" Arizky Nazar Hartanto, anak dari pewaris tunggal Hartanto lebih memilih masuk ke dunia modeling daripada mengikuti jejak ayahnya " Arbani membaca majalah keluaran edisi terbaru yang tergeletak begitu saja di ranjangnya. saat ini mereka sedang berada di rumah Arbani, bagi mereka rumah Arbani adalah base camp tempat mereka berkumpul.
Ali mengernyitkan dahi, dan merebut majalah itu dari tangan Arbani " Setdah udah nyebar aja ini berita " Ali membacanya dengan seksama. sementara sang subjek yang di bicarakan hanya fokus pada layar laptopnya. Arizky sedang melihat foto-foto hasil pemotretan kemarin.
" lagian kenapa sih lo lebih milih masuk ke dunia modeling daripada bisnis kaya keluarga lo? " tanya Arbani yang sekarang mulai sibuk dengan psp nya.
Arizky melirik ke arah Arbani sebentar " Gue bukan Billy, yang mudah di kendalikan Ayah " jawabnya ketus kemudian fokus lagi pada laptopnya.
Mulut Arbani membentuk huruf O. Ali yang masih sibuk membolak-balikan majalah tampak berfikir " Lo kan salah satu pewaris perusahaan Hartanto juga ky, udah seharusnya lo ikut andil dalam bisnis keluarga lo "
Arizky mendengus kesal " ah elah udah lah. gue lebih tertarik terjun ke dunia modeling daripada bisnis. lo fikir seharian berkutat dengan laptop, ketemu sama client, meeting tiap hari, enak? lo mau hidup gue kaku kaya Billy ? "
Seolah mengerti Arizky, Ali pun mengangguk-anggukan kepalanya. "Eh, iya gue lupaaaaaa " Ali menepuk jidatnya sangat keras sehingga membuat kedua sahabatnya menoleh.
" Kenapa lo? " tanya Arbani.
Ali memamerkan senyuman terbaiknya di depan Arbani dan Arizky sehingga membuat mereka bergidik ngeri.
" Ky..... " ucapnya pelan.
" Perasaan gue gak enak nih " ucap Arizky pelan.
" Gue boleh minta bantuan lo lagi? " Ali cengengesan.
" Gue gak bisa siaran hari ini. nyokap minta nemenin check-up. lo sama Maxime bisa kan gantiin gue siaran lagi? please gue mohon " Ali menungkupkan kedua tanganya di depan Arizky, dan memasang muka melasnya.
Arizky, Ali, Arbani dan Maxime. mereka bersahabat sejak SMA, mereka semua terlahir dari keluarga kaya dan terpandang tapi itu semua tidak membuat mereka manja dan menggantungkan hidup kepada keluarga mereka. Bahkan saking mandirinya, mereka semua mendirikan studio radio bersama. studio itu di bangun semenjak mereka masuk kuliah. studio radio itu di berinama "LPPL Radio" untuk siaranya pun mereka membuat jadwal bergantian.
" Tapi hari ini kan jadwal lo li " jawab Arizky sembari menutup layar laptopnya.
" Gue mohon " Ali memasang ekspresi melas-semelas-melasnya di depan Arizky, Arbani hanya terkekeh "untung si Ali gak minta bantuan gue" batinya.
Ali tau, Arizky orangnya memang sangat tidak tegaan jadi pemuda itu memanfaatkan kelemahan sahabatnya itu.
" Iya iya nanti gue sama Maxime siaran " jawab Arizky pasrah, sedangkan Ali tersenyum penuh kemenangan.
" Btw si Bule Prancis KW kemana? tumben dia belum kesini " Arbani menyadari ketidak hadiran sahabatnya, Maxime.
" Tadi dia ngasih tau kalau ada urusan penting jadi gak bisa kesini " jawab Arizky.
" Pasti mau ketemu sahabat ceweknya itu. itu anak kena friendzone kali yak " fikir Arbani.
" masih mending kena friendzone daripada zones mulu kaya lo "
timpal Ali. Arbani melirik tajam ke arah Ali, Arizky sendiri hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis fikir dengan kelakuan sahabatnya itu.
" Kayak lo gak zones aja, bebek nungging " Arbani melempar bantal ke arah Ali, tapi dengan cekatan Ali menangkapnya.
" Gue gak zones yee sorry, gue cuma sedang menunggu seseorang yang tepat buat gue.. secara kan Ali yang tampan nan rupawan ini gak boleh sembarangan milih cewek " ucapnya penuh dengan kebangaan.
" Serah arab ae ah. orang zones memang punya 1001 alasan "
****
"selamat malam, pendengar setia LPPL Radio. Seperti biasa saya bersama patner saya, Bule KW asal perancis.."Arizky membuka acara dengan mengejek Maxime. mereka berdua memang jarang sekali akur. " akan menemani kalian malam ini "
"terima kasih, Bule arab KW "balas Maxime yang memberikan deathglare terbaiknya.
Arbani hanya terkekeh mendengar perkataan Arizky dan Maxime yang sebenarnya sedang saling mengejek, tapi pasti di dengar oleh penikmat radio seperti guyonan.
"eh, bule arab KW. Hari ini kita baca surat siapa?"tanya Maxime yang sepertinya masih mengingat kewajibannya di acara ini.
LPPL Radio adalah sebuah acara dimana mereka membacakan surat dari penggemar yang berisi tentang masalah cinta dan memberikan saran tentang masalah mereka.
Dan herannya, banyak saja fans wanita yang menggilai acara ini sehingga acara yang mereka pandu merupakan acara yang paling mendapatkan rating tertinggi di perusahaan itu.
Padahal, mereka membacakannya tanpa penghayatan sama sekali a.k.a asal. Tapi tetap saja semakin hari fans acara mereka makin mereka tahu betapa menariknya kedua pria yang memandu acara itu, di jamin seluruh Indonesia bakalan mantengin radio tiap sabtu malam hanya untuk mendengarkan radio.
"sebentar bule perancis kw "Arizky melihat tab miliknya dan melihat email yang masuk ke LPPL Radio. "kita akan membacakan surat pertama dari nona pink sweety.."
Maxime sepertinya mencari-cari email yang di maksud Arizky. Keningnya sedikit menyerit saat melihat email yang di gunakan sang pengirim.
Sepertinya dia mengenalinya, tapi dimana dia pernah melihatnya?
"oi BPW (BULE PERANCIS KW) , lo atau gue yang bacain suratnya?"Arizky membuyarkan lamunan Maxime.
"Terserah. sesuka lo aja dah ."
Arizky hanya mendengus mendengar jawaban Maxime. Kalau sudah begitu, mau tidak mau dia yang membacakan surat itu.
"dear Bule Arab KW, dan Bule Perancis KW.."Arizky sedikit dongkol dengan salam pembuka emailnya, tapi dia mesti bersabar.
"semoga kalian bisa membacakan surat ini hari ini karena ini sangat berarti bagiku.."
"kami sedang membacakannya untukmu, nona pink sweety ."komentar Maxime, sebelum Arizky membacakan selanjutnya.
"sebenarnya ada banyak yang ingin aku sampaikan pada kalian dan padanya. Tapi aku bingung harus memulainya dari mana.."Arizky berhenti sejenak sebelum meneruskannya.
"aku menyukai kakak tingkat di kampusku. Dia seorang pangeran di kampus dan aku adalah seseorang yang tidak pernah di lihat. Sebenarnya bisa dibilang aku dulu adalah anti-fansnya. Aku tidak seperti kebanyakan cewek yang menjerit histeris saat dia kebetulan lewat di depanku. Sebenarnya itu juga ada alasannya mengapa dulu aku menjadi anti-fansnya. Kami sudah satu sekolah sejak SMP dan dari dulu dia memang sudah populer di kalangan cewek-cewek. Dan karen itulah dia sepertinya sangat sombong dan juga angkuh. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan eksistensi orang itu, tapi semua itu berubah saat sahabatku datang sambil menangis. Pernyataan cintanya di tolak dengan sadis oleh orang itu. Siapa yang tidak marah jika melihat sahabat yang sangat kamu sayangi tiba-tiba datang dengan keadaan mengenaskan? Seperti itulah perasaanku.."
Arizky berhenti sejenak. Entah kenapa, rasanya surat itu secara tidak langsung menyindirnya. Sepertinya Maxime juga merasakan apa yang di rasakan Arizky. Wah, itu 'sesuatu' banget saat melihat Arizky dan Maxime bisa kompak dalam satu hal.
"aku akan melanjutkannya.."kata Arizky yang sepertinya sadar terlalu lama berdiam diri.
"dengan kemarahan yang memuncak, aku mendatangi kakak kelasku itu dan mengamuk di depannya sepuasnya. Tapi apa kamu bisa menebak apa yang di katakannya? Dia bilang, aku tidak lebih dari seorang cewek yang terlalu over acting terhadap masalah yang menimpa sahabatku. Tentu saja aku kesal dan sejak saat itu, aku mulai tidak menyukainya. Apalagi gara-gara orang itu, sahabatku pindah sekolah saking frustasinya jika secara tidak sengaja berpapasan dengannya.."
Arizky berhenti sejenak. Sepertinya dia memerlukan beberapa waktu untuk mengatur nafasnya. Dan entah Maxime sedang kesambet jin apa, dia mengambil alih surat yang di baca Arizky tanpa mengejek seperti biasanya.
"saya akan mengambil alih dari sini.."suara bariton Maxime menggantikan suara bass Arizky yang sejak tadi mendominasi ruang radio itu. "dan entah nasib malang apa yang menimpaku, begitu aku lulus SMA dan di terima di sebuah universitas favorit, aku bertemu dengannya lagi. Dan dia menjadi kakak tingkatku sekaligus seksi keamanan di sekolahku. Uh, padahal aku seorang cewek yang tidak suka dengan keterikatan seperti peraturan. Dan bisa kalian tebak, hampir setiap hari aku selalu kena hukuman olehnya. Dan itulah makin membuatku membencinya.."
Maxime sempat melirik Arizky sebentar. Siapa tahu Arizky ingin mengambil alih surat itu, tapi Arizky memberikan isyarat (seringai mengejek) untuk meneruskannya. Maxime hanya menatap sinis Arizky sebelum meneruskan isi surat itu.
"tapi seperti kata orang, cinta dan benci itu sangat tipis. Dan entah sejak kapan kebencianku berubah menjadi cinta. Dan sepertinya kebencianku terhadapnya tercipta untuk melindungi perasaanku. Melindungi untuk tidak mengakui bahwa aku sudah benar-benar jatuh cinta dengannya. Dan takdir sepertinya senang mempermainkanku karena saat aku lulus SMA dan masuk salah satu universitas terbaik, aku bertemu lagi dengannya. Padahal aku sudah berusaha untuk melupakannya. Tapi dia malah selalu membuat masalah denganku yang membuatku semakin tidak bisa melepaskan diri darinya.."
Maxime mengambil nafas sebelum meneruskannya. "HEH BULE ARAB KW DAN BULE PERANCIS KW, apa yang sebaiknya aku lakukan untuk menghilangkan perasaan ini? Aku sudah tidak kuat memiliki perasaan ini kepadanya. Aku tidak mungkin bisa bersamanya karena itu seperti cerita 'prince and the pauper'. Dia adalah orang yang sangat sempurna sementara aku adalah seorang yang sangat biasa.."
"nona pink sweety sebaiknya kamu jujur pada perasaanmu sendiri.."saran Arizky.
Maxime menambahkan, "tetapi jika kamu memilih untuk menyerah, pikirkanlah lagi. Apa kamu menyerah secepat itu bahkan saat kamu belum mengatakan apapun padanya? Mungkin kamu akan menyesal jika tidak memberitahkukan yang sebenarnya padanya.."
Arbani yang daritadi hanya diam, sampai terpana saat mendengar perkataan Maxime. Maxime memberikan saran lebih dari dua puluh kata?! Itu adalah sebuah rekor untuk LPPL Radio.
"dan untuk menghibur kamu, kami akan memutarkan salah sebuah lagu untuk nona pink sweety.." Arizky mengakhiri sesi membaca surat dan sekaligus untuk memberinya waktu untuk dirinya sendiri dan Maxime untuk bersantai sejenak.
" Sebuah lagu dari Sheila On 7, pengagum rahasia. sesuai dengan isi hati nona pink sweety ". ucap Maxime.
Arizky merasakan ponselnya bergetar, dengan cepat pemuda itu melihat isi pesanya dan tiba-tiba saja langsung memakai jaket kulitnya yang selama siaran di lepasnya.
" Bani, lo gantiin gue siaran ya. gue ada jadwal pemotretan mendadak nih, emergency " ucap Arizky.
" nyesel gue dateng kesini " gerutu Arbani.
lalu dengan secepat kilat Arizky keluar dari studio tersebut.
*****
" Oh my god. tadi duo bule berbeda negara bacain surat lo Adinda " Nadya melepas earphone yang sedari tadi melekat di telinganya setelah LPPL Radio selesai siaran.
Adinda pun melakukan hal yang sama dengan Nadya, gadis cantik itu melepas earphonenya. " Iya nad gue tau. kan gue juga denger "
" Sumpah lo ya beruntung banget surat lo di baca sama mereka. gue ngirim surat dari kapan tau belum di baca-baca juga.. kan kesel gue " Nadya mengerucutkan bibirnya. Adinda hanya terkekeh.
" Iya tapi gue bingung harus apa. apa gue harus denger saran dari mereka? perjuangin cinta gue gitu? " Adinda mengigit bibir bawahnya nampak bingung.
" Lo beneran udah suka sama kak Rizky Din? " tanya Nadya sambil memegang kedua pundak Adinda. kini dua gadis cantik itu saling berhadapan.
" Yaiyalah. kalo enggak ngapain gue ngirim surat ke LPPL Radio. "
" Tapi gue takut apa yang menimpa Naomi. menimpa gue juga. gue pernah cerita kan sama lo Nad? waktu si Naomi pindah sekolah karena tekanan batin akibat penolakan kak Rizky? sumpah kejam banget itu cowok. tapi kenapa gue malah suka sama dia sih " Adinda menungkupkan tanganya menutup wajah cantiknya. "Gue gak mau bernasib sama, sama Naomi "
Adinda dan Nadya mereka bersahabat sejak mereka kuliah. Nadya sangat tau seperti apa Adinda dan begitu juga sebaliknya, mereka juga fans setia LPPL Radio, walaupun mereka tidak tahu wajah di balik keempat pemuda tersebut (Arizky, Maxime, Arbani, Ali) karena LPPL Radio menyembunyikan indentitas mereka. tapi kebanyakan orang meyakinkan bahwa mereka sangat tampan.
Nadya juga tahu bahwa Adinda sangat menggilai Arizky. dulu Adinda memang sangat membenci Arizky tapi sepertinya gadis itu memakan omonganya sendiri sampai-sampai sekarang ia tergila-gila pada sosok yang dulu sempat dibencinya.
" Salah gak sih gue cinta sama kak Rizky " Adinda menatap Nadya dengan sendu. kemudian Adinda tersenyum " Din, cinta itu anugerah dari Tuhan. apa lo bakal nyalahin Tuhan karena meng-anugerahkan cinta itu sama lo? "
" Bule perancis kw bener. lo jangan menyerah. masa lo nyerah sebelum lo ngelakuin apa-apa? " lanjut Nadya lagi.
" Jadi gue harus perjuangin cinta gue? " tanya Adinda lagi.
" Yaps "
*****
Dua orang sahabat yang saling mengenal sejak kecil sedang sibuk mengamati ikan koi yang berenang kesana kemari di dalam kolam. Arizky kini berada di rumah Syaselva Michella/Michelle. Arizky sengaja kabur dari LPPL Radio dengan alasan ada pemotretan karena ingin pergi ke rumah Michelle.
“kamu kenapa Chell? senyum-senyum sendiri dari tadi, gak lagi sakit kan?” Tanya Arizky kepada Michelle sambil meletakan punggung tangannya di dahi Michelle.
“Apaan sih Ky, aku gapapa kok, cuma lagi seneng aja” ia memainkan kakinya hingga berayun-ayun.
Dahi Arizky berkerut dan Michelle tertawa tertahan mengerti akan kebingungan Arizky “sebentar lagi Kak Billy pulang, masa kamu gak tau sih? Adik macam apa kamu?” sindir Michelle setengah sinis.
Arizky menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia memang tak pernah akur dengan kakaknya, terlebih lagi Michelle lebih menyukai kakaknya dibanding dirinya atau dengan kata lain Michelle hanya menyukai kakaknya dan tidak memiliki perasaan lebih terhadapnya “dia mau pulang atau enggak, itu bukan urusan aku. Lagian dia udah biasa pulang pergi ke luar negeri hanya demi pekerjaan kantoran gak jelas”
“harusnya kamu terima kasih sama Kak Billy, kalau dia gak jadi penerus perusahaan ayah kamu, kamu gak bisa seleluasa sekarang. Kamu gak bisa jadi model seperti saat ini” Michelle mengingatkan. Memang, harusnya Arizky juga menjadi salah satu pimpinan perusahaan keluarga namun ia bersikeras untuk menjadi model dibandingkan duduk di balik laptop seharian.
Billy, kakaknya bersedia menggantikan peran Arizky dengan memegang perusahaan keluarga baik di dalam negeri ataupun di luar negeri.
“dia gak pernah ada waktu buat kamu Michelle”
Michelle tersenyum getir “aku tau tapi aku yakin suatu saat waktunya hanya untuk aku seorang”
Michelle melirik jam di tanganya lalu gadis itu tampak memikirkan sesuatu. " Arizky... " ucapnya pelan.
" Hmmmmm "
" anter aku yuk " Adinda memasang wajah manja.
Arizky membuang nafas kasar. " Ke mall " jawab Michelle. kemudian dengan cepat Michelle menarik tangan Arizky dan menyeretnya keluar.
Michelle sibuk mengajak Arizky berkeliling mall untuk mencari gaun yang akan dipakai dalam acara penyambutan Billy. karena memang keluarga Arizky mengadakan acara itu.
“kamu kan punya banyak gaun Chell, ibu kamu kan designer” meskipun mengeluh Arizky tetap mengikuti langkah Michelle.
“aku mau pilih sendiri Ky, kalau mama yang pilihin dia malah pingin buatin aku baju trus selesainya kapan? tahun depan?” Saat Michelle sedang memilih baju, ia teringat sesuatu “kamu tau Ky, setiap tahun kak Billy selalu mengirimkan hadiah ulang tahun buat aku meskipun dia sibuk banget dengan pekerjaannya”
“Aku juga selalu ngasih kamu hadiah” Arizky tak ingin kalah.
“beda Ky, kamu kan gak sibuk”
“memang kamu pikir jadi model itu gak sibuk? aku harus ke studio sana trus balik lagi ke studio sini, harus ganti-ganti pose, bahkan hanya untuk mendapatkan momen yang bagus aku harus menunggu lama untuk satu foto”
Michelle mengacak-acak rambut Arizky “iyaa aku tau kok, mama suka cerita” Mama Michelle merupakan salah satu designer yang memilih Arizky sebagai modelnya dalam mempromosikan design terbarunya “tapi kesibukan kamu gak bisa disandingkan dengan kesibukan kak Billy”
“kamu mengerti akan kesibukan Billy tetapi kamu gak pernah mengerti berapa sering waktu yang aku luangkan untuk menemani kamu ketika kamu kesepian” ungkap Arizky dalam hati.
*****
Arizky masuk ke dalam rumah dan ingin segera pergi ke kamar. Namun, panggilan sang Ayah menghentikan langkahnya “Arizky besok akan ada acara penyambutan Billy di rumah ini dan akan banyak kolega dan wartawan yang meliput. Ayah harap kamu tidak melakukan hal-hal yang bisa memalukan Ayah”
“yaudah besok Arizky gak bakal pulang ke rumah” Arizky kembali melangkahkan kakinya
.
“jika kamu tidak datang maka selamanya kamu tidak boleh masuk ke rumah ini!!!” ancam Ayah dua orang anak tersebut.
“Ayah sabaaar, Ky kamu hanya perlu hadir dalam acara tersebut dan berkelakuan baik. Tidak lebih dari itu” pinta sang Bunda dengan lembut. Arizky hanya menganggukan kepalanya tanpa suara.
Ayah memang tidak pernah menyetujui pilihan Arizky untuk menjadi seorang model karena mengingat kelakukan Arizky yang seenaknya dan emosi yang masih labil akan membuat image perusahaannya memburuk. Tetapi sebagai ayah yang baik, dia tak ingin mengekang cita-cita anaknya.
Tak lama setelah Arizky masuk ke dalam kamarnya. seorang dengan stelan jas rapih masuk ke dalam rumah keluarga Hartanto.
Billy David Hartanto, kini sedang berada di ruang keluarga bersama ayah dan ibunya. Selepas pergi sejenak ke salah satu perusahaan di Bandung, ia akhirnya kembali ke rumah.
Billy beberapa bulan ini memang tinggal di New York untuk menguruskan salah satu cabang perusahaan keluarga Hartanto. sebenarnya keluarga Hartanto ingin mengadakan acara penyambutan Billy seminggu yang lalu tapi lagi-lagi waktu itu Billy harus pergi ke Bandung untuk urusan pekerjaan juga. dan akhirnya acara penyambutan itu baru bisa di lakukan besok.
“kamu jangan terlalu sibuk Billy” ungkap ayah.
“iyaa jaga kesehatan kamu atau kalau perlu seminggu ini kamu di rumah aja, pekerjaannya bisa dibawa ke rumah kan? Rumah ini sepi tanpa kamu” tambah bunda.
“kan ada Iky bunda, tuh anak kan biang rame” jawab Billy.
“biang rusuh juga” sahut ayah sambil membuka lembaran Koran “ayah heran sama adik kamu itu, nilai IP pas-pasan, sibuk jadi model gak jelas, pulang malem terus”
“jadi model kan juga sibuk yah sama kayak Billy”
“kalau kamu itu jelas vin, dia? gosip sama model ini lah itu lah”
“wajar yah kalau Iky kena gosip, kan Iky mewarisi kegantengan ayah hehe” canda Billy yang membuat bundanya ikut menahan tawa.
*****
Zulfa Maharani (Tau kan? yang main sinetron Popcorn sama Arbani? yang ada di iklan) berjalan menuju supermarket dekat rumahnya, malam-malam begini ia disuruh membeli sawi hijau, telur dan indomie (?). Ya kakaknya –Adinda— dengan seenak jidat menyuruhnya dengan dalih ia harus tetap di rumah bersama Nadya dan ingin makan makanan yang panas sekaligus pedas.
“sa..sa..sa..sawo..sa..sa…sa..sawi nah ini dia” Zulfa mengambil tiga ikat sawi segar “makan nih kak daon”
Ia kembali mendorong trolinya menuju bagian mie (?) “kakak gak bilang mau mie rasa apa hmm ayam dibawangin ayam dicabein hmm gue beli semua masing-masing satu rasa aja” Saat Zulfa ingin mengambil indomie rasa empal gentong (?) yang tinggal satu-satunya di dunia, sebuah tangan yang lebih kekar darinya juga memiliki niat yang sama dengannya.
“heh empal gentong gue” ucap Zulfa
Sosok laki-laki di hadapannya ternyata tak mau kalah “rasa kesukaan gue nih, tuh lo udah beli banyak rasa. Lo mau masak mie apa koleksi mie?”
“punya gue, ngalah apa sama cewek”
“cewek? dandanan amburadul bahrelway bahrelway begini”
“daripada lo pake bedak tebel banget”
“ini tuh sunblock tau, norak”
“heh bapak ini tuh udah udah malem, mataharinya udah pulang”
Perebutan mie empal gentong pun harus dihentikan oleh pegawai supermarket. Mereka kemudian diambilkan mie dengan rasa yang sama dari gudang penyimpanan.
“wleeeeeeek” Zulfa menjulurkan lidahnya
Laki-laki tersebut tak mau kalah, ia menjulingkan matanya kepada Zulfa.
“wleeeeeeeeeeek”
" Arbanii..... buruan " teriak Maxime di luar supermaket terdengar menggema.
" Iya bawel lo ah "
" Eh empal gentong, urusan kita belum beres! " ucap Arbani sebelum pergi.
" Seenak jidat lo manggil gue empal gentong " gerutu Zulfa.
****
Zulfa sedang menyeduh mie di dapur kecilnya, mie rasa empal gentong yang butuh perjuangan dan tetes darah untuk mendapatkannya. Aroma empal mulai menyeruak di seluruh ruangan rumah Zulfa dan sampai dengan selamat di hidung Adinda.
“kayaknya enak nih” Adinda berjalan mengikuti arah datangnya aroma mie dan tibalah di ruang makan. Hidung Adinda pun kini berada di depan piring mie milik Zulfa.
“jauh-jauh muka lo kak” Zulfa menoyor jidat kakaknya.
Adinda pun tersadar dan menatap Zulfa kesal “bagi dong, kan pake duit gue tuh belinya”
“emang lo punya andil dalam memperebutkan mie empal gentong ini? enggak kan?” Zulfa menyuapkan mie tersebut ke dalam mulutnya.
“lebay amat lo”
“beneran kak, kalau lo gak percaya tanya aja sama pegawai supermarketnya sana”
“rebutan sama siapa lo? emak-emak?”
“kalau emak-emak sih wajar, gue rebutan sama cowok dengan bedak tebel”
Adinda mengerutkan dahinya “itu yakin bukan banci?”
“gue gak tau juga sih kak, selain pake bedak tebel, parfumnya beeeeuuuuuh wangi banget kayaknya dia makenya gak semprot tapi disiram. Udah gitu ya kak, dia bilang gue jadi cewek gak bisa dandan, gue bukan gak bisa gue gak mau”
Adinda mengambil garpu kemudian menggulung mie dari piring Zulfa “itu orang cuma ngurusin penampilan doang, ini style kita mau gak mandi, gak dandan emang urusan dia?”
“setuju banget gue kak” Mereka bertos ria dan makan mie empal gentong bersama.
*****
Keesokan paginya, Maxime nampak bersiap-siap. bukan untuk pergi ke kampus ataupun pergi ke LPPL Radio. tapi ke rumah seseorang yang sudah jadi rumah keduanya sejak kecil. rumah sahabat perempuanya, Adinda.
Maxime nampak berkutat dengan cermin di hadapanya, pemuda itu memakai kaos polos di padu dengan jaket base ball berwarna merah. Maxime terlihat sedikit rapih daripada penampilan biasanya yang cuek.
Maxime pergi ke rumah Adinda dengan motor Ninjanya.
sesampainya di rumah Adinda..
tok.
tok
tok
Maxime mengetuk pintu, dan seorang gadis tomboy nampak membukanya. gadis itu tersenyum penuh arti menatap Maxime, sedangkan Maxime menggaruk-garuk tengkuknya salah tingkah di tatap seperti itu.
" Eh kak Maxime " ucap gadis itu yang adalah Zulfa, Maxime hanya tersenyum kikuk.
Zulfa merasakan jantungnya berdetak tak karuan ketika melihat Maxime di depanya. gadis tomboy yang slalu memakai topi kemana-mana itu memang telah lama menyukai Maxime.
Maxime pun tahu itu, hanya saja Maxime bersikap seolah-olah tidak tahu. menurutnya Zulfa hanya gadis kecil yang sejak dulu dianggap adik olehnya.
" Mau ketemu kak Dinda ya kak? " tanya Zulfa yang masih memamrekan senyuman termanisnya.
" Iya hehehe. kak Dinda nya ada? " tanya Maxime.
" Ada kok. tunggu dulu ya kak. ayo mending kak Max masuk dulu " Zulfa menarik tangan Maxime untuk masuk ke dalam rumahnya.
" Kak dinduuuuuttt... ada kakak ganteng nih. eh maksud aku ada kak Maxime " teriak zulfa menggema di seluruh ruangan(?) Zulfa menatap Maxime sambil tersenyum, Maxime sendiri memasang senyum yang di paksakan.
Tak lama kemudian Adinda datang dan tersenyum geli melihat Zulfa tak melepas tanganya dari Maxime. Maxime seolah memberi isyarat "please bantuin gue lepas dari adek lo" seolah mengerti Adinda pun menyuruh Zulfa untuk segera berangkat sekolah.
" Udah sana pergi sekolah lo! " suruh Adinda. Zulfa pun mendengus kesal. " Iya iya "
Setelah Zulfa pergi Maxime membuang nafas lega.
" Adek lo anarkis" ucap Maxime sambil tetap mengatur nafasnya.
Adinda tertawa terbahak-bahak " dari dia SMP kan dia emang ngefans sama lo Max. oh iya btw ngapain lo kesini? "
" Begini ya nasib orang ganteng, menyedihkan "
" Anjir pede banget lo. lo kesini pagi-pagi mau ngapain dah? " tanya Adinda lagi
Maxime menyerahkan undangan pada Adinda.
Adinda mengernyitkan dahi. seolah menjawab kebingungan Adinda " itu undangan dari sahabat gue. entar malem ada acara penyambutan kepulangan kakaknya gitu. lo dateng ya nemenin gue biat gue gak berasa jones gitu "
Adinda terkekeh " Lo udah jones nyusahin gue lagi "
" Please " Maxime memohon. Adinda memang tidak tegaan sama seperti Arizky menurut Maxime, jadi dia memanfaatkan kelemahan sahabatnya itu demi kepentinganya sendiri.
" Hm iya deh gue temenin lo " jawab Adinda membuat Maxime tersenyum menang dan sontak memelul Adinda membuat Adinda berjengit kaget "lo emang sahabat gue yang paling baik " ucap Maxime.
******
Adinda masuk ke dalam sebuah halaman rumah tempat acara diselenggarakan. Ia menunjukkan undangan yang ia terima dari Maxime. Adinda mengenakan gaun hitam tanpa lengan sedangkan Maxime memakai kemeja hitam dengan celena putih. Tak banyak orang yang Adinda kenal kecuali satu orang yang sedang memegang gelas di samping kolam renang.
" Kak Rizky " batinya.
banyak mata tamu yang menatap Adinda karena kecantikanya. Adinda hanya salah tingkah melihat banyak orang yang memandangnya.
“salah gak sih gue kesini? kenapa jadi pada ngelihatin” ungkap Adinda dalam hati. Ia terus memberikan senyum ketika ada orang yang mengagumi kecantikanya.
Di sisi lain…
Michelle dan Billy sedang duduk di dekat rumah kaca yang dipenuhi oleh tumbuhan merambat. Michelle tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya ketika pertama kali melihat Billy melambaikan tangan kepadanya.
“gimana kuliah kamu, Chell?” Tanya Billy.
“baik kak, tinggal nunggu yudisium trus wisuda deh. Kak Billy mau jadi pendamping wisuda aku gak kak? hehehe” pinta Michelle penuh harap.
“aku lihat jadwal aku dulu ya chell, kalau lowong pasti aku usahakan datang” jawab Billy “oh iya hubungan kamu sama Rizky gimana?”
“aku sama Rizky gak ada apa-apa kak, dari dulu kita cuma temenan”
“hahaha abis kalian bareng-bareng terus kirain udah resmi”
Michelle menarik nafas perlahan dan menghembuskannya “kak Billy?”
“ya kenapa Chell?” jawab Billy lembut.
“perasaan aku ke kakak masih sama seperti dulu, aku sayang sama kak Billy ”
Billy tersenyum sebentar “dan aku juga selalu menganggap kamu sebagai adik aku Michelle, hingga saat ini”
“tapi kak aku bukan anak kecil lagi, perasaan aku ke kakak bukan sekedar kagum, aku serius sayang sama kak Billy”
“Michelle, aku gak bisa” Billy terdiam sejenak.
“Rizky, dia yang seharusnya kamu sayang, dia yang selalu ada untuk kamu, bukan aku”
Michelle membuang muka “jadi kak Billy nolak aku karena Rizky?”
“bukan itu, aku cuma ingin kamu sadar bahwa ada seseorang yang peduli sama kamu, yang sayang sama kamu”
“sekarang, aku akan tanya langsung sama Rizky” Michelle pergi meninggalkan Billy dengan menahan air matanya. Billy segera menyusul, ia tak ingin Michelle membuat kegaduhan di tengah acara.
Dengan setengah berlari, Michelle menghampiri Rizky. Ia bahkan sampai menabrak Adinda yang sedang mengobrol dengan Maxime.
Untungnya Adinda dapat segera menyeimbangkan tubuhnya “ih itu cewek sombong, minta maaf kek ini nengok aja enggak, heh mbak… mbak…” Adinda ikut mengejar Michelle namun langkahnya terhenti ketika orang yang ia kejar sedang berhadapan dengan Arizky “mati gue kok ada kak Arizky juga sih di sini”
“Rizky aku mau tanya sama kamu?” ucap Michelle setengah sesenggukan. Arizky menatap Michelle bingung, terlebih lagi ada Billy dan Adinda yang entah mengapa ada di belakang Michelle.
“ada apa Chell?”
“apa benar kamu sayang sama aku?”
Seketika tubuh Arizky menegang, lidahnya pun kelu “jawab aku Rizky, kamu sayang sama aku?” kini mata Michelle sudah mengeluarkan tetesan kesedihan yang berusaha ia tahan.
Arizky memandang kakaknya yang memberikan ekspresi khawatir dan kembali menatap Michelle.
“iyaaa… aku sayang banget sama kamu…”
Michelle menaikan salah satu alisnya…
“Adinda” sambung Arizky sambil menarik lengan Adinda dan mendaratkan ciuman singkat tepat di bibir Adinda. Para tamu undangan dan wartawan pun langsung memusatkan perhatian ke tempat kejadian.
Mata Adinda terbelalak dan sangat ingin menuangkan segala sumpah serapah kepada Arizky akan tetapi ia dan Arizky langsung dihadang pertanyaan oleh para wartawan.
“Arizky… Arizky.. apa benar perempuan ini adalah pacar anda?”
“Arizky sejak kapan anda berhubungan dengan kekasih anda?”
Adinda merasa risih karena dikerubuti oleh banyak orang dan terkena flash kamera dari segala arah. Dengan susah payah, Arizky merangkul Adinda masuk menuju rumah.
Para wartawan masih mengambil gambar dari balik pintu kaca “Din, ayo..” ajak Arizky untuk masuk ke dalam ruangan yang lebih aman, tepatnya di kamar Arizky “kita di sini dulu "
" Tadi maksud kakak apasih? Ak---- " belum sempat Adinda melanjutkan ucapanya, Arizky memotongnya " Gue mau nawarin kerjasama sama lo. ini project penting. asal lo mau jadi calon istri gue "
" APAAAAAA? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Project, Project Love
Fiksi RemajaBagaimana perasaan kamu ketika mendapat tawaran pekerjaan yang bisa mendekatkanmu dengan seseorang yang kamu cintai? Apalagi yang menawarkanya adalah dia sndri, yang selama ini diam-diam kamu cintai, bahagia? Tentu. Itu juga yang dirasakan oleh Adin...