai seorang desainer ternama.
"Itu artinya aku akan pergi meninggalkan Seoul, Ayah akan mengajakku tinggal di Australia karena perusahaan memindahnya ke sana."
Sontak ia menoleh cepat, Jiyeon akan pindah ke Australia? Meninggalkannya?
"Kau pasti bercanda." Jungkook memaksakan tawa sarkas yang sama sekali tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"Jika aku bisa aku ingin mengatakan semua ini hanya candaan, Sayang."
Mereka terdiam. Semilir angin malam memainkan rambut keduanya, menyalurkan sebuah gemelut perasaan yang tidak terungkapkan.
"Lalu aku bagaimana?" lirih Jungkook setelah beberapa menit, menimbulkan kepingan kebingungan baru dalam benak Jiyeon. Bergegas ia beranjak memeluk Jungkook dari samping.

KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✓ ] Fate
FanfictionTakdir tidak akan sebaik itu dalam menuruti segala keinginan manusia yang menggantungkan nasib padanya. Manusia bisa saja berencana tetapi ada tangan lain yang lebih berkuasa dalam sebuah kehidupan. Karena Jiyeon tidak pernah bisa memilih dengan si...