27. Malaikat Kecil

18.2K 452 5
                                    

Aku masih mencekal jemari Arsen saat ini aku sedang dalam masa persalinan aku mendengar intruksi dari Dokter menyuruhku agar menarik nafas lalu membuangnya kembali, hingga terus seperti itu, lama aku mencoba dan aku sedikit tenang setidaknya Arsen terus membimbingku dan menemaniku disini,  Aku membuang nafas dengan berirama, sesekali mencengkram lengan Arsen, keringat membasahi keningku dan tak lama suara tangisan menggema di ruangan ini. Membuatku membuang nafas dengan lega.

"Selamat pak, Bu bayinya laki-laki." Aku tersenyum penuh haru bahkan air mataku tak hentinya keluar, aku sangat bahagia anakku lahir dan itu tandanya aku ini berhasil.

"Terimakasih Tuhan, akhirnya anak ku lahir." Ucap Arsen dengan begitu senangnya. Setelah persalinan selesai kini aku terkulai lemas banyak tenaga yang terkuras saat melahirkannya, Arsen masih setia berada di sampingku, hingga tak lama anakku sudah di dalam gendongan Arsen sudah bersih dan tubuh mungilnya sudah terbalut rapih Aku mengecupnya dia terlihat begitu tampan pangeran kedua setelah suamiku Arsen.

"Kamu hebat, kamu berhasil Kira." Arsen mengelus rambutku lalu mencium keningku dengan lembut.

Aku hanya tersenyum tidak mampu untuk bicara tubuhku sungguh lemas rasanya, bekas melahirkan masih terasa sakitnya, tapi sedikit senang karena sakitku berbuah dengan kebahagiaan.

***

Suara tangisan serta keramaian membuatku membuka mata dengan perlahan, satu pandangan saat mataku terbuka, aku melihat suamiku yang tengah menatapku dengan khawatir.

"Akhirnya kamu sadar Kira." Arsen tengah menggengam tanganku dengan kedua tangannya dia tampak mengkhawatirkanku hingga beberapa kali mengecup jemariku.

"Kenapa denganku Arsen?"

"Kamu tak sadarkan diri setelah melahirkan, dan itu sungguh membuatku panik." Arsen mengecup punggung tanganku lagi kali ini lebih lama. "Tapi sekarang aku tenang karena kamu telah sadar lagi." Aku hanya diam melihat suamiku yang begitu terlihat khawatir, begitu juga orangtua kami mereka juga sangat mengkhawatirkanku apalagi Ibuku.

"Kamu baik-baik saja nak?"

"Aku baik-baik saja Ibu." Ucapku tersenyum lembut. "Aku ingin menggendongnya." Ujarku dengan perlahan Arsen membantuku untuk bersandar hingga aku telah menggendong putraku yang tampan ini, aku menatap setiap inci wajahnya semuanya mirip Arsen bukan aku, putraku benar-benar begitu Tampan aku meraih jemarinya yang masih kecil itu lalu mengecupnya.

"Kira boleh Ibu menggendongnya, rasanya sudah gemas ingin menimbang cucu." Ucap Ibu Arsen yang memang belum menggendong anakku, dengan senang hati aku menyerahkannya.

"Oh cucuku, nak kamu begitu lucu." Kedua Ibuku terlihat begitu bahagia bahkan senyum mereka sama sekali tak terlepas aku dan Arsen hanya tersenyum melihat kedua Ibuku yang begitu bahagianya.

Kini tidak ada lagi kebohongan, aku benar-benar telah menciptakan kebahagiaan untuk orang-orang yang aku cintai.

"Ternyata pilihanku di kabulkan." Aku menatap Arsen yang kini tersenyum bahagia ke arahku.

"Maksudnya?"

"Anak ku laki-laki sesuai dengan keinginan." Aku terdiam beberapa saat hingga... astaga aku bahkan baru menyadarinya sekarang, bukanya aku menginginkan anak perempuan dan ternyata yang keluar anak laki-laki anak pilihan Arsen.

"Padahal aku berharap dia perempuan." Ujarku sedih seraya menatap wajah putraku.

"Tidak usah khawatir sayang, kalau kamu ingin anak perempuan biar kita buat lagi nanti, akkh kenapa mencubitku?" Bisiknya Aku sengaja mencubit pinggang Arsen dan dia sedikit meringis membuat orangtua kami menatap bingung dengan tingkah kami, namun aku segera mencairkan suasana dan merangkul suamiku membuat orangtua kami bertanya-tanya.

Marriage With Mr.Arsenio (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang