talk to you

1.7K 359 36
                                    

Sepertinya Dewi Fortuna berada dipihak Renjun sekarang. Sesuai harapannya kemarin, ia bertemu sosok Lucy─bukan bayangan.

Di hari keduanya sebelum jam pelajaran pertama masuk, Renjun menemukan tempat yang tak kalah indah dari taman belakang sekolah.

Yaitu rooftop sekolah. Di sana menyajikan langit yang begitu luas. Ada beberapa tanaman yang tertanam di sana membuat udara begitu segar.

Renjun memilih spot terbaik untuk melukis pemandangan hari ini. Saat ia bersila mengarsir gambaran, bayangan seseorang menghalangi cahaya matahari yang membuat Renjun sedikit kesal.

Renjun menahan kagetnya setelah mendongak. Ia takut tampang jeleknya saat terkejut dilihat gadis yang selama ini membuatnya terpikat. Lucy.

"Pertama kali aku melihatmu di sini! Warga baru?" Tanyanya. Ia mengulurkan tangannya untuk berjanat tangan membuat jantung Renjun berdegup kencang.

Renjun membalas jabatan tangan gadis tersebut lalu menggeraknya sedikit. "Hai Lucy. Sebenarnya kita sudah bertemu di toko," ucap Renjun dengan senyum tipisnya. Membuat gadis itu menganga akibat lawan bicaranya telah mengetahui namanya sebelum ia memberi tau.

"Ah! Lelaki charcoal itu?" Ia tertawa garing di depan Renjun menghilangkan kemaluan yang dirasakannya.

"Renjun," koreksi Renjun.

"Oke Renjun. Maafkan diriku yang pelupa!" Ia masih tertawa sesekali ia menggaruk leher belakang yang tidak gatal.

"Kau adalah pelukis yang hebat!" Serunya sambil menunjuk sketchbook Renjun.

"Ah! Ini bukan apa - apa!" Renjun tersenyum malu.

"Bolehkah aku melihatnya?" Izin Lucy. Ia memasang wajah berharap, sehingga... oh ayolah, Renjun tidak tahan melihatnya. Gadis itu terlalu imut dengan bintik wajah di sekitar pipi dan hidungnya, oh jangan lupa bibir merahnya itu.

Renjun pun menyodorkan sketchbooknya yang langsung diterima senang hati oleh gadis berambut kuncir kuda itu. Lucy memilih berjongkok di depan Renjun sambil melihat gambaran.

"Wah! Kamu bener - bener bisa mengkombinasi warna ya!"

"Gila! Fokus kontrasnya dapet banget!"

"Warnanya abstrak, tapi ini bener - bener...."

Lalu gadis itu mengacungkan kedua jempolnya di hadapan Renjun yang Renjun sendiri tengah menatap balik.

"Okay. I'm over of this..." gumamnya. Ia kembali melihat koleksi lukisan Renjun.

Renjun terkekeh melihat tingkahnya yang begitu eksprektif.

"Apakah kamu dari negeri barat?" Tanya Renjun yang membuat gadis itu mendongakkan kepalanya. Menatap Renjun yang lebih tinggi darinya.

"Eum. Yeah. Kamu bisa lihat dari rambutku yang berwarna kepirangaan, tetapi sedikit lebih gelap. Aku dari Texas." Ia terlihat senang memperkenalkan asal dirinya yang sebenarnya.

Renjun tersenyum menanggapinya.

"Kamu juga terlihat berbeda dari sini. Kamu tau? Aku bisa membedakan orang lain, tetapi tidak dapat menentukan keasliannya. Tapi kutebak kau dari Rusia!"

Mengingat sekolah yang mereka naungi adalah sekolah internasional, maka dari itu Lucy memilih menebak salah satu negara yang berfacekan orang seperti Renjun.

Renjun terkekeh lalu menggeleng. "Aku dari China. Tepatnya di Jilin."

Wajah Lucy yang tadinya terlihat berapi - api berubah cemberut.

"Sepertinya aku tidak bakat jadi peramal," keluhnya.

"Mengapa kamu ingin menjadi peramal?" Penasaran Renjun.

"Tentu saja untuk mengetahui sebab akibat masalah yang ingin diketahui."

Renjun membuka mulutnya, tetapi suaranya tertahan saat bel jam pelajaran pertama berbunyi.

Mereka berdua pun berpisah dan segera menuju kelas masing - masing.






I'm happy to talk with you...

PAINT × RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang