news

859 191 52
                                    

Lucy tengah merapikan lipbalm yang barusan diaplikasikan pada bibirnya. Lalu ia melihat kembali penampilannya di depan cermin.

"Complete!" Gumam Lucy lalu ia keluar dari rumah saudara, tempat sementara ia tinggal selama liburan, menuju rumah sakit tempat dimana Renjun dirawat.

Lucy akan menemani Renjun hari ini sesuai permintaan ibu Renjun sendiri karena ia merasa kasihan dengan anaknya yang selalu merasa kesepian.

Selama lima belas menit berada di kendaraan umum, akhirnya Lucy sampai di rumah sakit. Ia berjalan tanpa ragu menuju lantai 7 karena ia mengingat ruangan Renjun.

Sesampainya ia mendapatkan Renjun tengah sarapan di ranjangnya dengan mendengarkan lagu yang ia putar dari iPodnya.

"H─hai!" Sapa Lucy canggung mendapatkan Renjun yang menatapnya balik.

Renjun hanya tersenyum karena ia masih mengunyah serealnya. Tangannya melambai menyuruh Lucy mendekat.

Lucy meletakkan sebuket bunga dan seranjang buah di nakas samping ranjang Renjun.

"Apa kabar?" Tanya Renjun.

Lucy tidak menanggapinya. Ia mengingat hari kemarin dimana mereka saling bertatap - tatapan. Waktu dimana ia ingin menanyakan segala pertanyaan yang berputar di kepalanya. Tetapi semuanya tertahan di bibirnya akibat ia malu karena ibu Renjun yang tiba - tiba datang.

"Hei? Mengapa kau menangis?" Renjun mendekati Lucy yang duduk di pinggiran ranjang lalu menyeka air mata Lucy yang mengalir di pipinya.

Lucy mengontrol nafasnya. "Tidak apa," jawab Lucy meyakinkan Renjun dengan tersenyum sebisa mungkin.

Renjun menatap dalam wajah Lucy yang sebelumnya adalah gadis yang berada di dalam hatinya, bahkan sampai sekarang. Ia melihati wajah gadis itu lekat karena kemarin ia tidak sempat menikmati warna yang ada di gadis tersebut.

Dia sungguh bercahaya, gumam Renjun dalam hati.

"Bohong," decih Renjun.

Lucy menundukkan kepalanya untuk menyeka air matanya lalu kembali menatap Renjun. "Iya. Aku bohong. Kau puas?"

Renjun terkekeh menanggapinya lalu tangannya terulur mengusap puncak kepala Lucy. "Ternyata kamu gak bohong soal kamu berasal dari negeri barat? Rambutmu pirang bercahaya!" Ucap Renjun yang melihat warna pirang di rambut gadis tersebut.

Lucy mendecih. "Jadi selama ini kamu kira aku adalah seorang pembohong? How cruel," kesal Lucy yang berkacak pinggang sambil mempoutkan bibirnya angkuh. Tetapi bahunya mendadak merosot. "Apa yang kau katakan barusan?"

Renjun menaikkan sebelah alisnya, tak paham maksud Lucy.

"Kau dapat melihat warna rambutku?" Tanya Lucy sambil menyentuh rambutnya.

Renjun meringis.

Mata Lucy membulat. "Jadi kau pindah─operasi? Kamu pindah untuk operasi mata??" Tanya Lucy penuh keingintauan.

Renjun menarik nafas lalu menghembusnya perlahan. "Aku ke sini untuk operasi mata. Dan well, sekarang aku bisa melihat semua warna!" Seru Renjun dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

Renjun tersenyum melihat Lucy perlahan mengembangkan senyuman di wajahnya. Lalu gadis itu berhambur kepelukkan Renjun, mendekapnya dengan erat.

"Akhirnya doaku terkabul! Aku yakim keajaiban pasti ada!"






Is it good or bad news?

PAINT × RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang