"Lo nggak kemana gitu?" tanya Sherly. Aku hanya menggeleng sambil menatap televisi yang sedang menayangkan Spongebob dengan tatapan kosong. Pikiranku entah lari kemana sekarang, yang pasti bukan kedalam adegan dimana Spongebob dan patrick menjadi orang tua gay untuk seekor bayi kerang.
"Sher? apa gue naif banget ya?" tanyaku lagi. Perempuan itu diam, terlihat sibuk membaca buku yang ada di tangannya.
Dia menatapku sesaat, menyadari sesuatu sedang terjadi "Ya, lo lurus banget kayak tabung" "Sekarang kenapa lagi? ditipu lagi?" ujarnya menocba menebak dengan malas.
"Nggak" jawabku "Gue baru sadar aja, selama ini gue buta" ucapku sambil menerawang.
"Gue nggak punya ekspektasi lagi sama homo zaman sekarang. You know, apalagi di Grindr"
"Sudah berkali-kali gue bilang, ekspektasi lo yang diturunin. Enjoy ajalah bro, nikmati seks-nya" ujarnya tanpa menoleh dan tetap fokus dengan bukunya.
"Mungkin gue enjoy sex-nya, tetapi gue merasa masih ada sesuatu yang kurang" ucapku "Sesuatu yang lebih tulus dan sejati"
"Semerana itukah gue?" Lanjutku. Kemudian kuperlihatkan ponsel kepadanya "Liat apa yang dikirimkan operator selular gue pagi ini"
"Biar status jomblo kamu ga terlalu ngenes, tonton The Jones di..." Sherly mengeja sms itu. Dan akhirnya tawanya meledak "Anjirrr, bahkan operator juga tahu lo adalah jones Felix" lanjutnya di sela-sela tawa kemenangannya.
"..." Aku sedikit merasa baper dengan ucapannya. Entah kenapa enapa sebuah kata jones itu terasa sungguh mengesalkan kali ini.
Sherly menarik nafas melihat reaksiku yang hanya diam "lo ada masalah cerita pliss, gue akan menahan diri sekarang" ucapnya serius.
Aku hanya mengangkat bahu. Dia mulai menutup bukunya, memperhatikanku sekaligus memasang telinga.
"Nggak ada masalah yang besar sebenarnya"
"Terus? muka lo bilang jelas lo punya masalah. Dengar, kita udah berteman selama you know" ucapnya sambil menghitung dengan jarinya "Enam, dude. Kalau anak-anak, udah mau masuk SD tuh"
"Gue tahu benar kalau lo sedang ada masalah. Jika lo menjadi semakin tertutup dan tidak banyak bicara tandanya ada sesuatu yang sedang terjadi, something serious"
"I don't know, Sher" ucapku mencoba mengatakan sesuatu, tetapi susahnya minta ampun untuk mengungkapkannya, sehingga hanya kata-kata ambigu yang keluar dari mulutku.
"Felix, kalo lo punya masalah, segera selesaikan. Atau masalah itu akan terus bersama lo hingga lo berumur 90 tahun. Jika usia lo sampai tentunya"
Aku menatapnya dengan pandangan yang tidak yakin, menceritakan masalahku kepada Sherly tidak akan pernah menyelesaikannya karena justru dia akan menambah keruh. Dia membalas tatapanku "Walaupun gue gak akan banyak membantu menyelesaikannya, Gue tahu diri. Kadang-kadang dengan bercerita saja, bisa membuat sebagian beban yang ada dalam diri lo terangkat"
"Gue tahu apa yang gue bicarakan ini memang bullshit, setidaknya itu yang disebutkan dalam buku self help" lanjutnya dengan polos.
Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tergelak. Sejak kapan dia membaca buku, self help pula. "Benarkah?" ucapku. Dia memperlihatkan sampul buku yang sedang dibacanya, Who moved my cheese dari Spencer Johnson. Kukira dia sedang membaca komik porno tadinya.
Akupun menarik nafas perlahan "gue sudah gak punya ekspektasi lagi dengan homo homo jaman sekarang. Entah gue cepat lahir atau terlalu lambat. Gue gak bisa mengimbangi gaya hidup mereka"