Adakah jalan lain??

115 1 0
                                    

By : nofikadwi

PROLOG

Tinggal di sebuah desa pinggiran kota yang jauh dari hiruk pikuk keramaian modernisasi tak memuat sosok Zahra Adinda Riski tertinggal dalam hal keilmuan. Lahir sebagai seorang muslimah yang dibesarkan dari keluarga sederhana, tak membuatnya terkurung dalam kehidupan desa. Bahkan beawal dari kehidupan desa tempatnya tinggal inlah yang membuatnya terinspirasi untuk terus merajut impian-impian besarnya. Di saat wanita remaja seusianya telah menjadi istri, ia malah bertekad untuk mengejar mimpinya di negara gingseng " korea selatan".
" zahra, bagaimana kamu ada keinginan untuk melanjutkan study mu tidak? ", tanya pak Romi ketua instalasi Farmasi di Rumah sakit tempatnya bekerja,
" hemmm... saya sangat ingin pak melanjutkan study. Tapi harus mengumpulkan biaya nya dulu.", jawab zahra (rara).
" kamu kan pintar, coba cari beasiswa saja. Bagaimana? Jujur saya sangat menyayangkan jika kamu tidak melanjutkan kuliah lagi, apalagi di rumah sakit ini masih sangat kekurangan tenaga farmasi klinisnya ra. Jika kamu bisa melanjutkan kuliah, setelah lulus kuliah S2 mu itu kamu masih bisa lo.. kembali kerja disini.
" iya pak, tapi saya ingin melanjutkan kuliah di luar negeri pak jika diberi kesempatan keterima.
" wah.... itu malah bagus. Saya dukung kamu. Cepat urus berkas berkas persyaratannya, sekaligus kamu siapkan untuk cari beasiswanya. Saya yakin kamu bisa kuliah di luar negeri.
" wah bapak ini terimakasih pak motivasinya. Insyaallah doakan saja pak yang terbaik untuk saya.
" pokoknya segera kamu urus ya... kalau butuh bantuan apa-apa bilang ke saya. Oke.
" iya terimakasih banyak pak, insyaallah.
Percakapan singkat rara dengan pak romi siang itu sungguh membuat semangatnya menggebu. Padahal beberapa hari yang lalu ia sempat bimbang dengan mimpinya itu, apalagi ketika dirumah kedua orang tuanya dengan gencarnya membujuk Rara untuk menerima lamaran "Toyib" yang tak lain adalah kepala desa di desanya. Dan banyak hal yang rara fikirkan tentang toyib yang semakin membuatnya yakin untuk menolak lamaran tersebut. Walaupun dari segi materi toyib sungguh mampu bahkan lebih dari mampu, namun ada satu hal yang mebuat ia meragukan toyib tentang keimanannya kepada ALLAH.
"emang sepertinya aku harus lebih banyak lagi searing-searing dengan beliau-beliau yang sudah tak diragukan lahi keilmuaanya.", batin rara seraya berjalan menjauh dari ruangan pak romi.


Bersambung....

Terimakasih sudah membaca cerita pertama saya di wattpad.
Maafkan banyak typo dan agak gj ceritanya.
Tunggu part selanjutnya ya..

Adakah Jalan Lain??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang