Bagian 24. Malam Berbintang.

3.3K 259 75
                                    

Seperti malam-malam sibuk lainnya, jalanan dipenuhi ratusan kendaraan yang saling memperebutkan ruang-ruang yang tersisa. Bunyi klakson, barisan sepeda motor dengan pengendara memakai jacket hijau seragam, berbagai macam jenis mobil ; dari tipe sejuta umat sampai jenis sport mewah, bercampur di lajur ini yang semakin membuat suasana hatiku menjadi tidak lebih baik. Belum lagi kecepatan mobil yang seperti siput, hanya beranjak senti per senti tiap setengah menit.

"Yakin mau pulang?" ucapan Bintang mengagetkanku. Aku menoleh padanya dan mengangguk lemah.

"Gak mau kencan dulu?" lanjutnya lagi. Sengaja tidak kujawab pertanyaannya, terlalu lelah untuk berdebat panjang dengan laki-laki satu ini yang masih saja menganggap semuanya hanya bermain-main. "Kalo pulang, gue yakin mood lo gak akan berubah. Percaya deh"

"Lo jangan bacot saja, sudah lebih dari cukup buat mood gue" sekarang yang terpikirkan hanyalah kembali, terus berusaha menerima dan merangkul kenyataan pahit. Tiada salahnya menangisi kekecewaan semalaman. Lagipula bukan kali ini saja kan aku ditipu laki-laki. Faktanya aku pernah berhasil melewatinya tanpa menyilet-nyilet pergelangan tangan, dan itu sesuatu sekali. Seperti kata orang, apa-apa yang tidak bisa membunuhmu akan membuatmu menjadi lebih kuat.

"As you wish, Your Highness" balas Bintang dengan senyuman mengejek.

"Secara teknis, gue masih pacar lo Felix" lanjutnya berkata, seperti tidak mengindahkan sindiranku sebelumnya. "Jadi kalau pasangan itu sedang..."

"Please Bintang, lo bisa diam gak?" teriakku. "Gue benar-benar sedang gak bisa merespon guyonan tidak jelas"

"Oke.. oke santai" dia mengangkat tangan seolah sedang ditodongkan sebuah revolver. "Gue cuma mau membantu"

"Arghhh.." balasku geram. Kemudian melemparkan bantal yang langsung dia tangkap dengan sebelah tangannya.

"Lo marah kok lucu ya? gak ada seram-seramnya"

"Jangan nantangin gue ya. Mending lo fokus nyetir!"

"Ayolah kita date dulu" dia terlihat berfikir "Biasanya orang-orang kencan itu nonton kan? atau mau dinner romantis?"

"Banyak tuh film superhero mainstream sedang tayang. Wakanda-wakanda?" Aku hanya memutar bola mata. Entah apa yang membuat laki-laki ini semakin nyinyir.

"Apa yang bisa bikin lo diam sih! mau gue sumbat mulut lo" aku masih berang.

"Senyum dong" dia menoleh dengan gerakan bibirnya yang miring, membuatku semakin frustasi. Kuberikan saja senyuman yang tidak ikhlas.

"Cakep. Nah itu permulaan" ucapnya seolah misinya berhasil.

"Gue bilang satu hal, soal perselingkuhan..." lanjutnya, masih tidak mau membungkam mulut "Karena jikalau lo sampai pacaran dengan Marko maka itu akan masuk kategori perselingkuhan dan elo naik status jadi perusak rumah tangga orang" sahut Bintang sembari mulai fokus dengan kemudi.

"Sangat informatif" sindirku.

"Lo tahu alasan kenapa orang-orang suka selingkuh?" tanyanya "Seperti Marko dan Rio. Jangan bilang gara-gara punya nama berakhiran o"

"I don't know" Aku mengidikkan bahu. "Pasangannya tidak ada waktu untuknya, dia tidak bisa mengerti pasangannya, api kemesraan mereka sudah meredup, kebosanan" sahutku sedikit curhat.

"Agak kurang tepat"

"Sepengalaman gue, yang biasa berhubungan dengan banyak tukang selingkuh" Bintang menoleh kepadaku seakan dia menjadi besar hati mempunyai prestasi jadi selingkuhan. Senyuman manis mengembang di bibir tipisnya.

A Dude I Met OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang