"Apa kau yakin?"
"Ya, sangat yakin. Sudah cukup lama aku membiarkannya bebas di sana." Pria itu menyesap kopinya sedikit. "Sudah saatnya ia pulang."
"Kau bisa mendirikan perusahaan ritel di sana, aku sudah menghubungi salah satu rekanku dan dia setuju bekerja sama denganmu."
Jungkook tersenyum, Jaehyun memang bisa diandalkan.
"Berapa lama?"
"Sekitar dua tahun "
"Terlalu lama, Jung!" protes Jungkook tak sabaran. Jaehyun gila, kalau dua tahun, lebih baik Jungkook membeli franchise yang sudah ada saja tanpa mendirikan bangunan sejak awal. Jungkook sudah tidak bisa bersabar lebih lama.
"Kau pikir cepat mendirikan sebuah perusahaan?" cibir Jaehyun.
"Astaga, apa aku harus menjemputnya sekarang?"
"Memangnya kau sudah menghubunginya?"
Jungkook terdiam, sudah lama sekali sejak terakhir ia menghubungi Jiyeon. Sudah sangat lama sampai Jungkook sendiri lupa kapan tepatnya. Setahun yang lalu?
"Entahlah."
"Jangan gila. Bisa saja sekarang Jiyeon memiliki kekasih bule yang tampan di sana."
"Jaehyun!" protes Jungkook tak terima.
"Apa? Kau pikir itu tidak mungkin? Ayolah Jeon, Jiyeon itu cantik dan pasti banyak pria yang mengantri untuknya di sana."
Jaehyun mencoba menyadarkan Jungkook bahwa Jiyeon bukan gadis bodoh yang menunggu dijemput pangerannya. Drama percintaan mereka telah usai tanpa kejelasan sama sekali.
Jungkook tidak menghubungi pun Jiyeon tampaknya abai. Gadis itu juga tidak mencoba mencari Jungkook atau sekedar menanyakan bagaimana kabar Jungkook tanpa dirinya. Jiyeon juga total menghilang bersama semua sosial medianya yang tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Jungkook terdiam memikirkan semua ucapan Jaehyun. Jauh dalam lubuk hatinya ia mencoba percaya Jiyeon akan menunggunya meskipun sekarang kepercayaan itu mulai memudar karena Jiyeon bahkan tidak pernah berjanji untuk menunggu.
Tersisa Jungkook dengan perasaannya yang terluntang-lantung menunggu vonis kematian.
×
×
×
Jiyeon berlari menghampiri Krystal yang menunggunya di depan gerbang."Kau hampir telat, Nona" sindir Krystal sambil melirik jam ditangannya.
"Ayahku lupa membangunkanku."
Jiyeon bertopang pada lutut, lelah. Ia berlari dari halte bis demi mencapai kelas tanpa terlambat. Ketidakberuntungan sedang menimpanya hari ini. Jiyeon bangun 10 menit sebelum kelas dimulai.
"Cepat, Mr. Carl tidak segan - segan memberikan nilai D jika kau sering telat."
Belum selesai Jiyeon melerai napas, Krystal sudah menariknya menuju kelas.
"Pelan-pelan, Krystal!"
"Kudengar butikmu mendapat banyak pesanan?"
Jiyeon mengangguk senang, butiknya berkembang dengan cepat. Letak tentu saja berperan besar dalam perkembangannya.
"Kemarin ada tiga pelanggan untuk bulan depan dan tiga bulan lagi."
"Woah, tiap datang ke butikmu rasanya aku ingin menikah."

KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✓ ] Fate
FanfictionTakdir tidak akan sebaik itu dalam menuruti segala keinginan manusia yang menggantungkan nasib padanya. Manusia bisa saja berencana tetapi ada tangan lain yang lebih berkuasa dalam sebuah kehidupan. Karena Jiyeon tidak pernah bisa memilih dengan si...