Rindu

774 100 1
                                    

Veranda memainkan gantungan ponselnya yang dia dapat dari Keynal, sikap Keynal memang kekanak-kanakan tapi Veranda menyukainya, ini pertama kalinya dia diperlakukan seperti itu, biasanya siapapun orang yang bersamanya akan memperlakukan dia dengan begitu sopan dan kaku tapi tidak dengan Keynal, dia akan melakukan apapun padanya sesuka hati.

Veranda menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia tidak menyangka kalau Keynal  akan mengajaknya ke game corner,  salahnya sendiri yang berfikir   keynal akan mengajaknya date romantis dan membuat dia salah costum,  dan sekarang Veranda  berdiri disamping Keynal yang sedang bermain game seperti seorang ibu yang mengawasi anaknya bermain. Beberapa pasang mata memperhatikan Veranda dan membuat Veranda risih.

Key ayo pulang

sebentar kak Ve

berapa lama lagi?

sampai aku menang

Keynal menatap Veranda dengan tersenyum manis

iissh

Veranda menarik tangan Keynal keluar dari game corner

kak Verengek keynal yang ditarik paksa oleh Veranda

pulang sekarangtegas Veranda dan membuat Keynal menurut

Dan lagi orang yang disekitar mereka memperhatikan Veranda dan Keynal yang terlihat seperti ibu dan anak, Veranda merutuki dirinya kenapa harus berfikiran sejauh itu saat Keynal mengajaknya untuk bermain

"Ibunya sangat cantik"

anaknya juga tampan

benar, gen keluarga yang bagus

Veranda mendengar itu, dia melepaskam tangan Keynal dan menatap orang yang berkata seperti itu, mentapnya tajam membuat orang itu bergedik ngeri.

dia bukan mamahku!! teriak Keynal

Orang-orang itu langsung berlari meninggalkan tempat sebelum mereka dihabisi oleh Veranda dan Keynal.

ini semua gara-gara kaukesal Veranda dan menimggalkan Keynal dengan berjalan lebih cepat.

Keynal menatap bingung Veranda, apa yang salah dengan dirinya, dia mengajak Veranda bermain dan Veranda setuju, entah main seperti apa yang ada dipikiran Veranda karena dipikiran Keynal main dalam arti sebenarnya.

kak Ve tunggu

Keynal mengejar Veranda yang berjalan menjauh.

Veranda dan Keynal duduk disalah satu cafe, wajah Veranda masih ditekuk kalau akhirnya akan seperti ini dia tidak akan mau menerima ajakan Keynal untuk ikut bermain dengannya.

kak Verengek Keynal

Veranda menatap Keynal dengan tatapan tajamnya membuat Keynal menghela nafasnya.

apa aku berbuat salah?tanya Keynal dengan menundukan kepalanya

Veranda menahan tawanya melihat ekspresi Keynal yang benar-benar seperti anak kecil yang sedang merengut karena tidak dibelikan mainam.

aku tidak menyangka kau akan mengajakku ke game corner yang tidak jelas itu"

"Aku sudah mengatakannya padamu kak Ve, kalau aku mengajakmu bermain dan kau menyetujuinya"

aku pikir bermain yang lain

Keynal mengangkat kepalanya, memberanikan diri menatap Veranda.

Kak Ve kau tidak mengira kalau aku mengajakmu kencan? goda keynal dan membuat pipi Veranda merona

tidak

Keynal tersenyum melihat perubahan wajah Veranda, dia tahu apa yang difikiram Veranda.

"Apa kau sedang merindukan anak kecilmu itu?" tanya shania dan kembali membuat Veranda terkejut dengan kedatanganya yang tiba-tiba


“tidak bisakah kau mengetuk pintu sebelum masuk?”

“aku sudah mengetuknya tapi kau tidak mendengarnnya”

Veranda menghela nafasnya kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi kerjanya.

“kau sedang merindukannya?” goda Shania

“tidak”

“kalau begitu kenapa kau melamun dan memperhatikan gantungan yang diberikan anak kecil itu”

“memangnya salah dengan apa yang aku lakukan? Lagipula aku memainkan gantungan ini bukan berarti aku merindukannya, itu karena aku sedang merasa bosan”

Shania  berusaha mempercayai apa yang dikatakan Veranda.

“aku pikir kau sedang merindukannya”

“tidak, ada apa kau kesini?”

“aku hampir lupa, ada seseorang yang sedang mencarimu”

“siapa?”

“seorang yang mungkin sedang kau rindukan”

Veranda menatap malas Shania kemudian beranjak.

“dia menunggumu di lobi dan kau tahu dia sangat tampan”

Veranda keluar dari ruangannya sedikit penasaran siapa yang sedang mencarinya. Veranda terdiam saat dia berada di lobi dan melihat siapa orang yang mencarinya.

“Keynal” gumam Veranda sedikit takjub melihat penampilan Keynal

Keynal mengenakan jas lengkap, terlihat sangat rapih dan seperti lelaki dewasa, beberapa perempuan yang lewat juga ikut takjub melihat Keynal yang sangat tampan dengan penampilannya.

Perlahan Veranda mendekati Keynal,  Keynal menatapnya dengan tersenyum.

“hai” sapa Keynal

“hai”

“sudah makan siang?” tanya Keynal dan Veranda mengelengkan kepalanya

“mau makan siang bersama?”

“oke”

Keynal mengulurkan tangannya untuk Veranda  pegang, perlahan Veranda  menerima uluran tangan Keynal dan pergi meninggalkan kantor Veranda. Beberapa pasang mata memperhatikan Veranda bersama Keynal dengan tatapan sedikit iri karena Keynal terlihat sangat sempurna.

Veranda memakan makan siangnya dengan tidak banyak bertanya, dia hanya makan dan diam, terasa sangat canggung dengan sikap Keynal yang juga diam, biasanya Keynal pecicilan dan tidak mau diam.

“hah gerah sekali rasanya”

Keynal  membuka jasnya dan membuka satu kancing kemejanya, menggulung lengan kemeja hingga ke sikunya, dia tidak terbiasa dengan penampilannya seperti ini. Veranda tersenyum memperhatikan Keynal, jujur dia lebih suka melihat Keynal dengan gaya kasualnya dibanding rapih seperti ini, keren memang tapi itu justru membuatnya menjadi pusat perhatian dan Veranda tidak menyukainya.

Diam-diam Keynal memperhatikan Veranda, berharap wanita itu mengomentari penampilannya atau memberikan sedikit pujian padanya tapi Veranda hanya diam, bahkan tidak ada kata yang keluar darinya.

Selesai makan siang, Veranda kembali ke kantornya diantar oleh Keynal dan kali ini Keynal merubah kembali penampilannya, dia melepas jas dan kemeja menggantinya dengan kaos santai yang dia bawa, tidak ada gunanya merubah penampilannya.

“masuklah” ujar Keynal dan Veranda mengangguk

Veranda  masuk dan kembali bekerja, sesekali dia melirik Keynal yang masih berdiri memperhatikannya, ingin sekali Veranda bertanya pada Keynal tapi dia terlalu takjub dengan perubahan Keynal.

“ternyata dia bocah itu, aku pikir dia eksekutif muda dan aku baru tahu kalau Veranda menyukai bocah kecil”

Keynal mengepalkan tangannya saat mendengar kalimat itu, kenapa semua orang menganggapnya bocah.

Kak Ve, I LOVE YOU (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang