Start

183 42 0
                                    

"Jiyeon bisakah kau diam? Ayah pusing melihatmu dari tadi."

Jisung memprotes ketika Jiyeon kembali lewat di hadapannya untuk yang kelima kali pagi ini.

"Ayah aku sedang bingung."

Jiyeon memainkan ponsel di tangannya, seperti sedang berpikir keras.

"Apa yang mengganggumu?"

Jiyeon segera meringsek ke sebelah Jisung lalu menunjukkan beberapa gambar bangunan pada Jisung yang semakin tak mengerti.

"Ayah coba lihat, bukankah bangunan ini cukup strategis?"

"Hmm, ya, lalu kenapa?"

Jisung memperhatikan lagi, bangunan itu tepat berada di pusat kota Sydney, tentu saja sangat strategis.

"Aku ingin menyewanya lalu mendirikan butikku sendiri."

Mata Jiyeon berbinar saat mengutarakan niatnya sedangkan Jisung tampak mendelik tak percaya.

"Jiyeon, pasti mahal sekali menyewa bangunan di daerah itu."

"Aku tahu Ayah. Aku punya uang tabungan yang mungkin bisa menutup sewa selama 6 bulan penuh."

"Kau sudah menanyakan harga?"

Jiyeon mengangguk mantap. Ia benar - benar serius dengan cita-citanya dan ini adalah kesempatan besar.

"Ya, Johnny yang memilihkannya untukku."

Jiyeon memang diberitahu Johnny jika ada sebuah bangunan bekas toko roti di depan kantornya. Johnny dan Jiyeon sependapat jika tempat itu akan sangat cocok jika direnovasi menjadi sebuah butik pengantin impian Jiyeon.

"Terserah kau saja. Ayah bisa membantumu menutupi sewa setahunnya."

Jiyeon menggeleng. "Tidak Ayah. Aku akan mencari uangku sendiri. Terima kasih, Yah."

Jiyeon memeluk Jisung erat.

Jiyeon akan memulai langkahnya sekarang. Ia akan mencoba hidup tanpa kekhawatiran di negeri kanguru ini. Tidak lagi dengan bayang-bayang masa lalunya.

Jungkook menjanjikan rumah untuk kembali tapi Jiyeon tidak akan menunggu Jungkook dengan diam. Beberapa tahun bukanlah parameter waktu yang jelas. Jiyeon tidak ingin menjadi gadis bodoh yang sia-sia.

Jiyeon berlari keluar rumah, masuk menerobos rumah sebelah dengan serampangan.

"Astaga, Jiyeon! Pintu rumahku tidak berfungsi bagimu, ya?" sindir Johnny yang terlonjak kaget melihat Jiyeon sudah duduk manis di salah satu kursi makan.

"John! Ayahku menyetujuinya!"

Jiyeon mengepalkan kedua tangan di udara dengan wajah merekah.

"Itu bagus, besok kita akan ke sana."

Jiyeon mengangguk senang lalu mencomot sepotong pie daging buatan Johnny.

Omong-omong, Jiyeon masih sedikit berpikir tentang celetukan Johnny ketika mengantarnya pulang waktu itu tapi Jiyeon tidak berani bertanya.

Toh, keduanya tidak membahas lagi masalah malam itu.

Melihat wajah kebingungan Jiyeon malam itu, Johnny malah tersenyum lalu mengusak rambut Jiyeon dan menyuruhnya segera masuk rumah tanpa percakapan lebih lanjut.

Jadi, Jiyeon masih tidak tahu apa yang sedang mereka omongkan waktu itu.

Saran Krystal? Dating? You sure?

Jiyeon tidak percaya. Mungkin Jiyeon tidak mengingat saran Krystal lainnya yang dimaksud Johnny dan lebih masuk akal selain itu.

×

[ ✓ ] FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang