Sydney, 2021
"Sudah siap?"
Jiyeon mengangguk. Memeriksa kembali barang bawaannya. Semua kopernya terisi penuh, pun beberapa tas jinjing. Dua buah taksi bandara sudah sampai sejak lima menit lalu. Tapi Jiyeon masih tidak mau beranjak pergi.
"Sepuluh menit lagi," pinta Jiyeon pada Jisung yang tersenyum mengiyakan. Mungkin Jiyeon butuh waktu sebelum benar-benar meninggalkan rumah yang telah ia tempati lima tahun lamanya.
Ya, setelah enam tahun tinggal di negeri kanguru, Jiyeon memutuskan untuk kembali. Kebetulan Jisung juga sudah pensiun dari pekerjaan dan setuju untuk kembali ke Korea. Meskipun kehidupan di negeri orang teramat menjanjikan, tetap saja tanah kelahiran yang paling dirindukan.
Kedua orangtua Jiyeon telah berdamai dengan waktu. Sejak awal keduanya memang tidak pernah bertengkar. Hubungan mereka baik-baik saja. Meskipun memang apa yang patah tidak bisa kembali disatukan.
Jiyeon masih berhubungan baik dengan ibu dan adiknya, Jimin, selama ini. Mereka masih sering bertukar kabar melalui sosial media. Kadang Jiyeon akan menelepon jika punya waktu senggang. Seringnya Jimin yang menelepon duluan karena pemuda baru dewasa itu sedang gencar-gencarnya mencari jati diri.
Jiyon merogoh kantong, mencari ponsel kemudian sigap memotret setiap sudut rumahnya. Untuk kenang-kenangan kalau kangen nanti. Bagaimanapun juga ia tumbuh dewasa di tempat ini. Banyak kejadian yang telah mendewasakannya selama di Australia.
Kini Jiyeon pulang ke Korea membawa banyak pelajaran hidup yang mungkin tidak didapatkannya jika tetap di Korea waktu itu. Selain itu juga Jiyeon menemukan titik balik kehidupannya di Australia, di Sydney. Tentang mimpi, masa depan, jatuh bangun dunia percintaan, dan semuanya.
Meskipun berat, tapi Jiyeon harus meninggalkan para sahabat yang selama ini menemani. Krystal dan Luna menangis keras saat Jiyeon berkata akan kembali ke Korea. Begitu pula Johnny dan Lucas yang sempat mencoba menahan, namun pada akhirnya tetap menghormati keputusan Jiyeon. Serta AliceーJiyeon memutuskan untuk menunjuk Alice mengelola butiknya yang sesekali akan ia kunjungi.
Mengenai Johnny, sulit sekali bagi Jiyeon untuk mempertegas. Akan tetapi apa pun langkah yang diambil, jelas akan tetap melukai pria Chicago tersebut. Maka Jiyeon memberikan batas atas perasaan Johnny yang tak akan pernah berbalas. Jiyeon sudah pernah mencoba, tapi mencintai bukanlah sembarang berusaha, dan akhirnya Jiyeon menyerah untuk mencoba.
Akhirnya dengan berat hati Johnny mengerti. Ia pun meminta agar Jiyeon tetap melihatnya sebagai teman baik yang menemani selama di Australia.
"Jiyeon, ayo!"
Lamunan Jiyeon terhenti ketika Jisung kembali menginterupsi tak sabaran. Pesawat mereka akan berangkat dua jam lagi dan perjalanan ke bandara memakan waktu hampir lebih dari setengah jam.
"Baik, Ayah!"
Dengan senyum lebar Jiyeon menggeret koper terakhir. Melangkah meninggalkan rumah. Di teras, Jiyeon sempat melihat lagi rumahnya selama beberapa menit, sebelum kemudian dengan senyum terkembang lebar Jiyeon masuk ke dalam taksi.
Di Korea, Jiyeon siap membuka kembali lembaran langkah.
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤ
ㅤ•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤㅤ
ㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤ
Ini tentang Korea, tepatnya ibu kota bernama Seoul di mana semuanya dimulai. Mengenai kisah cinta yang mengambang begitu saja. Perjalanan yang macet di tengah jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✓ ] Fate
Hayran KurguTakdir tidak akan sebaik itu dalam menuruti segala keinginan manusia yang menggantungkan nasib padanya. Manusia bisa saja berencana tetapi ada tangan lain yang lebih berkuasa dalam sebuah kehidupan. Karena Jiyeon tidak pernah bisa memilih dengan si...