"Kabar mengejutkan datang di kediaman keluarga Gerald. Pasalnya, ditemukan mayat sang penyanyi terkenal yaitu Jeslyn Angela Gerald tergeletak di kamarnya dengan kondisi leher dan badan terpisah. Dan juga ditemukan-" tiitt.
Berita di tv segera berganti dengan saluran kartun. Flow mengubah posisinya yang semula duduk menjadi berbaring.
"Ck, Membosankan," keluh Flow. Tak ada rasa bersalah sama sekali di wajah cantiknya itu. Seakan akan hal yang dilakukannya kemarin itu adalah hal yang biasa.
Setelah aksinya kemarin, dengan segera Flow melenyapkan barang buktinya. Beruntung kemarin keluarga dan para pembantunya berlibur bersama hingga menyisakan Jeslyn dan Flow sendiri dirumah.
Kesempatan langka ini tak akan Flow lewatkan bukan? Jangan salahkan Flow atas pembunuhan ini. Salahkan saja Jeslyn yang selalu pilih kasih terhadap Flow dan adeknya yaitu Rachel. Tapi entah kenapa Flow selalu saja tidak bisa membenci adek perempuannya itu.
Sama dengan halnya sang kakak, Rachel justru juga membenci Jeslyn yang terlalu memanjakan nya. Malahan Rachel lah yang menyuruh sang kakak agar membunuh Jeslyn.
Flashback
"Kak, aku benci ibu," ucap Rachel tiba tiba. Flow mengernyitkan dahinya bingung. Menyadari kebingungan sang kakak, Rachel kembali melanjutkan perkataannya.
"Soalnya... Dia pilih kasih." lanjut nya.Mimik wajah Flow berubah. Matanya menatap tajam Rachel. Sangat tajam hingga membuat Rachel merinding ketakutan.
"Kamu tau darimana?" tanya Flow dingin.
"Kakak kira selama ini Rachel gk tau? Rachel gak bodoh! Cukup selama ini Rachel diem aja lihat kelakuan ibu ke kakak. Ibu... Benar benar jahat. Sekarang, Rachel mau nanya sama kakak," Rachel menarik napas dalan dalam lalu menghembuskannya kasar.
"Kakak... Mau gak bantuin Rachel lenyapin ibu?" tanya Rachel penuh harap. Flow tak bereaksi apa apa. Wajahnya tetap datar. Tetapi, wajah datarnya perlahan tergantikan dengan seringai. Flow mengangguk kecil seraya tetap menyeringai. Rachel bersorak senang. Saat itu mereka menghabiskan 2 jam untuk menyusun rencana rencana mereka agar matang.
Saat yang ditunggu pun tiba. Keluarga besar mereka pergi ke luar negri untuk berlibur. Tentu saja itu adalah rencananya Rachel. Jeslyn tidak ikut bersama mereka karena sakit. Sebenarnya sih sakitnya tidak terlalu parah. Namun, Rachel terus saja bersikeras agar ibunya di rumah saja. Flow juga tidak ikut pergi bersama keluarga besarnya. Alasan Flow pada keluarga nya? Malas.
"Bu," panggil Flow pada Jeslyn yang sekarang duduk santai didepan tv. Jeslyn menoleh. Matanya berubah sinis. Oh, dia sangat benci pada anak sulungnya ini. Anak yang tidak pernah menuruti semua perkataannya. Berbeda dengan Rachel yang selalu patuh padanya.
"Apa?" tanya Jeslyn ketus.
"Ada yang mau Flow bicarakan sama ibu," ucap Flow lalu berjalan ke arah gudang belakang rumahnya. Jeslyn yang dilanda rasa penasaran pun akhinya menurut mengikuti langkah kaki Flow.
Cklek.
"Hey! Apa yang kau lakukan!" teriak Jeslyn marah. Flow diam saja. Tangannya yang berada di belakang memegang pisau dengan erat.
"Ibu jahat sama aku tapi ibu baik sama Rachel. Ibu gak sayang aku tapi ibu sayang sama Rachel. Ibu cuekin aku tapi ibu perhatiaan sama Rachel,"
"Ibu beliin Rachel baju. Ibu beliin Rachel sepatu. Ibu beliin Rachel tas. Ibu beliin semua yang Rachel mau. Tapi aku kok gak di gituin juga?" Flow mengeluarkan semua curahan hatinya yang selama ini ia pendam. Jeslyn mengerutkan dahinya bingung.
'Lah? ni anak kesambet apa?' Pikir Jeslyn.
"Aku pikir kalau ibu pantasnya mati saja. Ibu mau kan?" Jeslyn membelalakkan matanya kaget.
'Apa yang mau anak ini lakukan?!!' Jerit Jeslyn dalam hati.
Flow menatap ibunya dengan tatapan datar. Secepat kilat pisau yang berada ditangannya ini memotong kepala Jeslyn.
Crasshhh.
Dalam sekejap kepala Jeslyn jatuh ke lantai.
Darah mulai bercucuran ke lantai. Percikan darah juga mengenai muka cantik Flow.
"Tidurlah...." bisikan kecil seperti suara iblis itu terdengar di seluruh ruangan. Samar-samar senyuman tipis tercetak di bibir Flow.
"Dengan damai..."
Flashback Off
Flow kembali mengingat saat ia membunuh ibunya. Detak jantungnya kemarin malam kembali di rasakannya. Bukan, bukan rasa takut. Melainkan rasa kesenangan tersendiri di dalam hatinya.
o•••o
"Ibu! Kenapa kau meninggalkan aku secepat ini bu?!" tangisan Rachel terdengar ke seluruh penjuru rumah. Sejujurnya sih dia jijik melakukan ini. Toh, Rachel sendiri yang menyuruh kakaknya membunuh ibunya sendiri. Tapi, agar tidak di anggap mencurigakan, tentu saja ia harus berakting di depan keluarga besarnya ini.
Flow sebisa mungkin menahan tawanya agar tidak terdengar yang lain. Ah, lucu sekali drama baru yang di mainkan adeknya sekarang ini.
Tatapan mata Flow beralih ke arah jasad ibunya itu. Iba? Kata itu tidak ada di kamus Flow. Setitik rasa pun tidak ada di hatinya.
"Sudahlah," tangisan Rachel seketika terhenti setelah Flow mengucapkan satu kata itu. Dengan cepat Rachel memeluk Flow erat. Ia membisikkan sesuatu di dekat telinga Flow.
"Thanks kak, udah ngabulin permintaanku." bisik Rachel nyaris tak terdengar. Samar-samar Flow menganggukan kepalanya.
"Jadi, mari kita berdoa agar arwah ibu kalian tenang di alam sana. Dan juga semoga pelaku pembunuhan ini tertangkap secepatnya," kata bibi mereka yang bernama Rika dengan matanya yang sembab.
'Semoga arwah wanita itu tidak mengangguku,' pikir Rachel dalam hati sinis.
'Menyusahkan,' batin Flow malas.
Tbc
Hati hati typo bertebaran 👻👻👻

KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath High School
Mystery / ThrillerFlowerine Keiziana Gerald dan Rachel Lyniana Gerald. Kedua cewek yang mempunyai banyak rahasia di kehidupannya. Kedua cewek yang misterius. Disarankan agar jangan terlalu ingin tahu tentang kehidupan mereka. Sebab, mereka sangat berbeda dari yang l...