“Kak Billy” teriak Michelle manja, gadis itu membuka paksa pintu ruang kerja Billy, meskipun sekertaris Billy sudah mencegahnya berkal-kali. Sesungguhnya, lelaki itu sangat tidak suka diganggu, apalagi di jam kerjanya sekarang.
Billy menghembuskan nafas kasar, menghentikan gerakan jari-jarinya yang sedari tadi sibuk menari di keyboard laptopnya.
Sekertarisnya menatap Billy degan tatapan memohon maaf, seolah mengerti Billy pun mengangguk dan memberi isyarat agar sekertarisnya keluar dari ruangan dan membiarkan Michelle tetap berada disitu.
“Kak Billy, kenapa sih ditelpon gak di angkat-angkat, di chat gak dibales kan aku khawatir” Michelle cemberut, sedangkan Billy memijit pelipisnya merasa pusing dengan seabrek pekerjaan yang harus diselesaikanya sekarang dan Michelle tiba-tiba saja datang merengek menanyakan hal yang tidak penting baginya. Gadis ini selalu bersikap seperti anak kecil.
“Aku sibuk Chell” jawabnya singkat.
Gadis itu semakin cemberut, “tapi kan Kak, ngangkat telpon atau bales chat gak bakal ngabisin waktu lama, paling 2 menit” Michelle tetap tak mau mengerti.“Chell aku mohon kamu mengerti, aku sedang benar-benar sibuk sekarang”
“Apa kakak mengerti perasaan aku?” tanya Michelle sendu. “Apa aku gak lebih penting dari pekerjaan kakak?”
Billy menghela nafas,
“Apa kakak menjalani hubungan kita ini hanya karena kakak kasian sama aku?”
Billy mendekati Michelle, meraih tubuh gadis mungil itu ke pelukanya, Billy bisa mencium wangi shampo dari rambut gadis itu, dan fikirannya menerawang jauh, Billy sama sekali tidak tau jawaban dari pertanyaan Michelle, apakah ia menjalani hubungan mereka atas dasar kasihan atau ia memang ingin benar-benar mencobanya? Karena Blly merasa ia tidak pernah merasakan apa-apa saat bersama perempuan yang kini direngkuhnya ini. Ia bingung harus berbuat dan berkata apa.
“kenapa kakak gak jawab pertanyaan aku?” Michelle mengigit bibirnya, merasa khawatir dengan Billy yang sedari tadi hanya diam saja, ia takut Billy menjalani hubungan mereka karna sebatas kasihan saja.
“Chell--- aku---“ Billy terbata-bata, pemuda bermata sipit itu tdak tau harus mengatakan apa, ia tak ingin berbohong lagi dan memberikan Michelle harapan yang sangat besar, tapi ia juga takut menyakiti perasaan Michelle jika ia berkata jujur, ia sudah terlalu sering menyakti gadis itu.
“Untuk jawab pertanyaan semudah ini, apakah sesusah itu kak?” suara gadis itu bergetar, matanya berkaca-kaca, air matanya mulai menggenang, siap untuk jatuh.
“Kenapa sampai detik ini pun kakak belum bisa jatuh cinta sama aku? Apa kurangnya aku kak?”
Billy melepaskan pelukannya, dan kini tanganya meraih kedua pundak Michelle, “Kamu hampir gak ada kurangnya Chell, kamu baik, cantik, smart, lucu, siapapun pasti bakal jatuh hati sama kamu” Billy tersenyum manis.
“Tapi kenapa kakak gak bisa jatuh hati sama aku? Aku gak peduli tentang siapapun yang jatuh hati sama aku, yang aku pedulikan adalah kakak, aku mau kakak jatuh cinta sama aku!”
“Aku sedang mencobanya Michella” Billy mengacak-acak rambut gadis itu.
Michelle mengusap air matanya, “Baiklah, tapi aku mau kakak berjanji satu hal sama aku”
Billy mengernyit, “Apa?”
“Jangan pernah meninggalkan aku dengan alasan apapun” mata gadis itu menatap tajam lelaki yang ada di hadapannya itu, Michelle tak ingin kehilangan Billy lagi, ia harus mengikatnya dengan sebuah janji, dan Michelle sangat tahu bahwa Billy adalah lelaki yang berkomitmen, lelaki itu tak akan mungkin mengingkari janjinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Project, Project Love
Fiksi RemajaBagaimana perasaan kamu ketika mendapat tawaran pekerjaan yang bisa mendekatkanmu dengan seseorang yang kamu cintai? Apalagi yang menawarkanya adalah dia sndri, yang selama ini diam-diam kamu cintai, bahagia? Tentu. Itu juga yang dirasakan oleh Adin...