Chapter 14

4.3K 667 205
                                    

"Mwo?"

Yoonji tersentak kaget saat Jimin dan Yoongi kembali kerumah mereka bersamaan dalam keadaan basah kuyup dan berbicara tak masuk akal.

"Cerai?" ulang Yoonji lagi. Ia berharap apapun yang keluar dari mulut Jimin saat ini adalah perkataan main-main.

"Ya, aku akan menceraikan Yoongi secepatnya" ujar pria itu dingin. "Dengan atau tanpa persetujuanmu" lanjutnya.

"Jimin-ah, kau tak bisa menceraikan Yoongi begitu saja" ujar Yoonji panik. "Aku-- kita bahkan belum mempunyai bayi sayang"

Jimin jengah, lagi-lagi tentang masalah yang sama di keluarganya. Yoonji bukan ketakutan karena adiknya akan terluka jika diceraikan oleh Jimin tapi ia takut karena belum mewujudkan impiannya untuk memiliki bayi bersama Jimin.

"Anak kita Jimin-ah" sesegukan, Yoonji berusaha menata kalimat demi kalimat yang keluar dari mulutnya.

Yoongi bisa mendengar perkelahian antara Yoonji dan Jimin dengan jelas. Ia menahan sakit dan perih di sekujur tubuhnya bekas perkelahian tadi. Ia tersenyum kecil, bukan karena menikmati rasa sakitnya tapi karena hatinya yang seolah mati rasa saat ini.

Yoonji melihat keadaannya dengan jelas tadi dan bahkan tak menanyakan bagaimana semua itu bisa terjadi pada dirinya. Ia benar-benar bukan hal penting lagi, ah-- kakaknya banyak berubah ya?

BRAK!

Yoongi menoleh, mendapati Jimin yang sepertinya melangkah keluar dari kamarnya dan Yoonji yang berusaha menahannya. Sial, drama seperti apa lagi yang ingin kakaknya mainkan ini? Karena Demi Tuhan, Ia lelah.

"Jim-- " isak Yoonji sambil berusaha menahan langkah Jimin.

Jimin melihat Yoongi dari depan kamarnya, keduanya terdiam ketika mata mereka saling bertemu.

"Jangan tinggalkan aku lagi Jimin-ah" ujar Yoonji pilu.

"Park Yoonji!" tegas Jimin.

"Aku hanya ingin merasakan-- Aku hanya wanita biasa Jimin-ah! Aku ingin merasakannya ... menjadi seorang ibu-- sebelum aku mati"

Tubuh Yoonji lemas hingga terduduk di lantai dingin di depan kamar mereka. Yoongi berjalan pelan agar menjauh, tenaganya pun sudah habis untuk melihat drama tak berkesudahan dari kakaknya itu.

"Arraseo" ujar Jimin pelan. Langkah Yoongi spontan terhenti, saat ia mendengar jawaban Jimin. "Lakukanlah keinginanmu" lanjutnya.

"Lakukan secepatnya" ujar Jimin. Sungguh, Yoongi tak pernah mengerti apa yang ada di dalam otak Jimin dan Yoonji.

...

Hari itu, Yoongi benar-benar dihadapkan pada pilihan tersulit dalam hidupnya. Wajah pucat kakaknya yang tengah sesegukan menangis keras di ruangan bernuansa putih itu.

Yoonji, berlutut dan hampir mencium kakinya demi permintaan konyol itu bahkan di depan Jimin dan kedua orangtuanya.

"Kumohon, Yoongi-ah" isak Yoonji.

"Hentikan nuna" balas Yoongi berusaha membantu kakaknya berdiri. "Kau memang sudah gila!"

"Aku akan tetap berlutut, sampai kau memenuhi keinginanku!"

Rein Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang