3. Sahabat?

170 98 93
                                    

Setelah melaksanakan hukumannya, Alma beristirahat di bawah pohon mangga yang berada di pinggir lapangan.

"Gila! panas banget sih hari ini, untung gue udah sarapan, kalo ngga bisa tepar gue." Alma mengibas-ngibaskan tangannya di bawah leher, guna mengurangi rasa gerahnya.

Lima putaran mengelilingi lapangan yang luas ini dengan lompat kodok bukanlah hal yang mudah, namun untunglah ketua osis itu tidak jadi menyuruhnya mengelilingi lapangan sebanyak 20 kali rasanya kaki Alma sudah mau copot saja. Ini semua gara-gara mulut kurang ajarnya dan juga ketos rese yang memergokinya telat.

Ketika sedang asik memandang lapangan, tiba-tiba saja Alma merasakan sensasi dingin di kedua pipinya. Alma pun menoleh ke kanan dan kirinya, dan menemukan dua gadis remaja sedang tersenyum kearahnya dengan tangan menggenggam minuman kaleng. Ralat, hanya satu orang yang tersenyum. Sedangkan yang satunya memasang wajah datar, auranya terlihat dingin.

"Nih!" ucap gadis berambut panjang dengan ekspresi wajah yang datar, menyodorkan sekaleng minuman dingin yang tadi ditempelkan ke pipi Alma, sehingga menimbulkan sensasi dingin yang tadi dirasakannya.

"Buat gue?" Kening Alma mengkerut, merasa aneh dengan kedua cewek di sampingnya ini, tiba-tiba muncul dan memberikannya sekaleng minuman. Alma sedikit curiga.

'Apa dua orang ini ingin mengerjainya? apa minuman kaleng ini telah dicampur racun?' batin Alma.

"Bukan, ini buat pohon di belakang lo," jawab cewek cantik satunya. Raut wajahnya terlihat lebih ramah dibandingkan dengan temannya yang berwajah datar, rambut kriting yang diikat rapih terlihat menggemaskan dan memberikan kesan manis pada dirinya.

"Oh, terus kenapa dikasih ke gue? kenapa gak lo langsung kasih ke pohonnya aja? tapi, emang pohon suka minuman bersoda?" Alma mengangukan kepalanya, dengan mudahnya dia percaya dengan kalimat yang diberikan si cewek berwajah ramah.

"Hahaha, ya enggalah. Ini buat lo." si gadis ramah tertawa, merasa lucu atas pertanyaan Alma tadi. Sedangkan si gadis datar memasang wajah tidak peduli.

"Makasih," meski dengan ragu, namun Alma tetap mengambil minuman itu dan menenggaknya. Karena jujur saja, dia benar-benar kehausan.

"Oh iya, kenalin gue Tamara. Tapi biasa dipanggil Ara." Gadis berwajah ramah itu tersenyum manis, setelah memperkenalkan dirinya.

"Shanin." Ucap si cewek datar, memperkenalkan dirinya dengan singkat, padat, dan jelas.

"Oh, gue Almarina. Biasa dipanggil sayang, eh Alma maksudnya." Alma tersenyum lucu.

"Hahahaha, lo lucu ya."

"Gue bukan pelawak"

"Ya, lo emang bukan pelawak, tapi dedemit." Shania menjawab dengan cuek.

"Apaan sih, sinis banget sama gue kayanya." Alma mendelik sinis kearah Shanin, sedangkan Shanin sendiri hanya mengangkat bahunya tidak peduli dengan wajah yang sama datarnya dengan tembok.

"Sorry ya, Shanin cuma bercanda kok. Dia emang gitu, jutek banget. Makanya dia jomblo." Ara terkekeh, "Tapi aslinya baik kok, cuma mulutnya emang gabisa dikontrol." sambung Ara.

"Lo muji gue atau nistain gue sih?" Shanin mendelik, namun Ara malah tertawa.

"Lo kok tahan sih temenan sama petasan banting kaya dia?" Tanya Alma pada Ara.

"Maksud lo apa?" Shanin bersungut, merasa tersindir dengan pertanyaan Alma, namun Alma mengangkat bahunya tidak peduli.

"Mungkin karena udah kenal dia dari kecil jadi gue udah kebal sama tingkah dia yang ngeselin. Sifat dia yang jutek itu cuma buat nutupin sifatnya yang pemalu. Iyakan, Shan?" Ara melirik kearah Shanin disertai senyum jahilnya.

"Shanin pemalu? cewek petasan banting ini pemalu? gak salah?" Alma memandang Shanin dengan intens, sedangkan yang dipandang merasa risih.

"Gausah liat-liat, entar Lo naksir."

Mendengar ucapan Shanin, Alma langsung mengalihkan tatapannya dan bergidik, membayangkan jika dirinya benar-benar menyukai sesama jenis.

"Amit-amit. Gue masih doyan roti sobek." Alma bergidik ngeri.

Ara dan Shanin tertawa. "Dasar ogeb, yakali lo naksir gue. Hahaha." Shanin masih terus tertawa, sambil memegang perutnya yang terasa keram karena tertawa terlalu lama.

"Woy, kalian bertiga. Gak denger dari tadi disuruh kumpul di lapangan?" tiba-tiba salah satu panitia MOS berteriak dari arah lapangan. Cantik sih tapi galak, begitulah kira-kira yang dipikirkan Alma, Ara dan Shanin.

"Malah bengong lagi, cepetan kumpul!" Alma, Ara, dan Shanin buru-buru berdiri dan bergabung ke barisan peserta MOS lainnya.

***

"Kayaknya kita bakalan cocok deh." bisik Ara dengan senyum sok misterius, Alma dan Shanin menoleh kearah Ara dengan ekspresi bertanya.

"Maksud lo?" Tanya Alma dan Shanin bersamaan dengan berbisik, takut anak OSIS mendengar.

"Cie kompak banget, tadi aja sinis-sinisan mulu," Ara tersenyum jahil dan menaik nurunkan kedua alisnya.

"Ck. Maksud omongan lo tadi apa? cocok apaan?" Shanin yang tidak suka bertele-tele pun, meminta Ara untuk to the point.

"Ya cocok buat jadi temen atau... Sahabat." jawab Ara mantap.

"Sahabat?" Alma bertanya untuk memastikan bahwa pendengarannya tidak salah. "Iya, sahabat. Lo mau kan jadi sahabat kita berdua?" Tanya Ara kepada Alma.

Alma hanya diam, bingung ingin menjawab apa. Karena sepanjang hidupnya Alma tidak pernah memiliki seorang sahabat, Alma tidak mudah percaya pada orang lain tapi....

Ketika Alma bingung dengan pikirannya. Ara setia menunggu jawaban Alma dengan gregetan, kenapa rasanya susah sekali untuk berkata 'iya' atau sekedar mengangguk? begitu pikir Ara, apa mungkin Alma tidak ingin berteman dengannya? Binar di mata Ara meredup, tatapan binarnya ketika ingin menjadikan Alma sahabat seketika hilang entah kemana karena Alma tak kunjung menjawab.

Sedangkan Shanin yang memang pada dasarnya cuek, hanya diam memperhatikan OSIS yang sedang berbicara di depan. Namun tidak bisa membohongi perasaannya, tanpa ada yang tau, Shanin juga sebenarnya penasaran dengan jawaban apa yang akan diberikan Alma.

Shanin jelas tahu kenapa Ara ingin berteman dengan Alma. Yah, karena wajah Alma mengingatkan mereka akan seseorang.

***

Kira-kira Alma bakal jawab apa y?

Oh iya, aku juga mau bilang makasih buat yang suka ngasih kritik sama sarannya, soalnya kritikan dan saran dari kalian itu berharga benget.

FLAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang