1

166 10 3
                                    


Cinta Itu hayalan. Cinta itu obsesi. Dan Cinta itu konotasi kata yang tidak berguna

_____________________________

Matahari terbit begitu terik setelah semalam Ia malu untuk menemaniku.

Seperti pagi pagi biasanya, Ibu Ku telah membangunkan ku dari kekasihku. Kasur adalah kekasihku. Sebenarnya Aku sudah bangun sejak jam empat pagi. Karena agama ku adalah kristen, sudah kewajibanku untuk doa pagi menyembah Tuhanku.

Tapi karena kupikir hari masih gelap, jadi aku kembali kepada kekasihku. Dan Aku menutup mata sangat pulas. Hingga tak terasa Ibu sudah membuka gorden kamarku. Cahaya sang surya juga sudah merambat masuk.

Aku berjingkat kaget karena ku tengok Jam dinakas menunjuk angka 06.30.
Pikiranku sungguh mengembara tanpa arah. Karena tak biasanya aku akan terlambat masuk sekolah.

"Selamat pagi Ibu, Ibu mau ke resto ya? Kita berangkat bareng aja ya!"
Ajak ku padanya.
Ibu ku bernama Adelia yang artinya adalah bunga yang indah. Memang hatinya sangat indah. Dan parasnya begitu cantik. Aku pun mewarisi paras nya namun kulitku lebih hitam dari Ibu.

"Cepat nak, Ibu sudah tidak ada waktu. Keburu pelanggan datang." Kata Ibu melihatku mengulum senyum.
Aku hanya mengangguk dan pergi kedalam kamar mandi.

Ibu ku punya resto kecil. Jika pagi menunya adalah soto dan lontong sayur. Lumayan ramai jika dilihat lihat. Jika malam hari rumah makan Ibu disulap Abang menjadi kafe. Keren sih kafenya. Cocok banget buat tongkrongan anak muda dijaman now ini.

Aku keluar kamar mandi, hanya lima belas menit saja berada didalam. Ya begitulah, Aku tidak mandi hanya mencuci muka, gosok gigi, dan menggunakan parfum yang banyak di atasan kemejaku. Waktu sudah mepet tak ada kesempatan untuk Ku mandi.

Jika Aku mandi mungkin Aku akan sampai ke sekolah jam sembilan. Sekolah ku jauh dari rumah, Aku harus menggunakan bus umum jika berangkat ke sekolah.

"Ayo nak kita berangkat!" Suara Ibu, sudah menggelegar di seisi penjuru rumah. Ibu bisa marah jika Aku tak keluar kamar buru buru. Ibu akan mengomel seharian jika pelanggannya sudah sepi karena Aku yang lama.

"Iya Ibu Ku yang jelek." kataku mencelanya sambil mengikat sebelah tali sepatuku.

***

Aku dan Ibu sudah berada dalam bus. Setelah sekian lama Aku menunggu bus dihalte.

Bus ramai seperti kerumunan lalat yang sedang hinggap pada bau tak sedap. Aku tak mendapatkan tempat duduk, ya karena umurku yang muda Aku harus merelakan kursiku untuk yang lebih tua.

Ok Bus sudah berhenti didepan sekolah ku. Aku segera berpamitan kepada Ibu dan turun untuk menyebrang.
"Era berangkat ya Bu, nanti pulang sekolah Era ke kafe abang."

" jangan lupa sekolah yang pintar jangan nakal. Era Harus buat Ibu bangga." Ibu mengusap kepalaku dengan sayang.

"Siap 86" kata ku memberinya hormat bak komandan angkatan militer.

Halte sekolah ada di sebrang jalan raya. Alhasil Aku harus menyebrang, padahal Aku tidak bisa menyebrang. Walaupun terbilang Aku sudah besar tapi aku sering kali hendak tertabrak kendaraan jika menyebrang.

Angin Si PerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang