reflection

1.4K 211 45
                                    

Sesampai di tempat ini, rasanya Lucy ingin tinggal saja, tidak ingin singgah. Meskipun ia sudah sering berkunjung, tapi rasa rindunya makin menambah bukan mengurang.

Lucy sudah berusaha untuk tegar, tetapi air mata kembali menetes untuk kesekian kalinya. Tetapi ia tidak mungkin tinggal di krematorium.

Sekali ia pergi dari tempat ini, besoknya akan kembali. Meskipun hanya sebentar, Lucy akan menyempatkan dirinya untuk datang.

"Tenang saja, Renjun. Dokter gila yang mengoperasimu sudah mendapat balasan setimpal. Dia telah dipenjara seumur hidup. Semoga dia akan meratap perbuatan bodohnya itu dan selalu dihantui oleh dosa besarnya," gumam Lucy.

Lucy melihat waktu dari jam tangan yan melingkar di pergelangan tangannya. "Aku pulang dulu ya. Besok aku datang lagi. Sampai jumpa."

Lucy melangkahkan kaki dengan berat meninggalkan blok rak kaca guci tempat abu kremasi Renjun disimpan. Ia berjalan begitu gontai sampai tak sengaja menabrak bahu seseorang. Ia segera menunduk meminta maaf.

"Lucy?"

Lucy mendongak mendengar namanya disebut. Air matanya kembali menetes saat mendepatkan ibu Renjun di hadapannya.

"Ah tante?" Sahut Lucy.

"Kupikir kau tidak akan datang dan ternyata kau ada di sini sekarang," kata ibu Renjun.

"Ah, waktu itu saya juga ikut upacara kematiannya, tetapi tidak bertemu dengan tante. Dan kebetulan saya lewat dan menyempatkan diri untuk datang," ujar Lucy.

Ibu Renjun tersenyum mendengarnya. "Oh iya..." ibu Renjun menyodorkan bingkisan cukup besar kepada Lucy.

"Ini apa tante?" Tanya Lucy.

"Itu hadiah untukmu. Disimpan ya kenangan dari Renjun," ujar ibu Renjun lalu pamit untuk pergi, meninggalkan Lucy sendiri.

Lucy terpaku mendengar kata 'kenangan' dari ibu Renjun.

Karena tidak sabar mengetahui isinya, Lucy membuka bingkisan tersebut setelah menyudutkan diri di lobi krematorium.

Di baliknya terdapat kanvas berlukisan Lucy, dirinya sendiri. Dimana Lucy berpenampilan seperti saat pertama kali bertemu dengan Renjun di toko alat tulis dulu.

Warna yang tergoreskan tidak beraturan, tetapi tetap memberikan kesan seimbang. Daya tarik yang ada adalah dimana bibir Lucy berwarnakan tepat berwarna merah cerah.

Dan tak sadar Lucy tengah menyentuh bibirnya lalu menutupnya akibat isakan yang keluar begitu saja. Tiba - tiba ia mengingat kenangannya bersama Renjun.

"Renjun, I really miss you. You should be here..."



"I'm here right now..."

Lucy mendongakkan kepalanya mendapatkan bayangan Renjun tepat di hadapannya sedang tersenyum begitu cerah.

"I will always by your side so baby don't cry, okay?"

Perlahan sudut bibir Lucy tertarik membalas senyuman bayangan Renjun yang terasa hangat meskipun diluar sedang hujan salju.




FIN

a/n:
Yeayyy akhirnya PAINT sudah tamat! Terima kasih yang udah mengikuti sampai sini. Mampir ke workku yang lain yuk untuk baca cerita dengan cast berbeda! See you at another works! 💚

aimuyo.

PAINT × RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang