Chapter 19

6.4K 721 328
                                    

Yoongi menghela nafasnya perlahan saat ia harus berpura-pura tersenyum manis di depan semua kolega bisnis milik Jimin.

Setelan jas-jas dan sepatu mahal, tempat mewah para pengusaha muda dan sukses ini benar-benar tak cocok untuknya.

Nyatanya, mereka bertengkar hebat kemarin malam saat dirinya memaksa ingin bertemu Hoseok.

Pertengkaran yang berakhir dengan Jimin yang hampir memukulnya dan membanting pintu depan rumah.

Demi Tuhan Yoongi juga rindu, seperti Jimin yang berkata lantang saat ia merindukan Yoonji, maka Yoongi pun begitu. Dirinya memiih menepi di luar, sedikit lebih tenang dari di dalam.

Dingin, tapi lebih baik dibandingkan harus mendengarkan pembicaraan orang-orang disana.

"Yoongi-sshi?"

Yoongi menoleh kaget, tangannya hampir saja menjatuhkan gelas wine itu ke lantai jika saja seorang pria tak menahan tangannya.

"Ah---" pekiknya pelan. "Maaf, aku---"

Yoongi mendongak, lalu terdiam saat melihat pria di depannya.

"Kau baik-baik saja?" pria itu mengambil gelas milik Yoongi lalu menaruhnya pada pelayan yang melewati keduanya.

Yoongi melihat pria itu dalam diam lalu tersenyum kecil, "kau juga disini ternyata" ujarnya.

"Masih ingat?"

Yoongi mengangguk, "Maaf karena Jimin memukulmu malam itu, apa kau baik-baik saja?"

"Aku masih tampan, kan? Pukulannya tak berarti apapun"

"Benarkah? Aku ..."

"Sungguh, kau tak harus minta maaf" kekehnya pelan.

"Kalau begitu, terima kasih atas bantuanmu saat itu"

Ia tersenyum, "Kenapa sendirian? Disini cukup dingin dan pakaianmu juga tak cukup hangat"

Yoongi lagi, menghela nafasnya. Asap putih itu terlihat nyata mengepul keluar, bahkan hidungnya juga sudah memerah karena udara dingin. "Aku, tidak."

Tangan pria itu terangkat, tanpa sadar membenarkan poni milik Yoongi yang menutupi  matanya karena tersapu angin. "Kau kedinginan, ayo aku antar ke dalam"

Yoongi terdiam kaku saat tangan pria itu menyentuhnya. Ia merasakan sesuatu yang aneh-- apa yang salah?

"Ayo" ajaknya lagi.

Yoongi melepas tangannya dari sentuhan pria itu. Sungguh, ia merasa ada yang salah.

"Ak--aku masih ingin disini. Kau duluan saja, lagi pula Jimin mungkin akan selesai sebentar lagi" ia menjeda. "Aku tak ingin melihat kalian kembali bertengkar"

"Aku takkan bertengkar dengan suami-mu"

"Kau akan"

"Yoon---"

"Daniel-sshi, sekali lagi ... terima kasih atas perhatianmu" ucap Yoongi tegas. "Aku akan menunggu Jimin saja disini"

Daniel tersenyum, "Kau jelas membangun tembok yang kokoh dan tinggi saat ini, benar kan?"

Yoongi terlampau gugup, ia tak tahu harus menjawab seperti apa pertanyaan dari Daniel sampai ponselnya berdering dan menampakkan id caller milik Jimin.

"Jimin menelpon. Aku permisi Daniel-sshi"

Yoongi mengeratkan mantel cokelat di ditubuhnya dan berjalan masuk mencari Jimin. Pria itu mungkin menunggunya karena terlalu lama berada di luar.

Rein Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang