"Huh.. hebat banget kamu tadi bisa tahan ngangkang sambil " ucapnya dengan nafas yang memburu seperti setelah berlari ribuan kilometer menatapku yang hanya bisa diam membantu, tidak tahu aku harus berkata apa. Seluruh otakku seperti membeku, roda giginya sedang tidak berfungsi, terlebih disaat-saat seperti ini dimana aku sedang bertatapan dengan orang asing diatas kasur. Karena aku bukan orang yang bisa begitu saja bergaul dengan orang yang acak, jangankan orang yang tidak dikenal, teman-teman kerjaku saja masih kubatasi dengan dinding yang tidak terlihat. bisa dikatakan kemampuan sosialisasiku belum mencapai KKM.
Dia langsung beranjak lalu berjalan ke kamar mandi dengan santai. "Bentar ya, kalau mau ngopi ambil aja sendiri" pesannya sebelum memasuki pancuran air. Aku hanya diam dan menatap langit-langit kamar yang sangat asing ini, terbayang akan Rio yang biasanya melakukan percakapan-pasca-sex denganku diatas kasur. Bergumul ria atau menceritakan hal-hal lucu yang bisa meningkatkan kemesraan kami.
Dan laki-laki ini langsung beranjak mandi, terdengar dari suara air yang mengguyur deras, seakan dia jijik setelah bergumul denganku, apalagi setelah kalimat yang dia katakan diawal, ketika dia mencumbuku.
Oh tuhan, apa yang telah aku lakukan. Batinku sambil mengusap wajah. Baru kusadari birahi dalam diriku mampu mengalahkan sikap pemalu dan penakut yang sebenarnya lebih mendominasi. Lebih baik aku bernajak sebelum dia menyadarinya. Aku mengambil pakaianku, lalu mengendap-endap keluar lalu berlari secepat mungkin tanpa melihat kebelakang lagi.
Cara yang sangat aneh untuk menutup hari ini. Batinku sambil berlari setengah telanjang di kegelapan tengah malam.
"Cieeeee yang habis bercinta tadi malam" ujar Sherly mengejutkanku yang sedang melamun.
Aku mengepaskan kacamataku. Kemudian beralih dari laporan overtime karyawan kearahnya dengan ekspresi masamku. Dia terkejut pastinya dengan mimik wajahku yang tidak sesuai dengan perkiraannya.
"Aura lo bukan seperti orang yang habis mendapatkan sex hebat tadi malam" tambahnya, kemudian mengambil ponsel yang kutaruh di tumpukan laporan yang setinggi dua kalinya skripsi anak teknik. Seakan dia tahu sumber permasalahan yang membuatku manyun pagi ini.
"No!" ucapku menahan telapak tangannya sebelum dia mengutak-atik Grindr ku lagi. "Tak ada hubungannya dengan ponsel ini"
"Terus apa yang salah dengan lo?" tanyanya heran.
"Nggak ada yang salah" ujarku santai "Gue biasa aja" memangnya aku harus jungkir balik di anjungan ruangan kantor ini untuk membuktikan kepada wanita ini bahwa aku sedang baik-baik saja.
"Oh man, jangan-jangan lo nggak jadi ketemu Mr.VisitorTOP tadi malam" tebaknya sok tahu. Aku menggeleng cepat.
"Atau dia seorang masokis yang nyiksa elo pake tetesan lilin?" tebaknya lagi yang semakin melenceng jauh entah kemana.
"Dude, dengerin gue ngomong, jangan asal tebak plis" ujarku menghentikannya "Pertama. Gue jadi kok ketemu Mr.VisitorTOP itu. Dan kedua" aku memandang perempuan itu kemudian menarik nafas "Kita melakukannya tadi malam" bisikku pelan, mimik wajah Sherly langsung berubah menjadi bersemangat "Di hotelnya"
"Tunggu, gue belum selesai" tambahku sebelum dia berkomentar yang aneh-aneh lagi. Dia langsung menduduki mejaku seperti biasa tanpa ragu bahwa meja itu akan mampu menerima bobot tubuhnya.
"Sangat menakjubkan Felix!" potongnya tidak memperdulikan peringatanku dengan bersemangat. "Tunggu" ucapnya kebingungan setelah tersadar "Tapi, ekspresi lo nggak mencerminkan sama sekali" timpalnya.
"Emang ada ya yang seperti itu?" tanyaku.
"Ya adalah. Orang habis mendapatkan sex itu pasti raut wajahnya berbeda" ucapnya "lebih cerah, lebih bersemangat, murah senyum" lanjutnya sambil menirukan raut wajah yang dideskripsikannya. "Dan gue gak liat ekspresi itu dari elo"