3. Pacar ?

108 7 0
                                    

'plak'

Satu hantaman menggunakan buku mendarat sukses dikepala pria bernama rifan dan membuatnya meringis kesakitan.

"apapaan sih lo ?" pria itu bertanya sambil mengelus kepalanya yg terasa sakit.

"lo yang apapaan?"

"apanya yang apaan sih?" pria itu masih belum paham dengan pertanyaan pria dihadapannya.

"gak usah pura pura bego" dava mulai kesal karena temannya ini masih saja belum sadar dengan kesalahannya.

"kan gue emang bego" kalimat itu keluar dari mulut pria yg mempunyai kulit sawo matang membuat dava menghembuskan napas panjang. yaa mungkin benar apa yang dikatakan oleh pria itu kalau dia memang bego buktinya saja dia selalu remedial disetiap pelajaran.

"maksud tulisan lo tadi apa?" pria itu mulai melunak tidak lagi seemosi tadi dan mungkin ini adalah cara agar makhluk astral didepannya ini paham.

"ohh itu" rifan bersuara dengan santainya tidak ada raut penyesalan sama sekali diwajahnya.

"gimana kerenkan gue ? mulai sekarang lo ga jomblo lagi, itu juga kalau nayla mau sama lo sih" pria itu kembali berujar dan membuat dava ingin sekali membakarnya hidup hidup.

"ga lucu"

"lah gue ga ngelawak, lagian gue bukan anaknya sule yg bisa ngelawak riski fabian yg beneran anaknya sule aja kaga bisa ngelawak apalaigi gue"

"serah lo"

" harusnya lo itu bilang makasih sama gue berkat gue lo bisa jadian sama nayla secara nayla itu susah dideketin dan dari kabar yang gue dapet nayla itu baru putus sama ryan jadi lo bisa pacaran sama dia sebelum gua yg pacarin"

Cukup dava tidak mau lagi meladeni makhluk astral didepannya sudah cukup dia membuang waktunya hanya untuk mendapatkan penjelasnya yang sangat tidak jelas dari pria yg ingin dia bakar hidup hidup dan kini dia hanya ingin membuat pria ini mengakui kejahilannya pada gadis yg telah menjadi urusannya.


***


D

i tempat lain Lembar demi lembar telah dibaca oleh gadis pemilik rambut panjang ini tapi tetap saja tidak ada satupun yang nyangkut diotaknya kecuali surat itu dan perkataan terakhir yg keluar dari mulut pria itu masih terngiang ditelinga nayla.


"harusnya lo paham mana bentuk permintaan dan mana bentuk pernyataan"

"ya allah kenapa sih tuh cowok ganggu bangat" gadis itu berbicara sendiri dia benar benar tidak konsen untuk membaca. kali ini tangannya memijat pelepisnya pikirannya sedikit terkuras karena pria bernama dava.

"ya elah mba bacanya serius bangat dah" suara familiar itu membuat nayla menoleh pada sumber sura. panca indranya menangkap wajah tiga gadis yg selalu menemani hari harinya.

"ngapain lo pada kesini?"

"nemuin lo lah" kata gadis yg mengenakan kaca mata. windy

"berani amat lo keluar dipelajaran bu ainun"

"bu ainun udah pulang anaknya sakit jadi dia pulang cepet"

Gadis bernama nayla itu tersenyum sumringah bukan karena dia sudah melupakan masalahnya melainkan karena dia tidak perlu membaca buku yang menjelaskan masa lalu. gadis itu mengepalkan kedua tangannya dan berkata. yes yes. Dan karena saking kesenangnya membuat nayla melupakan bahwa dalam buku yg sedang dia pegang terdapat kertas yg hampir hampir membuat kepalanya pecah.

"kertas apaan tuh?" gadis bernama dellia itu menundukan wajahnya dan mengambil kertas yang terjatuh tadi

"OMG ini bukan halusinasi kan? nayla ini seriusan dava yg nulis" gadis itu berbicara dengan oktav suara yg cukup tinggi padahal mereka sedang berada diperpustakaan untung saja penjaga perpustakaan sedang tidak ada, jadi tidak ada yg memarahi mereka.

"nulis apaan?" kertas yg dipegang dellia langsung dirampas oleh gadis bernama agatha. dia adalah teman nayla yang sangat irit dalam berbicara.

Tatapan tiga gadis itu langsung terarah pada nayla meminta suatu kejelasan teman temannya ini tidak tau bahwa gadis itu sebenarnya juga masih butuh penjelasan.

"gue juga ga ngerti" nayla berkata jujur. ekpresinya saat ini seperti maling yang tertangkap basah.

Dellia memicingkan matanya ke arah nayla membuat nayla merasa terintimidasi "lo pake pelet apa?"

Nayla menghembuskan napas panjang, dia pikir dellia akan menanyakan hal yg aneh tapi malah pertanyaan bodoh itu yg keluar dari mulutnya.

"pake pelet ikan" jawab nayla asal

"emang bisa ?"

"lo coba aja sendiri"

"lo dibegoin bego" agatha menimpali obrolan dellia dan nayla yg sangat tidak penting.

"beruntung bangat lo dari ryan pindah ke dava, gila kalau gue jadi lo gue pacarin keduanya" tutur windy yang membuat nayla menoleh padanya.

"gue ga pacaran sama da--" ucapan nayla terpotong karena obrolang dua orang pria yg membuat nayla melihat ke arah dua pria didepannya dengan jarak yg cukup jauh.

"selesain masalah ini gue ga mau tau"

"lo harusnya terima kasih sama gue dav"

Pria bernama dava itu terus menyeret kasar rifan hingga mereka sampai dihadapan empat gadis yg sedang menatap heran kearahnya.

"cepet" titah dava dan membuat rifan mengerucutkan bibirnya temannya ini memang tidak bisa di ajak bercanda

"mau ngapain lagi lo?" nayla bertanya dengan nada yg lagi lagi sangat tidak bersahabat untuk didengar

"cepet bilang" pria itu mengabaikan nayla dan malah fokus dengan pria disampingnya

"nay" kata rifan yg hanya mendapatkan deheman dari nayla.

"dava minta nomor lo" dava langsung menatap kearah teman laknatnya ini. bukannya memberi penjelasan dia malah mengeruhkan suasana kalau bukan karena teman pasti pria ini sudah di kubur hidup hidup oleh dava.

"gue ga hapal no gue" bohong nayla

"gue apal" bodoh dellia malah berkata hal yg sangat tidak ingin nayla dengar.

Rifan langsung mengambil benda pipih berwarna hitam di saku celan dava. dan dava pria itu hanya diam tidak mengeluarkan sepatah kata lagi dia sudah bingung dengan otak temannya ini sepertinya otak rifan sudah mulai koslet.

"nih lo tulis disini yaa" titah rifan pada dellia, gadis itu langsung menekan beberapa angka setelah itu menekan tombol hijau dan membuat ponsel nayla bergetar karena ada panggilan masuk

"udah gua miskolin jadi nayla juga punya nomor lo dav" dengan tanpa dosa gadis itu berbicara dengan entengnya dia tidak tau saja dua remaja itu sedang menahan emosinya yg membara sedari tadi.

"kalau pacaran itu harus sering sering nanyain kabar pacar lo nay, emang lo mau diselingkuhin lagi?".dellia kembali berkata membuat nayla terpaksa mengatakn hal yg sangat tidak ingin dia katakan.

"pacar gue yg sekarang ga bakal selingkuh toh dia yg bikin keputusan tanpa meminta persetujuan. iyakan pacar ?" gadis itu mengarahkan pandangannya pada dava dan membuat pria itu juga menatap kearahnya hingga kedua iris hitam itu bertemu dalam waktu yg terbilang cukup lama. kalau biasanya setiap gadis akan langsung memutuskan tatapannya jika sudah ditatap dingin oleh dava tapi kali ini tidak. Dava pria itu langsung memutuskan tatapannya karena nayla yang terus menatap dengan tajam ke arahnya.

***

Komen ya klo ada typo hehe
Jangan lupa vote dan komentar :v

Catatan NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang