Ch 7 : Monster

1.4K 123 6
                                    

Hati hati typo

"The death exam, begins,"

o•••o

Mata Flow berkedip-kedip lucu. Ugh, kepalanya pusing sekali. Ini pasti gara-gara perjalanan mereka menuju hutan yang memakan waktu 5 jam ditambah macetnya lalu lintas.

Hutan yang dituju Flow itu bernama Dark Forest. Tempat dimana para manusia yang lelah akan kehidupannya akan memilih gantung diri disana. Sudah pasti hutan ini diisi oleh ribuan arwah manusia yang bergentayangan. Entah ide darimana Noraline menempatkan tempat ujian mereka di hutan gelap ini.

Flow menatap kearah Rachel yang tertidur pulas. Terlintas ide jahil di otaknya. Ia lalu menutup lubang hidung Rachel. Seketika saja Rachel membelalakkan matanya kaget. Dengan cepat ia menepis tangan Flow kencang sekali. Flow meringis saat melihat tangannya memerah.

Rachel menatap sinis kearah Flow, "Kakak mau bikin aku mati?!"

Flow yang sedang dimaki hanya mengedikkan bahunya acuh. Ia lalu menatap kearah Mavis dan Zeira yang tertidur pulas. Idenya lagi lagi muncul. Tapi sebelum ia melaksanakan idenya, teriakan-teriakan alay terdengar hingga merusak gendang telinga Flow.

"Menjijikan." umpat Flow sambil mengusap-ngusap telinga yang berdengung. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Rupanya hanya dia dan para sahabatnya yang berada di dalam bis. Sementara yang lainnya telah keluar. Buru-buru ia turun dari bis diikuti para sahabatnya.

Owh, pantas saja para siswi berteriak alay. Ternyata kelompok yang bernama Redblood itu sedang memamerkan ketampanan mereka. Rambut acak-acakkan, baju dikeluarkan, mata tajam mempesona, dan beberapa bukti ketampanan yang nyata lainnya.

Redblood itu terdiri dari para cowok yang kemampuannya tidak perlu diragukan. Masih ingatkah kalian dengan seorang siswa yang berani menentang Flow di kelas? Namanya Rafael. Rafael juga termasuk kelompok Redblood. Dan juga Rafael lah yang Flow lihat di kantin waktu itu (Ch 3 : Kelas baru).

o•••o

1. Mencari kelompok yang harus dibunuh
2. Menyiksa mereka hingga mati
3. Mengambil masing-masing satu organ mereka
4. Mengumpulkannya ke dalam tas yang disediakan satu perkelompok
5. Menukarnya dengan makanan/minuman
6. Lalu lanjut kembali membunuh hingga kelompok terakhir

Flow mengetuk-ngetuk penanya ke bibir. Dahinya berkerut. 'Apalagi ya?' batin seraya berpikir dengan keras. 'Sepertinya itu aja deh.' lanjutnya lagi.

Ujian telah dimulai setengah jam yang lalu. Tetapi, hanya kelompok Whiteblood saja yang masih bersantai-santai sambil berteduh dibawah pohon yang besar. Mereka terlalu malas untuk mencari kelompok yang harus mereka bunuh.

Palingan kelompok-kelompok yang ingin membunuh mereka lah yang akan datang menghampiri mereka. Jadi mereka tidak perlu bersusah payah.

"Itu Whiteblood!" teriak salah satu anggota yang memakai kaos bergambar Pisang. Sudah pasti itu adalah kelompok Banana candy.

"Ugh, aku masih mau bersantai santai," keluh Rachel. Ia menghentak hentakkan kakinya kesal. Mavis merenggangkan badannya seraya tersenyum sinis.

"Come to Mama, baby." bisik Mavis lembut.

Zeira menatap mereka sambil memakan cemilannya. Ia menikmati saat bumbu hati gorengnya masuk ke dalam mulut. Hmm, enaknya :)

"Gue kira Whiteblood itu sekumpulan laki laki berotot yang jago banget bunuh orang. Eh, dugaan gue meleset guys. Ternyata Whiteblood itu hanya lah sekumpulan cewek lemah yang selalu bersembunyi dibawah ketek teman-teman lainnya!" tawa mereka menggelegar bersama. Seorang cowok yang menghina mereka tadi tersenyum mengejek.

'Cowok ini.... Mau mati y?' batin Mavis. Mavis melirik kearah tangan Flow yang terkepal erat. 'mereka nyari musuh yang salah.' sambung Mavis dalam hati.

"Oke guys! Gak usah bertele tele lagi! Bunuh mereka semua!" teriak salah seorang dari mereka diikuti teriakan teriakan lainnya.

Cowok bertubuh agak berotot mulai menyerang Flow menggunakan pisaunya yang sangat tajam. Goresan demi goresan diterima oleh Flow. Melihat Flow yang tidak melawan sama sekali membuat cowok itu semakin menggila.

Sekarang seluruh tubuh Flow berlumuran darahnya sendiri. Cowok itu tersenyum menang. Dalam hati, cowok itu menyayangkan muka serta tubuh Flow yang sempurna itu. Tiba tiba terlintas ide jahat di pikiran nya. Ia tersenyum mesum.

"Hey, kalau lu mau, lu bisa tidur bareng--" tawaran cowok itu terhenti ketika kepalan tangan menonjok pipinya. Mata cowok itu berkilat tajam. Beraninya cewek ini menonjoknya....

"Dasar j*l*ng! Berani--" sebelum cowok itu menyelesaikan katanya, Flow terlebih dahulu menancapkan pisaunya kearah perut si cowok. Cowok itu mengeram keras saat pisau Flow dikeluarkan dari perutnya dan mulai menghujam kedua matanya berkali-kali.

"Akhhhh!!" Darah mengucur deras dari kedua matanya. Astaga, sakit sekali rasanya. Cowok itu berteriak pilu. Tangannya memegang tangan Flow lemah. Berusaha menghentikan tindakan Flow. Flow memicing tajam. Detik berikutnya, tangan cowok itu terpotong menggunakan kapak kecil yang entah sejak kapan berada di dekat Flow.

Lagi-lagi erangan itu terdengar menyayat hati. Cowok itu dalam hati memohon agar Flow segera membunuh. Sungguh, ia menyesal telah mengejek Whiteblood.

"A-ampunhh," pinta cowok itu kesusahan. Matanya hancur, tangan kanannya buntung, dan darah masih mengucur di perutnya.

Siapa saja! Tolong dia!

Flow kembali menusuk perut si cowok sambil menggerak-gerakkan tangannya dengan liar. Alhasil, isi dalam perut si cowok menyembur keluar. Flow berhenti sebentar. Matanya melihat ke arah usus cowok itu. Ia memperlihatkan deretan giginya. Woah, usus! Makanan kesukaannya!

Flow menjilat-jilat usus itu dengan nikmat. Usus manusia memang tidak akan pernah tertandingi oleh makanan apapun. Ia kemudian memasukkan makanan nikmat itu kedalam mulutnya. Flow kemudian dengan cepat mengeluarkan semua isi dalam perut mangsanya. Usus, Limpa, Jantung dan beberapa bagian lainnya ia makan dengan rakus.

Para anggota Banana candy muntah bersamaan setelah melihat adegan yang ditunjukkan oleh Flow. Mereka memang menyukai semua bagian tubuh manusia. Tapi... Tidak se fanatik Flow....

"Itu... Kakak lu?" tanya Mavis yang telah membunuh lawannya dengan cepat. Rachel termenung. Ia memang sering melihat kakak nya seperti ini. Tapi mau dilihat dari segi manapun, ia tetap ngeri kepada kakaknya ini.

"Monster..." bisik Rachel yang tidak terdengar oleh siapa pun.

Tbc

Whuahahaha gaje sekali chapter ini :v. Udah gaje, gak sadis lagi tuh. Harap maklum aja ya. Authornya masih Noob :v. Maaf kalau ada typo!

Psychopath High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang