1. Kesialan bertubi-tubi

228 134 171
                                    

Jam di dinding sudah menunjukan pukul tujuh kurang sepuluh menit. Namun, sepertinya seorang gadis yang sedang berbaring di atas ranjang berukuran single size masih enggan untuk terbangun dari mimpinya.

Tok tok tok

Pintu diketuk dengan cukup keras. Namun gadis yang sedang tidur dengan nyenyak itu tidak merasa terusik sedikit pun.

Tok tok tok

Pintu kembali diketuk berulang-ulang. Diikuti teriakan wanita paruh baya.

"Non Alma, bangun non! ini udah siang, hari ini kan hari pertama non masuk sekolah," teriak Mbok Yem-asisten rumah tangga-sambil terus mengetuk pintu yang tak juga dibukakan oleh sang pemilik kamar.

"Non ayo bangun non, non Alma bisa tel-" Mbok Yem menggantungkan kalimatnya, ketika tiba-tiba pintu dibuka oleh sang pemilik kamar.

"Duh, mbok aphaan siahh. Pagi-pagi udah teriak-teriak aja!" gumam Alma seraya menguap dan mengucek kedua matanya.

"Pagi apanya non? ini udah siang, non lupa? hari ini kan hari pertama sekolah."

"Siang?" Alma melirik ke arah jam dinding yang berada di kamarnya. Seketika matanya melotot ketika melihat jam menunjukan pukul tujuh kurang lima menit.

"Huaaaaaaa, mbok kenapa ga bangunin aku sih? kalo gini caranya bisa telat aku."

"Mbok udah bangunin non Alma dari tadi, non Alma nya aja yang kebo!" sergah Mbok Yem. "Kok mbok malah ngatain aku sih?" protes Alma dengan wajah cemberut.

"Aduh non, ngambeknya ditunda dulu ya. Mending sekarang non siap-siap, kalau nggak nanti makin telat toh."

"Huaaaaaaa, telat aku mbok. Mbok sih ngajak ngobrol terus." teriak Alma sambil berlarian kesana kemari dan tertawa namun bila saat berpis-eh ini kok author malah nyanyi-Alma berlarian untuk mencari handuk kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Mbok Yem hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak majikannya itu.

Di dalam kamar mandi, Alma sebenarnya tidak mandi, dia hanya gosok gigi dan mencuci wajahnya saja dengan sabun pembersih wajah.

"Alah, gak mandi juga gue tetep cakep, lagian gak bakal ada yang tau kalo gue ga mandi." Ucapnya di depan cermin sambil terkekeh sendiri.

Hanya dengan waktu lima menit, Alma sudah siap untuk berangkat ke sekolah-the power of kepepet-dan mulai menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Dalam waktu yang sudah mepet pun Alma tetap memikirkan makan karena Alma tidak boleh telat makan. Kalau tidak, maagnya bisa kambuh.

"Mbok, Ayah sama Bunda mana?" Alma bertanya pada Mbok Yem ketika melihat meja makan yang kosong hanya ada makanan di meja yang sepertinya belum tersentuh sama sekali.

"Anu non, barusan bapak harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada rapat katanya,"

"Terus, Bunda?"

"Ibu juga sudah berangkat ke butik non."

"Ohhhhhhhhh. HAH? TERUS AKU BERANGKAT SEKOLAH SAMA SIAPA DONG?" Alma bertanya dengan histeris setelah menyadari sesuatu.

"Non, bisa naik angkutan umum!"

"Yaudah deh, aku berangkat dulu mbok." Alma pun pamit setelah menghabiskan separuh makanannya.

●●●

Alma sedang menunggu di halte bus dengan beberapa orang lainnya, yang sepertinya akan berangkat bekerja dan ada juga yang memakai seragam sekolah berbeda dengannya, yang Alma tebak pasti sedang menunggu bus juga untuk berangkat ke sekolah. Ya, iyalah. Masa nunggu mantan ngajak ke pelaminan*eak.

Ketika Alma sedang menunggu bus, tiba-tiba saja dari arah kanan ada sebuah motor yang melaju sangat cepat melewati genangan air, sisa hujan semalam-kaya judul lagu-yang otomatis menciprat ke arah Alma yang berada di dekat genangan tersebut.

Cipratan itu mengenai sepatu dan rok seragam Alma, yang membuat sepatunya tak lagi sebersih tadi.

"Woy, kalo ngendarain motor yang bener dong. Kalo gak bisa naik motor mending itu motor lo jual terus duitnya lo kasih sama orang yg lebih membutuhkan," teriak Alma pada si pengendara motor, walaupun sang pengendara sudah tak terlihat lagi.

"Sialan, masa gue harus ke sekolah dengan keadaan kaya gini." umpatnya sambil meratapi nasibnya.

Sudah telat, berangkat ke sekolah harus pakai angkutan umum, sekarang seragam dan sepatunya pun basah yang diakibatkan si pengendara motor sialan, dan Alma yakin setelah sampai di sekolah dia pasti kena hukuman oleh panitia MOS.

"Huhhhh, kesialan yang hakiki." gumamnya sambil menghela nafas.

Kemudian bus pun tiba, mau tidak mau Alma masuk kedalam bus untuk menuju sekolahnya.

●●●

(A/N)

Kalo suka cerita ini, silahkan tekan tanda ☆

Jangan lupa berikan kritik dan saran.

FLAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang