3

69 9 6
                                    

JIKA HIDUPKU ADALAH KAMU. AKU TIDAK AKAN JADI SEPERTIMU.

_________________________________

"Dek bangun kamu! Ini jam berapa? Anak Cewek kelakuan kayak gitu!"

Suara Bang Nala tidak mengenakan pendengaranku. Lelahku semalam belum terbayarkan karena Aku hanya tidur tiga jam. Mata ini sudah menjadi mata panda, lingkaran hitam semakin menebal seperti lingkaran setan.

Ngantuk tidak bisa ku tahan. Hingga Aku dibangunkan Bang Nala. Suara Bang Nala nyelekit sekali tertusuk tusuk sudah hatiku dibuatnya.

"Iya iya mas, kamu itu kalau ngomong nggak bisa kalau nggak bikin hatiku ditusuk tusuk. Sakit hatiku tahu nggak?" Kataku meninggalkannya menuju kamar mandi.

Dia hanya tergugu melihat kepergianku Ke kamar mandi. Sikapnya yang tidak pernah peduli memang sudah menjadi filosofi dari dirinya. Dia turun dari kamarku dan tidur kembali di kamarnya.

Boro boro mengantarku sekolah, meminjamkan motornya untukku saja tidak mau. Entah mengapa Ibuku melahirkan Nya sebagai Abangku. Aku tidak boleh begitu, tapi Dia juga berpikir begitu. Coba saja belah kepalanya, kupastikan isinya penyesalan mempunyai Adik sepertiku. Berbeda dengan adik teman temannya yang Feminim dan cantik. Aku ya diriku sendiri, seharusnya Dia tidak membandingkan diriku dengan orang lain.

Mandiku jangan dipikir lama. Tahu sendiri jika Aku Wanita yang tidak mencerminkan Wanita. Ayah saja seringkali memarahiku karena Aku main sepak bola dengan Mas Guntur. Ibu juga memarahiku karena Aku bermain layang layang dengan Mas Lindu. Ahh... Mas Dasa sama saja. Dia memarahiku karena Aku mengambil buah mangga tetanggaku tanpa ijin bersama Mas Ralar.

Mereka adalah kawan kawan kecilku. Sekarang mereka telah pindah entah kemana. Aku sendiri tidak pernah mendengar kabar berita mereka. Kita berpisah saat Aku kelas satu SMP.

Selesai sudah berkemasku, Aku akan pergi kesekolah seperti biasa. Menggunakan angkutan umum sebagai transportasi utama. AKu turun dari kamar dilantai atas.

Kucari Ibu dikamarnya. Kamar Ibu sepi tidak berpenghuni. Menyisakan selimut yang tersusun rapi diatas tempat tidur. Bantal yang berjajar. Sangat Berbeda dengan kamarku yang sungguh berantakan.

Menurut buku yang ku baca, berantakan menandakan kejeniusan seseorang. Jadi Aku termasuk orang jenius. Itu sih Asumsiku sendiri. Nyatanya jika Aku jenius. Aku tidak pernah mendapat peringkat pertama selama Aku sekolah. Bahkan ketika Aku kecil Aku tidak pernah memenangkan perlombaan sama sekali. Hanya lomba tujuh belas Agustusan yang pernah Aku menangkan, itu pun menjadi kebangaanku.

Sudah siang ternyata, Kutengok Jam di pergelangan tanganku.
Aku segera bergegas agar sampai tepat waktu.

***

"Karawang! Karawang! Karawang!" Suara kenek bus menghiasi ramainya Bus Trans, sekarang ini. Andai saja Negaraku sudah cangih seperti Negara luar. Pasti ada kereta listrik yang tidak mengenal macat dan menghemat polusi udara.

Anak sekolah sepertiku sudah jarang yang menggunakan Angkutan umum. Mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil. Bagi orang kaya sih mudah untuk menghabiskan uangnya, dengan membekali anaknya satu orang satu kendaraan. Tapi beda denganku, keluargaku tidak memilikinya. Kami harus bekerja keras demi memenuhi Keinginan Kami sendiri, sedari kecil.

Banyak orang yang berlalu lalang memenuhi bus dan berdesak desakan. Ibu dan anak kecil berusia empat tahun masuk kedalam Bus. Mungkin Ibu itu akan mengantar anaknya kesekolah. Jika melihat anak itu Aku jadi teringat masa kecilku. Masa dimana Aku merengek kepada Ibu agar diijinkan naik mobil sedan merah bersama Ayah.

Angin Si PerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang