Bocoran dikit..
Sebenarnya cerita di tikung teman dekat merupakan pengalaman pribadi aku sendiri, aku tidak suka memperpanjang masalah dan melarut-larutkan masalah, hanya saja sesuatu yang sudah hancur tidak akan pernah kembali seperti semula..
Aku tidak menaruh dendam atau pun kebencian, toh tidak ada gunanya.
Karena aku percaya karma itu ada.. Jadi meski kami (aku-dia) masih satu kampung kami lost kontak. Kalo ketemu ya nyapa, kalo gak ketemu lama ya bodo amat.Haha..
Mungkin terdengar bodoh ya, tapi dengan memaafkan semuanya terasa ringan.
Oke happy reading aja..
***
Sebuah mobil memasuki halaman sebuah rumah bergaya eropa klasik, pintu terbuka menampilkan sosok cantik yang menatap pada rumah di depannya dengan pandangan sendu. "ayo!" ucapnya pada seseorang yang baru saja keluar dari mobilnya.
Sebenarnya hal ini sudah bukan menjadi urusannya, hanya saja hati nuraninya berkata lain. Yang Karina perdulikan bukanlah Melisa melainkan bayi yang dikandungnya, setidaknya ia harus memastikan bagaimana nasib bayi itu kedepannya. Lagi pula ia juga memiliki urusan lain yang harus segera di urusnya, dua hari lagi Aldi dan orang tuanya akan datang untuk melamarnya. Tidak mungkin bukan jika ia memakai dua cincin sekaligus dalam satu jari. Dan ia juga sudah tidak sabar ingin segera mengakhiri hubungan rumit yang terjalin antara ia, Ifan dan Melisa.
Mereka berdua berjalan dalam diam, bahkan saat tadi berada dalam mobil pun tidak ada pembicaraan yang terjadi. Pintu terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang merupakan seorang asisten rumah tangga dikediaman itu, keduanya di persilahkan masuk dan duduk di sofa ruang tamu menunggu sang tuan rumah.
"Sayang.. Sudah lama kamu tidak berkunjung ke sini. Bagaimana kabar kamu?" Seorang wanita berpenampilan anggun memeluk tubuh Karina dengan erat.
"Baik Mom. Mommy sendiri bagaimana?"
"Baik. Ah.. Bukankah ini Melisa?" Tanyanya melihat kearah wanita yang duduk di samping Karina. "Iya tante." Melisa berusaha tersenyum dan menyalami tangan Zara Mommynya Ifan.
"Mas Ifan ada Mom?" Tanya Karina. Ia memang kesana untuk menemui pria itu.
"Dia di kamarnya. Apa kalian sedang bertengkar? Mommy tidak bermaksud mencampuri hubungan kalian, hanya saja sebaiknya di selesaikan dengan kepala dingin."
Karina hanya tersenyum mendengar ucapan Zara. Ia tidak tau harus menjawab apa, Zara sudah seperti Ibu baginya, di mata Karina Zara merupakan sosok wanita yang anggun, bijak, dan penyayang.
"Bisa Mom panggilkan dia?" Pinta Karina, Zara tersenyum dan mengangguk.
Tidak lama kemudian sosok Ifan muncul menuruni tangga. Penampilan pria itu telihat kacau, lingkaran hitam di bawah matanya, bulu-bulu halus yang menghiasi wajahnya, dan rambut yang berantakan, bahkan dari kemeja yang di kenakannya saat ini Karina dapat mencium bau alkohol yang cukup menyengat.
"Sayang."
Begitu melihat Karina Ifan langsung berlari dan memeluknya dengan erat. Karina merasakan baju di bagian bahunya basah, Ifan terisak sambil memeluknya. "Maaf sayang. Maafkan aku. Tolong jangan tinggalkan aku. Aku menyesal."
Melisa memalingkan wajahnya melihat hal itu, mungkin ini yang terbaik untuk mereka ia berbalik dan berjalan menjauh.
"Aku tidak ingin kehilangan mu. Tolong jangan tinggalkan aku." Ucap Ifan dengan suara parau.
"Mel?." Namun sebelum langkah kaki Melisa menjauh panggilan Karina menghentikan langkahnya.
Karina melepas pelukan Ifan di tubuhnya, terlihat tatapan tidak rela di mata pria itu tapi Karina mengabaikannya dan berjalan menarik Melisa kearah Ifan. "Jadilah pria sejati yang mempertanggung jawabkan perbuatannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Karina (Tamat√) Terbit E-book
Romance+17 tahun keatas.. Cerita dewasa. Bagi yang merasa belum cukup umur sebaiknya mencari bacaan lain. Terimakasih..