Hati hati typo ✒️
Flow dan Rachel berlari secepat mungkin ke kelasnya. Dalam hati mereka juga berdoa agar guru yang mengajar pagi ini belum datang. Tapi harapan mereka seketika pupus. Gurunya sudah berada di kelas. Diam diam Flow menyalahkan Rachel dalam hati. Ugh, gara gara dia, Flow jadi terlambat. Coba saja adiknya itu tidak begadang sampai jam 5 pagi, pasti mereka berdua sekarang sudah duduk dan beraktivitas seperti biasanya sambil mendengarkan guru mereka yang sedang mengajar saat ini.
Cklek.
Pintu kelas terbuka lebar. Tampak lah guru terkiller di sekolah ini, Rose. Kabarnya, guru ini pernah membunuh Salah satu orang penting negara dengan menggunakan payung. Iya, payung. Payung yang ujungnya sangat runcing. Payung itu menancap tepat di kepala sang korban. Ugh, indah sekali.
"Kalian terlambat?" tanya Rose dengan wajah galaknya. Flow berdecak. Ck, pertanyaan bodoh. Memangnya dia tidak mempunyai mata apa? Apa perlu Flow mencongkel matanya keluar dari rongganya? Bodoh.
"Sudahlah. Kalian duduk saja," lanjut Rose lalu kembali menjelaskan bagaimana cara memotong daging yang baik dan benar.
Satu kelas melongo. 'Ini tidak adil!' jerit siswa siswi blood c dalam hati. Mereka aja waktu terlambat tidak dibolehin masuk kelas selama 1 bulan. Kenapa Flow dan Rachel yang statusnya anak baru tidak dihukum sama sekali?! Tidak adil!
"Buk! Kok mereka gak dihukum sih?! Mereka kan terlambat 20 menit! Kami aja dihukum seberat beratnya kalau terlambat satu detik aja! Mereka kok enggak?!" protes salah satu siswi dikelas ini.
'Ugh, berisik,' batin Flow sambil berjalan kearah bangkunya dan mulai menelungkupkan kepalanya ke meja, tidur.
Mata Rose memicing tajam. Salah satu pisaunya menancap tajam ke meja si siswi yang protes tadi. Wajah siswi itu memucat.
"Mau mati?" tanya Rose. Ia memainkan pisau pisau kesayangannya.
"E-enggak," si siswi menggeleng cepat. Yang benar saja... Ia masih ingin hidup....
"Ya sudah," ucap Rose lalu melanjutkan pelajarannya yang sempat tertunda.
Berbeda dengan kakaknya yang tertidur, Rachel malah asik berselfie ria dengan Hpnya. Rose hanya melirik sebentar dan kembali menerangkan. Aneh. Bukan hanya Rose saja, bahkan Samantha dan guru guru yang lainnya bersikap biasa biasa saja saat Flow dan Rachel tidak memperhatikan ketika mereka sedang mengajar.
••••
"Kak, fotonya lebih bagus yang mana?" tanya Rachel sambil menyodorkan beribu ribu foto di Hpnya ke Flow. Oh yang benar saja? Adiknya ini berfoto hingga beribu ribu hanya untuk satu gaya saja?! Rasanya Flow ingin sekali membenturkan kepala Rachel ke dinding.
Sekedar informasi, Flow dan Rachel sekarang ini sedang beristirahat bersana di kelas. Sebenarnya sih Rachel mau pergi makan di kantin. Tapi mana mungkin ia mau meninggalkan kakaknya sendirian didalam kelas. Jujur, yang kakak disini siapa sih? Kok sepertinya Rachel yang menjaga Flow? Bukan Flow yang menjaga Rachel? Ah, terserah mereka saja.
"Semuanya jelek," jawab Flow singkat. Rachel seketika sakit hati. Jahatnya. Mulut Flow benar benar mengerikan. Untung Rachel sejak kecil sudah kebal terhadap ucapan ucapan Flow yang menyinggung hati ini.
"Kamu yang namanya Rachel?" tiba tiba saja datang seorang siswi asing didepan mereka. Rachel yang ditunjuk pun memasang wajah heran. Dari mana bocah tidak dikenal ini mengetahui namanya?
"Siapa? Memangnya kenapa? Ada masalah apa?" tanya Rachel beruntun. Siswi tersebut seketika pusing. Ini bisa tidak sih satu satu pertanyaan nya? Lelah hayati....
"Aku Mavis. Nggak ada masalah apa apa. Hanya saja bu Samantha menyuruh kamu untuk segera menyelesaikan kerajinan dari tulang manusia itu. Mau dinilai soalnya. Itu aja. Sekian," jawab Mavis lalu kembali ketempat duduknya yang tak jauh dari tempat duduk Flow dan Rachel.
Mavis? Itu bukankah nama yang sama seperti nama teman partner in crime mereka ketika zaman SD dulu? Tapi nama Mavis bukan hanya satu saja bukan? Bisa saja itu Mavis yang lainnya.
Pandangan mereka berdua tak lepas dari Mavis. Mereka terus terusan melihat aktivitas Mavis tanpa berkedip sekalipun. Mavis yang merasa diperhatikan pun mulai merasa risi. Apakah di hidung Mavis ada kotoran hidung yang cukup besar hingga mereka melihat seperti itu?
Mavis mengupil lalu melihat jarinya. Tidak ada kotoran. Lalu kenapa mereka melihat sambil melotot lotot gitu?
Ketika memperhatikan gelagat mengupil Mavis, mereka menjadi paham sekarang. Hanya satu orang yang mampu bertingkah seperti itu saat diperhatikan oleh orang lain. Hanya satu orang didunia. Yaitu Mavis sang partner in crime mereka. Tetapi, dimana kembarannya itu? Biasanya dimana ada Mavis pastilah selalu saja ada kakaknya, Zeira.
Sepasang tangan melingkar erat di pundak Flow dan Rachel. Sontak mereka berdua melihat kearah orang yang memeluk pundak nya itu. Mata Flow bersinar. Ah, baru saja dibicarakan. Pendek umur emang ya.
"ZEIRAA!!" teriak Rachel seraya memeluk Zeira kencang. Saking kuatnya pelukkan Rachel, Zeira jadi terjengkang sedikit kebelakang.
"Flow," Mavis memeluk Flow erat. Pelukkan yang sama kencangnya seperti Rachel tadi. Mavis lalu berbisik, "kangen banget sama boneka Lowi-ku ini."
Jika nama kecil Rachel adalah Acel, maka nama kecil Flow adalah Lowi. Begitu pula dengan Mavis dan Zeira. Mavis nama kecilnya Avis dan Zeira nama kecilnya Era.
"Kangen Avis," balas Flow lalu ikut memeluk Mavis. Seketika mereka berempat berpelukkan ria. Mereka mengabaikan tatapan aneh dari siswa siswi yang lewat dikelas. Masa bodo. Yang penting mereka bertemu partner in crime mereka. Yang ternyata juga seorang 'psychopath'. Ah menyenangkan sekali. Flow jadi menyukai tempat yang bernama sekolah ini. Besok ada kejutan apa lagi ya?
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath High School
Mystery / ThrillerFlowerine Keiziana Gerald dan Rachel Lyniana Gerald. Kedua cewek yang mempunyai banyak rahasia di kehidupannya. Kedua cewek yang misterius. Disarankan agar jangan terlalu ingin tahu tentang kehidupan mereka. Sebab, mereka sangat berbeda dari yang l...