Chapter 13

5.7K 859 429
                                    

"Yoonji ... " Jimin sudah memohon untuk kesekian kalinya agar Yoonji menghilangkan semua pikiran gila yang kini tengah ada di kepala mungilnya itu.

Ibu dan Ayah Yoonji bahkan sudah memutuskan untuk pulang terlebih dulu. Membiarkan kedua suami istri itu untuk membicarakan baik-baik atas keputusan dan pilihan mereka nanti.

Yoonji masih terduduk di tepi ranjang kamar mereka, seolah merajuk pada keadaan yang tak lagi berpihak padanya.

"Apa yang salah jika Yoongi menjadi ibu pengganti, Jimin?!" sinisnya. Ia juga tak paham mengapa suaminya ini tak memahami situasi dirinya.

"Untuk apa Yoonji-ah? Aku hanya membutuhkan dirimu. Kau ... sudah lebih dari cukup atas diriku" balas Jimin lelah. Ia benar-benar lelah jika harus bertengkar seperti ini terus dengan istrinya.

"Tapi aku ingin anak ... " lirih Yoonji sambil mengigit bibirnya pelan. "---anak kita" lanjutnya.

"Apa aku tak penting lagi, Yoonji?"

"Karena kau penting! Karena kau begitu penting, aku ingin membuatmu bahagia!" balas Yoonji.

"Bahagia apa lagi yang kau inginkan? Bahagia diriku atau bahagia dirimu?" tanya Jimin datar. "Yoongi menderita karena kita, Yoonji-ah!"

Yoonji berdecih, "Ia akan lebih menderita jika kubiarkan bermain-main bersama kekasih tak jelasnya itu! Aku tahu Yoongi melebihi dirimu!" balas Yoonji dengan emosi tinggi.

"Dan aku bersamanya saat kau tak ada. Kau yakin aku tak mengenalnya?" Jimin balik bertanya.

"Apa kau mulai mencintainya?"

"Apa definisi cinta yang kau inginkan?" tanya Jimin. "Aku mencintaimu, tapi apa yang kau lakukan Yoonji-ah?! Kau menghancurkan rumah tangga kita!"

Yoonji terisak. Jimin tak pernah meneriakinya. Tangisannya tumpah begitu saja.

Jimin menghela nafas. Ia beranjak keluar meninggalkan Yoonji dari kamar. "Kau berubah, Yoonji" ucapnya pelan. "Benar-benar berubah"

"Jimin-ah" panggil Yoonji pelan. "Jangan tinggalkan aku" sambungnya. Ah, sepertinya Yoonji sudah keterlaluan kali ini.

"Istirahatlah, aku akan keluar sebentar" ujar Jimin tanpa berbalik melihat Yoonji sedikitpun.

"Ji----"

BLAM!

Pintu kamar mereka tertutup bahkan sebelum Yoonji sempat memanggil Jimin kembali.

"Jimin-ah" lirih Yoonji, ia hanya ingin menyenangkan Jimin ... membahagiakan suaminya, hanya itu.

...

Isi kepala Jimin sepertinya akan meledak dalam waktu beberapa saat. Ia benar-benar tak tahan dengan semua drama yang tiba-tiba saja merengsek masuk ke dalam hidupnya.

Langkah kakinya pelan, membawanya santai menuju ke salah satu taman di daerah komplek elite perumahannya. Agak jauh memang tapi tenang. Dan itulah yang Jimin butuhkan, ketenangan.

Cuaca malam ini terasa dingin, bangku tamannya juga. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi. Tapi persetan dengan hujan, badai masalah rumah tangganya lebih menyeramkan dari sekedar hujan malam kan?

"Lepas!"

Jimin menoleh, mendapati beberapa orang tengah berkerumun tak jauh dari area taman namun di bawah tempat tak berlampu.

Karena gelap, Jimin menyipitkan matanya untuk melihat apa yang tengah terjadi. Ah, sepertinya ada seseorang yang tengah di rampok disana.

Beberapa preman mengeliliginya dan berusaha merampas barang berharga di tasnya. Tunggu ... bukankah itu Yoongi?

Rein Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang