Bagian 16. Selera Humor Cowok-Cowok Ganteng

3.7K 255 106
                                    

Siraman air mengalir dipermukaan kulit lelahku, setelah olahraga kilat yang kulakukan bersama Marko tadi. Otak mesumku masih bekerja walaupun dalam keadaan super letih seperti ini. Pikiranku menjadi tidak karuan mendengar suara air di shower sebelahku, di tempat Marko yang bisa dipastikan sedang telanjang juga dengan sabun yang menjelajahi seluruh tubuhnya.

Ya tuhan. Aku menjadi ereksi hanya dengan membayangkan Marko bermain sabun di sebelah. Seketika teringat saran dari Sherly yang tidak-tidak, dan aku tidak akan mengambil resiko hubungan yang telah terjadi diantaraku dengan Marko hanya karena imajinasiku sendiri. Jadi, kupilih saja pilihan yang paling aman. Kupejamkan mataku sambil menggenggam penisku. Tubuh telanjang Marko menjadi tokoh utama didalam lamunan jorokku, ditambah dengan siraman air yang menambah sensasi aneh nan menyenangkan.

"Uh...uh" aku tidak bisa menahan desahanku ketika membayangkan Marko dengan rudal yang menjulang tinggi datang menghampiriku disini dan menyerangku dibawah air yang sama-sama membasahi tubuh kami berdua. Aku sungguh tidak kuat dan rasanya ingin segera orgasme.

"WOY.. NGAPAIN LOOO!!!" tiba-tiba si money boy telah berada didepan pintu, mengekspos kamar mandi yang tidak bisa dikunci ini ke ruangan luar. Ekspresinya kaget awalnya, kemudian dia terlihat menahan tawa dengan mimik yang sangat mengesalkan.

Beberapa detik pertama yang terasa seperti gerakan slow motion, aku sama sekali belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi dan hanya diam dengan posisi apapun itu yang sedang kulakukan sebelumnya. Melongo melihat tamu yang tiba-tiba masuk kedalam ranah personalku, saat hampir orgasme pula lagi.

Dan setelah kesadaranku kembali sepenuhnya, aku hanya refleks mengandalkan instingku sebagai manusia yang sedang merasa dalam bahaya.

"TIDAAAAAKKKKK" Pekikku dengan suara cempreng.

Si money boy terlihat panik dengan reaksi alamiahku "Tenang-tenang bro, gue gak ngapa-ngapain" ucapnya.

"TOLONGGGG" teriakku lagi. Aku tidak pernah merasa terintimidasi seperti ini sebelumnya, aku membayangkan laki-laki jahanam di depanku ini berniat akan melecehkanku.

"Gue gak ngapa-ngapain coy" lanjutnya yang bertambah panik. Sekilas ekspresi ketakutannya terlihat menggemaskan.

"Ada apa Felix" Marko dan seorang koko seksi muncul meramaikan suasana, menambah jumlah manusia yang melihat tubuh telanjangku dengan penis yang mulai melayu. Entah ini hanyalah halusinasiku, aku merasa wajah Marko sedikit memerah ketika melihatku.

Suara khas Marko membuat seluruh kesadaranku kembali, seperti dalam adegan film romansa ketika seorang hero tenggelam didalam samudera dan mendengar suara pacarnya yang menyemangatinya, suara-suara yang menggaung didalam laut seperti : bertahanlah romeo, aku mencintaimu. Dengan segera, kututup pintu itu meninggalkan tiga orang yang pikirannya pasti dipenuhi dengan tanda tanya itu.

"Kamu nggak apa-apa?"

"Lo gak papa?" ucap Marko dan si money boy dengan serentak dibalik pintu.

"Ya..ya" teriakku sambil menahan rasa malu yang terasa seperti batu ber ton-ton yang diletakkan diatas kepala.

"Yakin?" Tambah si money boy.

"Ya" balasku singkat. Aku hanya terdiam kaku dibalik pintu hingga suara Marko terdengar "Kalau ada apa-apa bilang aja, saya di sebelah" lalu terdengar langkah-langkah kaki menjauh.

"Sorry" bisik si money boy dibalik pintu "Gue gak nyangka lo sedang.. pftttt" lanjutnya yang terdengar bukan seperti orang yang minta maaf.

Dasar money boy iseng. Batinku kesal. Selain Sherly, ternyata ada juga manusia dengan selera humor yang kacangan di dunia ini. Rasa hormatku kepadanya jadinya berkurang sebanyak tigapuluh persen. Itupun setelah didiskon dari lima puluh persen, karena ekspresi menggemaskannya tadi.

A Dude I Met OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang