Tiga

52 19 0
                                    

'Gue baru sadar, kalau lo benar-benar orang yang tepat buat gue.'
-war.

Hari ini lumayan mendung dan hawanya sedikit dingin. Bunyi ponsel Azka berbunyi membangunkannya. Azka menjawab tapi tidak berbicara. "Jangan lupa gedung belakang lapangan Merdeka jam 2. Kalo lo gak datang berarti lo beneran cupu. Hahaha." Ponsel dimatikan. Dilihatnya jam diponsel. Masih pukul 09.00. Azka sangat malas untuk bergerak. Tiba-tiba saja pintu terbuka keras dari luar. Ah siapa lagi sih, batinnya.

"Woi, bangun lo, kebo!" Vino menimpa tubuh Azka.

"Aduh! Berat bego! Nggak mikir apa lo?!" balas Azka kesal. Baru pagi-pagi sudah ditimpa badan Vino.

"Udah ayo mandi dulu." pinta Vino. Azka berdecak. Biasanya dia baru mandi pukul 10.00.

"Mau kemana sih emang?"

"Mau jogging lah.."

Pletak! Jitakan keras mendarat didahi Vino.

"Aduh! Sakit tahu." Vino meringis kesakitan.

"Si bego! Kalau mau jogging nggak usah mandi lahh.." Azka bangkit dari kasurnya dan mengganti kaos birunya dengan kaos hitam. "Ayo!" pinta Azka bossy.

Dikamar, Sarah masih berbaring ditemani ponsel kesayangannya. Dia membuka aplikasi instagram dan terkejut melihat followersnya sudah mencapai 1070. "Dek ayo." teriak Gibran dari bawah. Tanpa menjawab, dia mengambil sapu tangannya dan kebawah. "Mau kemana anak-anak mama?" tanya Miranda tiba-tiba.

"Mau jogging, Ma. Papa mana?" tanya Sarah.

"Papa kamu ke Bandung." jawab Miranda. "Oh yaudah deh aku sama adek pergi ya, Ma." ujar Gibran.

Saat sampai di taman dekat rumahnya, dia melihat 2 sosok yang dikenalnya sedang beristirahat. "Lo duluan aja." ucap Sarah. Lalu Gibran meninggalkan Sarah.

"Hai." sapa Sarah yang membuat mereka menoleh.

"Eh? Hai. Lo ngapain disini?" tanya Vino.

"Kalo gue disini artinya gue ngapain?" tanya Sarah. Vino terkekeh pelan.

Tak lama, Azka datang dengan sedikit keringat dibagian keningnya. Dia mengusapkan keringatnya dengan sapu tangan berwarna biru.

"Lomba lari mau nggak?" tawar Azka. Sarah menyetujuinya.

"Satu.. Dua.. Tiga!" ucap Vino. Azka lari sangat kencang. Tapi Sarah tidak mau kalah. Dia terus berlari dan akhirnya dia yang menang. "Yes." ucap Sarah. "Karena lo kalah, lo harus traktir gue nonton. Sesuai perjanjian." Azka mendengar hal itu hanya bisa pasrah sementara Vino tertawa ngakak.

"Sarah!" panggil Gibran dari kejauhan. "Ayo pulang. Gue udah selesai."

"Inget, jam 12.30, jemput gue." Sarah meninggalkan Vino dan Azka. Dia begitu bingung. Antara ke lapangan Merdeka atau traktir Sarah.

"Eh udah pada pulang." ucap Miranda yang sembari memasak.

"Ma, kemarin Andre kesini. Katanya salam buat mama." ucap Sarah. "Ohh gitu ya.." balas Miranda. "Nih makanannya dimakan dulu." Sarah dan Gibran menghirup aroma ikan goreng buatan mamanya. "Baca doa dulu ya sebelum makan." Miranda selalu mengingatkan anak-anaknya agar berdoa sebelum menyantap makanan. Setelah berdua, mereka berdua melahap habis makanan yang ada di depan mata.

"Seperti biasa. Aku sih yes." ujar Gibran. "Aku juga yes." ucap Sarah. "Sarah ke atas dulu ya, ma. Mau mandi."

"Tumben mandinya jam segini, biasanya juga entaran." ujar Miranda. "Mau pergi, Ma." balas Sarah dari atas. "Pergi sama siapa, bang?" tanya Miranda pada Gibran yang asik memainkan ponselnya. "Ih mama kepo ya?" goda Gibran.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang