Chapter 18

5.6K 771 516
                                    

"Aku harus menemui Yoongi!"

Jungkook menahan tangan Seokjin dan membuat pria itu kembali duduk di hadapannya.

"Hyung!"

"Kenapa kau coba menghalangiku, eoh? Kau juga bersekongkol dengan Namjoon?!"

Jungkook mendesah berat. "Bukan begitu, hyung. Ini semua demi Yoongi hyung. Kau akan membuatnya semakin kacau jika kesana"

"Kalian yang kacau, bajingan!"

Namjoon menarik tangan Seokjin dan memeluknya. "Tenanglah hyung, kumohon"

Seokjin menangis kencang di pelukan Namjoon. "Apa yang kalian semua rencanakan sebenarnya?!"

Suasana di flat itu kembali menghening. Hanya ada isakan Seokjin dan gusaran kacau Jungkook. Ketiganya saling mendiamkan, termasuk Namjoon yang kini masih memeluk erat Seokjin di tubuhnya.

"Maafkan aku, sayang" lirih Namjoon."---maaf"

"Yoongi tak sekuat itu Namjoon-ah! Ia begitu hancur saat mendengar kematian Hoseok dari mulutku dan nyatanya?" Nafas Jin terasa sesak ketika satu persatu memori menghantamnya.

"Ini demi kebaikan Yoongi, Jin-ah"

Seokjin menatap tak percaya pada Namjoon.

"Salahku percaya pada kalian" desisnya dan melepaskan pelukan Namjoon lalu keluar.

"Hyung..." panggil Jungkook pelan.

"Biar aku yang mengejarnya" ucap Namjoon dan meninggalkan Jungkook sendirian di ruangan itu. Ia memikirkan Yoongi terlalu banyak saat ini--- rasa bersalahnya.

...

Jimin mungkin tak berpikir berapa nyawa yang hampir saja hilang karena caranya membawa mobil di jalan.

Karena di otaknya hanya ada Yoongi.

Tak ada mobil lain, tak ada bus, tak ada pejalan kaki, melainkan Yoongi yang kesakitan di rumah mereka.

Dalam waktu normal, jarak ke kantor dan rumahnya adalah sekitar 45 menit, dan rekor tercepatnya telah jatuh pada hari ini, yaitu hanya sekitar 17 menit.

BRAK!

Jimin berlari turun dari mobil, membuka pintu rumah dengan sembrono-- dia bahkan hampir menghancurkannya.

"Yoongi! Yoongi!"

Jimin berlarian, mencari dimana keberadaan Yoongi karena tak menemukannya di manapun.

"Astaga, dimana dia! Yoongi!"

Jimin terdiam sejenak, ia membuka kembali ponselnya dan menelpon Yoongi. Untung saja ponsel pria itu dapat menuntunnya pada tempat Yoongi.

"Shit!" maki Jimin saat melihat Yoongi tergeletak di bawah gudang loteng sendirian.

"Yoongi!"

Jimin dengan cepat membopong tubuh Yoongi yang tak sadarkan diri menuju kamar miliknya, tepat saat dokter kepercayaan keluarganya datang.

"Tuan Park"

"Tolong selamatkan bayiku" ujar Jimin pelan. Ia tak tahu harus bagaimana lagi saat ini selain menunggu Yoongi. "Lakukan apapun, agar bayinya selamat"

"Dan ibunya-- tentu saja" ucap sang dokter melengkapi. "Silahkan tunggu di luar Tuan, Saya akan berusaha semaksimal mungkin"

"Aku akan menemaninya--"

"Percayakan padaku"

Dokter Choi adalah dokter kepercayaan keluarga Park yang sudah sangat dekat dengan keluarganya. Jimin juga tak bisa membantah dokternya ini, karena Jimin tahu, ada nyawa lain yang harus ia pikirkan dibandingkan keegoisannya.

Rein Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang