End

1K 94 0
                                    

Keynal memainkan sepedanya, berulang kali dia mencoba gaya baru yang beberapa hari sebelumnya sukses dia lakukan tapi sekarang dia gagal dan terus gagal.

“konsentrasi Key” ujar teman Keynal dan menyentuh pundak Keynal

Keynal mengangguk kemudian tersenyum, dia kembali mencobanya, Keynal mengayuh sepedanya, perlahan kemudian semakin cepat, Keynal melewati rintangan satu persatu, Keynal semakin mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi hingga sepeda itu melayang diatas, Keynal memutar sepedanya persis seperti yang dia lakukan beberapa hari sebelumnya tapi kemudian dia gagal, sepeda Keynal membentur pembatas dan Keynal jatuh. Keynal menendang sepedanya, dia benar-benar tidak bisa konsentrasi.

“kau tidak apa ala?” tanya teman Keynal dan membantu Keynal bangun

“ya..  aku baik-baik saja”

Keynal menatap lututnya yang berdarah.

“harusnya kau membawa sepedamu lebih tinggi lagi Key”

“aku tahu, aku kurang konsentrasi”

Keynal duduk di salah satu kursi, meratapi lututnya yang berdarah.

“ini semua gara-gara wanita itu”

Keynal menghela nafasnya, panjang. Dia sudah berusaha sekuat tenaganya untuk melupakan Veranda,  mengabaikan semua perasaannya tapi semakin dia berusaha semakin terasa menyiksa dirinya. Pikirannya penuh dengan Veranda, apapun yang dia lakukan yang terbayang olehnya hanya Veranda.

Keynal melirik ponselnya yang masih menggunakan gantungan couple dengan Veranda. Dia tidak akan bisa melakukan apapun jika keadaan seperti ini. Dia harus berbuat sesuatu, bertanya padanya tentang perasaan yang sebenarnya.

“aku titip sepeda” ujar Keynal pada temannya dan mendapat anggukan kepala

Keynal pulang ke rumahnya untuk mengambil motornya, dia harus menyelesaikan perasaannya pada Veranda. Veranda mengerutkan keningnya saat ada mobil yang terparkir dirumahnya, Keynal hafal mobil siapa itu. Begitu masuk, Keynal melihat Gracia bersama dengan Shani keluar rumah.

“Kakak aku pergi dulu” pamit Gracia dan mendapat anggukan dari Keynal

Ternyata yang datang adiknya bukan kakaknya. Dengan malas Keynal menutup pintu rumahnya kemudian membaringkan badannya di sofa ruang tamu, Keynal memejamkan matanya.

“Keynal”

Keynal langsung membuka matanya begitu mendengar suara itu, Keynal menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, berulang kali dia mengerjapkan matanya, mungkin saja itu hanya mimpi dan Keynal yakin itu bukan mimpi saat orang itu duduk disamping Keynal, menatapnya dengan penuh rasa bersalah.

“maaf” lirihnya

Keynal menatapnya, menatap dalam matanya yang juga menatapnya. Perlahan tangannya menyentuh lembut pipinya. Orang itu hanya diam, membiarkan Keynal melakukan apa yang dia inginkan.

“Keynal aku…”

“jangan katakan apapun kak Ve” potong Keynal

Mata mereka saling berpandangan, jantungnya berdegup kencang, deru nafasnya berubah menjadi lebih cepat.

“kak Ve,  I Love You ” ucap Yuri

Keynal mengutuk dirinya kenapa dia mengatakan hal itu. Tapi dia merasa lega setelah mengatakannya, hal yang selama ini dia pendam dan terus mengganggu pikirannya.

Veranda menatap Keynal, niatnya datang hanya untuk meminta maaf pada Keynal, dia tidak menyangka Keynal akan menyatakan cinta padanya.

Keynal membuang mukanya, merasa malu dengan apa yang baru saja dia katakan pada Veranda belum lagi tidak ada reaksi apapun dari Veranda. Veranda tersenyum melihat Keynal. Mereka diam, tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka, hanya denting jam yang terus terdengar.

“kau mau jadi pacarku?” tanya Keynal

Dia tidak peduli dengan rasa malunya, dia sudah terlanjur mengatakannya dan sekarang yang dia butuhkan adalah jawabannya.

“kak Ve apa jawabanmu?”

Keynal  sedikit tidak sabar dengan jawaban Veranda, Veranda hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun.

Keynal memegang kedua tangan Veranda, menatap lekat matanya.

“kak Ve aku…”

“ya” potong Veranda

“ya?”

“perlu ku perjelas?”

“tentu”

“ya aku mau jadi pacarmu” jelas Veranda sedikit kesal

“thanks”

Keynal mengecup bibir Veranda kilat dan langsung mendapat pukulan dari Veranda.

“kenapa?”

“kita baru saja menjadi sepasang kekasih beberapa detik yang lalu dan kau sudah berani menciumku”

“karena kau begitu menggemaskan kak Ve”

Keynal mencubit pelan hidung Veranda, matanya beralih menatap bibir Veranda, menyentuhnya dengan ibu jari.

“kak Ve,  I love You”

Detik berikutnya Keynal kembali mendaratkan bibirnya di bibir Veranda, menciumnya lebih lama dan lebih dalam, hingga memagut dan menyesapnya. Matanya terpejam merasakan sensasi aneh dalam dirinya untuk pertama kali.

Keynal tersenyum begitu melepas ciumannya, nafasnya begitu memburu, rasa bahagianya tak bisa dia bendung. Begitu pula dengan Veranda, sedikit terharu dengan sikap berani Keynal setelah dia melakukan kesalahan yang menurutnya tak bisa termaafkan karena begitu melukai harga diri seorang Devin Keynal Putra.

Keynal menempelkan dahinya di dahi Veranda, matanya saling berpandangan dan senyumnya tak pernah lepas satu sama lain. Detik berikutnya Veranda  mencium Keynal, mencium Keynal dengan lebih agresif.

The end

Kak Ve, I LOVE YOU (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang