+17 keatas..
Tidak ada adegan ranjang hanya saja terdapat adegan dewasa yang dilarang di baca oleh anak-anak dibawah umur. Untuk ADEK-ADEK yang masih merasa pakai seragam putih merah dan putih biru sebaiknya kalian melewati bagian part ini. Dari mana sata tau? Dari vote yang saya dapat. Saya tidak ingin pemikiran kalian yang polos tercemar karena tulisan saya.
Sekali lagi untuk anak di bawah umur di larang mendekat!!!!
**
Aldi memandang Karina dengan kening berkerut, ia datang ke rumah gadis itu untuk menjemputnya tapi gadis itu sama sekali belum bersiap-siap, padahal sudah dari siang ia menelpon dan memberitahunya. Karina dengan santainya melangkah mendekatinya dengan menggunakan kaos putih omblong dan celana pendeknya. "Kenapa belum siap-siap?" Tanyanya pada gadis itu yang telah duduk di sofa tepat dihadapannya.
"Salah siapa gak bilang mau jemput jam berapa." Karina menjawab cuek. "Bik Las!" Panggilnya memanggil salah satu asisten rumah tangganya.
"Iya Non." Bi Lasmi datang tergopoh-gopoh menghampiri Karina.
"Tolong buatkan minum untuk tamu saya." Ucap karina pada Bi Lasmi.
"Aden ingin minum apa?" Tanya Bi Lasmi pada Aldi.
"Apa saja Bik." Jawab Aldi.
"Ya sudah, tak Bibi tinggalin dulu kedapur. Mari." Pamit Bi Lasmi sebelum kembali memasuki dapur.
Karina memandang Aldi dengan malas, ia sedikitpun tidak berniat untuk bersiap-siap seperti yang diperintahkan Aldi sebelumnya, karena memang ia tidak berniat pergi kemanapun.
Aldi menghela nafasnya melihat tingkah gadis dihadapannya, sudah ia duga dari sebelumnya kalau Karina bukanlah tipe gadis yang penurut, tepat sepeti yang dikatakan Bambang Kakek gadis itu. "Kenapa tidak mulai bersiap-siap?" Tanyanya masih dengan ekpresi yang tenang.
"Dok!.. Anda tidak seriuskan dengan ucapan anda tadi siang?" Karina berusaha tetap tenang, sebenarnya ia sudah ingin meledak sedari tadi.
"Tentu saja saya seius."
Karina menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia memandang sengit pada Aldi. Jangan salahkan ia, karena sedari tadi ia sudah matian-matian mengontrol emosinya. "Ya Tuhan.. Kita ini baru saling mengenal! tidak mungkin saya dan anda menjalin hubungan. Lagi pula, pertunangan saya dan Ifanpun belum putus secara resmi!"
"Soal pria itu kamu tidak perlu khawatir saya bisa mengurusnya. Dan soal kita yang baru saling mengenal aku rasa itu bukanlah masalah, kita bisa saling mengenal lebih dalam lagi sebelum menuju tahap yang lebih serius lagi." Aldi menyandarkan punggungnya pada sofa, menatap tatapan sengit Karina dengan santai.
Golok, mana golok?
Karina mengertakkan gigi, ingin sekali mencungkil mata Aldi yang menatapnya dengan santainya sedang kepalanya sudah berasap dan mengluarkan bertanduk. Apa tadi katanya? Tahap yang lebih seius lagi? Memang apa hubungan mereka hingga ada tahap berikutnya?
"Kamu tenang saja, Kakekmu juga sudah menyetujui lamaran yang saya ajukan." Rahang Karina seakan terjatuh mendengar kelanjutan perkataan Aldi. "Sekarang sebaiknya kamu bersiap-siap, orang tuaku ingin lebih mengenal calon menantu mereka lebih dalam."
"Dok!!"
Karina menatap Aldi dengan gusar, ia harus segera menghentikan kegilaan pria dihadapannya ini. Demi Tuhan! mereka bahkan baru saling mengenal, dan ini merupakan pertemuan ketiga mereka.
"Carilah wanita lain yang bisa kamu jadikan calon istrimu. Aku yakin di luar sana banyak wanita yang rela mengantri untuk dirimu. Tapi bukan aku." Ucapnya sambil berdiri, Karina mengusap hidungnya ia yakin dengan penampilan Aldi wanita banyak yang mengantri untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Karina (Tamat√) Terbit E-book
Romance+17 tahun keatas.. Cerita dewasa. Bagi yang merasa belum cukup umur sebaiknya mencari bacaan lain. Terimakasih..