6

9.8K 486 7
                                    

Jangan lupa vote dan coment..

Happy reading..

🍃🍃🍃

Karina berdiri dari duduknya, ia berjalan menghampiri lalu memberi salam pada pasangan yang ada di hadapannya. "Maaf mengganggu, saya Karina. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan anda, kalau tidak keberatan bisa kita berbicara?" Tanya Karina dengan ragu pada wanita yang ia perkirakan Andini.

Seakan tersadar dari keterkejutannya wanita itu tersenyum kepada Karina, ia memperhatikan pernampilan Karina dengan seksama dari atas hingga bawah. "Baiklah, kalau begitu silahkan duduk kembali." Ucap wanita tersebut mempersilahkan Karina untuk kembali duduk di sofa, wanita itu duduk di hadapan Karina di ikuti suaminya.

"Saya Andini dan ini Dafa suami saya." Ucapnya memperkenalkan diri. "Hal apa yang ingin kamu bicarakan dengan saya?"

Karina terdiam cukup lama, ia merenungkan kata-kata yang ingin ia sampaikan pada Andini. Andini dan suaminya memperhatikan Karina, gadis di hadapan mereka saat ini sangat mirip dengan seseorang yang mereka kenal di masa lalu.

"Saya ingin menyampaikan permintaan maaf dari Bunda saya." Ucap Karina dengan pelan, entah kenapa hatinya tiba-tiba merasakan sesak.

"Sindi?" Tanya Andini memastikan dugaannya.

"Benar.. Dari mana anda tau?" Karina yang merasa heran pasalnya mereka langsung bisa menebak kata Bunda yang ia ucapkan adalah Sindi Bundanya.

"Kamu begitu mirip dengannya, bahkan sangat mirip itulah sebabnya kami bisa langsung mengenali mu hanya mata, hidung serta bibirmu yang sepertinya kamu tidak warisi darinya, mungkin kamu mengambilnya dari Ayah mu."

Ayah? Karina meringis dalam hati mendengar kata tersebut, jangankan dirinya bahkan Bundanya pun tidak tau siapa yang menjadi Ayahnya.

"Ya Tuhan, kamu sudah besar sekarang, kamu tau kami mencari mu kemana-mana tapi kami tidak bisa menemukan mu." Mata Andini berkaca-kaca, ia menggenggam tangan suaminya dengan erat.

"Bunda menempatkan saya di tempat yang menurutnya aman, maaf saya baru bisa menyampaikan permintaan maafnya sekarang, karena...." Ucapan Karina tersendat oleh kepedihan hatinya.

"Tidak apa-apa, justru akulah yang harus minta maaf padamu. Karena diriku, Sindi dia..." Andini menangis di pelukan suaminya. Ia begitu menyesali bahwa ia tidak bisa menyelamatkan Sindi saat itu.

"Tidak.. Anda tidak perlu meminta maaf. Bunda melakukan hal itu karena ingin menebus rasa bersalahnya, ia.. Ia berharap anda bisa hidup dengan bahagia." Karina berusaha tersenyum. Ingin sekali ia egois dengan menyalahkan kenapa Bundanya tega mengorbankan dirinya dan meninggalkannya, tapi ia tidak bisa. Sindi pasti sudah melakukan yang terbaik yang ia bisa ia lakukan untuk dirinya.

Andini bangkit kemudian berjalan menuju Karina, wanita itu tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya. "Kemarilah!" Ucapnya.

Dengan ragu Karina berdiri lalu memeluk Andini, ia tidak mampu lagi untuk menahan air matanya. Ternyata seperti ini rasanya pelukan dari seorang ibu, ah andai ia mengingat bagaimana dulu saat Sindi memeluknya. Ingin sekali ia berteriak atas ketidak beruntungan yang di alaminya.

Cinta Karina (Tamat√) Terbit E-bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang