2

88 9 4
                                    

Kata Orang Jatuh Cinta adalah rasa paling indah yang harus dirasakan setiap orang. Tapi menurutku tidaklah begitu, namanya jatuh sudah dipastikan sakit.

  ________________________________

Malam pikuk ramai dengan berdesak desak untuk mengisi amunisi. Harumnya lilin, dan merdunya alunan keroncong dicampur gemulainya penari dance yang sedang menunjukkan kebolehannya masing masing sangat membuatku jengah.

Tak ada yang bisa kulakukan selain hanya duduk manis menikmati keramaian yang sangat tak kusukai. Yang lebih membosankan ketika semua orang sedang bermesra mesraan dengan pasangannya. Serasa dunia milik berdua. Apa mereka tidak sadar jika komponen Dunia juga ada Aku yang sedang duduk sendiri menyaksikan kebodohan publik.

Aku sedang duduk didepan meja kasir cafe milik Bang Dasa. Bang Dasa adalah Abang ku yang nomor dua. Gayanya seperti bos yang seenak jidatnya memerintahku setiap hari menjadi kasirnya. Jika kuingat ingat kejadian saat Dia memerintahku untuk melayani pembelinya yang minta ini itu ingin sekali ku katakan.
"Jangkrik boss" Kau pikir Aku ini adik mu atau pelayanmu.

Dan saat ini seperti De javu semua itu kembali lagi. Aku duduk di depan meja kasir dan Bang Dasa duduk di ruang kerjanya menghitung pundi pundi uang yang akan disetorkannya kepada pihak yang berwenang yaitu Bank BRI.

Sejam lalu ada seorang tante tante yang menyuruhku untuk membersihkan seluruh Cafe. Katanya sih cafe Abang mau disewa untuk ulang tahun, anaknya itu berumur dibawahku sedikit. Dan ku turuti perintahnya jika tidak Aku bisa digantung di alun alun sama Bang Dasa, Bang Dasa itu orangnya kaku dan keras. Semua dikeluargaku memang kaku dan keras.

Namun ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya, contohnya Aku dengan Bang Dasa. Bang Dasa kerasnya itu cenderung kepada kasar. Tapi kalau Aku halus yang nylekitnya sampai ubun ubun tidak hilang hilang.

Acara ulang Tahun itu memasang tema Daerah berkolaborasi modern. Karena terdapat keroncong dicampur dengan dance korea. Bagus sih, tapi yang tidak kusuka adalah tamu yang datang. Semuanya adalah pasangan kekasih yang menjadikan acara ini sebagai ajang pamer kemesraan. Menjijikan. Kalau kata Mara adalah Jijai kuadrat yang artinya super menjijikan.

Acaranya megah dan mewah seperti acara golongan kelas atas, cocok sekali untuk orang dewasa.
Namun tetap saja ada anak kecil yang sedang duduk menyilangkan kakinya dipinggir acara. Malang nian nasibnya dan yang membuatku tidak tega adalah Dia terlihat menitikan air mata ditengah tengah keramaian pesta.

Aku berlari menerobos keramaian dan mendekati Anak itu. Saat Aku sampai didepannya Dia menoleh kearahku. Matanya sungguh merah dan air matanya membasahi pipi cabinya.

"Who are you?" Dengan sesengukkan masih tetap bisa bertanya padaku.
"Hello Boy, my nime is Aeera. You can call me Era." Kataku tersenyum ramah padanya. Aku tak tega melihat anak kecil menaggis, apalagi Aku tidak memiliki seorang adik jadi Naluri ku sebagai Kakak muncul.

"My nime is Arta" Katanya menunduk kembali sambil memainkan jarinya. Ah lucu benar anak itu, jika boleh ingin ku bungkus dan Aku bawa pulang.

"What happen for you, My love Boy? Ada yang jahat sama Kamu Ya? Don't Cry you'r Face so bad, you know?"
Kataku memegang tanggannya. Entah setan apa yang membuatku terus berbicara bahasa Inggris dan yang tak habis pikir adalah Anak kecil itu sudah fasih mengucapkan Bahasa Inggris di usianya yang sangat belia.

Dia tak menjawab pertanyaanku.
Tanpa aba aba kutarik saja tangannya kuajak Dia pergi ke taman depan Cafe abang. Mungkin jika di Sana Ia bisa sedikit lebih tenang karena tidak terlalu ramai.

***

Aku berjalan membawanya melewati kerumunan pikuk pesta. Karena Aku tak sabar dan takut Ia tersenggol senggol, ahkhirnya ku gendong saja Dia. Dia tidak memberontak sedikitpun bahkan Dia menurutiku.

Angin Si PerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang