Chapter 17

4.8K 722 230
                                    

"38 derajat" desis Yoongi pelan.

Ia memperhatikan termometer itu sekali lagi sebelum meletakkannya kembali di atas nakas.

Tangannya terampil, mengeringkan handuk kecil untuk mengompres Jimin yang tengah terbaring dengan selimut tebal di tubuhnya.

Sesekali Yoongi mendengar desis Jimin karena handuk di keningnya sekaligus menepisnya.

"Kau sudah makan?" tanyanya lembut.

Jimin diam. Ia tak tau harus bagaimana menanggapi pertanyaan Yoongi. Ia tak ingin sama sekali dianggap lemah oleh pria ini.

Jimin sudah sangat malu karena roboh tiba-tiba ketika berada di atas Yoongi.

"Aku buatkan sup? Atau kau ingin sesuatu yang lain?"

Jimin mendengus. "Berhentilah berakting. Aku tak butuh bantuanmu"

Yoongi mengeratkan selimut Jimin dan menurunkan suhu AC kamar tersebut tanpa memperdulikan ucapan Jimin.

"Minum obat saja kalau begitu. Demammu sangat tinggi" ia memberikan nampan berisi obat. "Gengsimu takkan bisa menyembuhkannya"

"Tenang. Semuanya obat, bukan racun" lanjut pria itu pelan.

Dengan sabar Yoongi mengambil handuk yang jatuh saat Jimin merubah posisinya menjadi duduk dan meminum obat-obat itu.

Yoongi mengemasi barang-barang diatas nakas dan beranjak pergi dari kamar tersebut setelah melihat Jimin kembali terbaring.

"Kau mau kemana?"

Yoongi menoleh, "Membereskan semua ini. Aku takkan kabur, Park"

"Tidak! Kau disini"

"Kau yakin?"

"Berhenti bertanya dan turuti saja perintahku"

Yoongi yang melihatnya aneh, meletakkan kembali nampan ditangannya dan duduk di tepi ranjang milik Jimin dan Yoonji.

"Tidur di sofa sana!" ucap Jimin. "Siapa yang menyuruhmu tidur dikasurku dan Yoonji"

Perlahan, ia melihat Jimin mulai tertidur dengan nyenyak karena obat yang ia berikan dari sofa di sudut ruangan.

Hanya sampai memastikan bahwa pria itu sudah nyaman malam ini.

"Sampai kapan kau akan kejam begini padaku?" desis Yoongi pelan. Ia mengelap keringat dari kening Jimin yang jatuh bercucuran.

Yoongi juga lelah malam ini dan akhirnya ia pun ikut tertidur meringkuk di sofa kecil tersebut.

...

Pukul 7 pagi, Yoongi bangun lebih dulu dan memastikan keadaan Jimin lebih dulu.

"Panasnya sedikit turun"

Ia memeriksa ponselnya dan menemukan beberapa panggilan tak terjawab dari ibunya.

Yoongi keluar dari ruangan dan menelpon ibunya serta membuatkan makanan untuk sarapan.

"Eoh eomma, Jimin sedang sakit jadi aku tak bisa kesana. Ya, aku sudah berikan obat. Hmm, tenang saja eomma dia akan membaik. Arraseo-- nanti kutelpon lagi, eoh---"

Clik!

Yoongi membasuh mukanya dan berjalan menuju dapur.

Biarpun pria, ia juga jago memasak karena tuntutan dari sang ibu dan noonanya saat tinggal serumah.

Yoongi ingat dulu, waktu ia kecil, dirinya bukanlah sosok kuat seperti Yoonji. Tubuhnya lemah dan sering keluar masuk rumah sakit.

Yoonji dan ibunya sangat menyayanginya dan memperlakukan Yoongi dengan baik. Kakaknya itu bahkan menjadi penyumbang darah tetap bagi Yoongi sebelum operasi besar yang ia lakukan.

Rein Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang