2. Hukuman

202 122 183
                                    

Alma tiba di sekolah pukul tujuh lebih dua puluh menit, dan itu artinya Alma benar-benar telat.

Alma yang takut terkena hukuman dari panitia MOS, akhirnya memilih berjalan mengendap-ngendap bak detective conan walau yang terlihat justru malah mirip detektif upin & ipin.

Alma bersembunyi di balik tembok untuk mengintip keadaan di lapangan, dari kejauhan dapat terlihat beberapa orang yang sepertinya telat. Sama sepertinya sedang berdiri berbaris di lapangan sana.

"Waduh, dasar murid-murid gatau aturan, masa hari pertama udah telat aja. Ckckck." Alma menggelengkan kepalanya sambil berdecak ketika melihat cukup banyak peserta MOS yang telat.

"Gatau aturan ya?" tiba-tiba terdengar seruan seseorang dari arah belakang Alma.

"Yoi, murid-murid kayak gitu emang pantes diomelin. Udah tau hari pertama, malah ngelanggar aturan," Alma yang seolah tidak sadar malah membalas ucapan seseorang itu masih dengan pandangan yang melihat ke arah lapangan.

"Kira-kira hukuman yang cocok buat orang yang ga.ta.u.a.tu.ran itu apa ya?" seseorang itu kembali bertanya dengan menekankan kata 'gatau aturan'.

"Hukuman yang cocok?" Alma menaruh jari telunjuk dan jempolnya di bawah dagu sambil memikirkan hukuman apa yang cocok untuk orang yang katanya 'gatau aturan' itu, tanpa menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa seseorang yang dari tadi bertanya, seolah itu hal yang tidaklah penting.

"Aha! Bieber's wife punya edi eh ide, gimana kalo lompat kodok keliling lapangan sambil ter-" ucapan Alma seolah menyangkut di tenggorokan, dan digantikan dengan mata yang terbuka sempurna dilengkapi dengan mulut yang setengah terbuka, karena saking terkejutnya, ketika membalikan badannya kearah seseorang yang bertanya tadi.

Lelaki tampan berdiri tepat di hadapannya dengan tangan yang dilipat di depan dada, matanya yang tajam memandang kearah Alma, dan bibirnya yang seksi itu dinaikan sebelah-tersenyum sinis kearah Alma.

"Woy, mingkem! nafas lo bau." tangan seseorang itu menepuk bawah dagu Alma, menyuruhnya menutup mulutnya yang dari tadi terbuka.

Alma tersentak, dan tersadar dari rasa keterkejutannya lalu menutup mulutnya dan mulai mengerjapkan matanya yang terasa panas efek terlalu lama melotot.

"Enak aja, nafas gue wangi ya! itu bibir lo terlalu deket sama idung makanya bau!" Alma berseru galak seraya melotot kembali.

"Apa kata lo deh, gue gak peduli! Mending sekarang lo ikut gue!"

"Kemana? ngapain?" dahi gadis itu berkerut.

"Ke lapangan, lah. Lo pikir kemana? ke bioskop nonton Dilan gitu? yakali."

"Ngapain juga gue harus ngikutin lo? tapi kalo nonton Dilan boleh juga tuh," cengir gadis itu.

"Ngasih hukuman buat orang gatau diri. Idih males banget nonton sama lo. Kalo pun harus, gue gak bakal ngajak lo nonton Dilan, tapi pengabdi setan. Duh ini kenapa jadi ngomongin Dilan sih?"

"Emang lo siapa mau ngehukum gue?" Alma bertanya dengan tatapan menantang.

"Gue? siapa? Lo gatau gue siapa?" pria itu bertanya seolah tidak percaya. Dan dibalas gelengan polos dari Alma.

"Ok, kalo lo beneran gatau biar gue kasih tau. Gue, Raka Abraham Adiputra. Ketua OSIS SMA Kencana, sekaligus orang yang bakal ngasih hukuman buat orang ga.ta.u.di.ri kaya lo." ucap seseorang yang baru Alma ketahui bernama Raka itu dengan penuh penekanan.

"K... ketu.. a O... sis?" Alma kembali bertanya dengan gugup. Tiba-tiba saja nyalinya menciut ketika mengetahui bahwa orang di hadapannya ini menjabat sebagai ketua OSIS.

'duhh, bego banget sih gue. Kenapa gak sadar kalo orang ini pake jas almamater osis? Pake acara ngajak nonton Dilan lagi. Gimana nih? Justin, bantu istrimu ini tin!' batin Alma

"Kebanyakan nanya Lo, udah sekarang cepet ikut gue gabung sama orang-orang GAK TAU ATURAN lainnya!" Raka menarik pergelangan tangan Alma, mau tidak mau Alma pun mengikuti sang ketos.

"Adudududuh kak, pelan-pelan napa nariknya KDRT ini."

"KDRT pala lo, lo kira gue suami lo apa, hah?" Raka malah balik bertanya, sambil melirik sedikit dengan sinis ke arah Alma.

"Ya abisnya, Kakak narik aku gitu banget. Kejam tau ga? lagian ya, suami aku tuh Justin Bieber." ketusnya dengan wajah cemberut.

"Justin Bieber mana mau sama remah-remah rengginang macam lo? Jangan kebanyakan mimpi lo!"

"Ish, jodoh mah gak ada yang tau. Kalo semisal Justin emang udah ditakdirkan buat aku terus Kaka mau apa?" Alma semakin emosi rupanya pemirsaaahhh.

"Mau gue bawa lo ke pabrik kopi, biar gak tidur dan kebanyakan mimpi." dan obrolan Absurd itupun terus berlanjut sampai mereka benar-benar tiba di lapangan.

***

Setibanya di lapangan Raka menyuruh Alma keliling lapangan dengan lompat kodok sebanyak lima putaran.

"Apa? lompat kodok? yang lain aja cuma disuruh mungutin daun, kok aku beda sih kak?"

"Gue tambah jadi sepuluh putaran!" bukannya memberikan keringanan, Raka justru menambah jumlah putaran yang harus Alma lakukan.

"Lah... lah, malah nambah. Aduh, kak. Gak berperikemanusiaan banget sih, kalo aku pingsan siapa yang tanggung jawab?"

"Dua puluh putaran lakuin atau gue tambah hukuman lo jadi lebih berat, siapa suruh telat? lagian kan itu lo sendiri yang ngasih ide hukuman buat orang yang gatau aturan," ucapan Raka mengingatkan Alma pada ucapannya sendiri beberapa waktu lalu.

'sialan, ini mulut asal jeplak aja sih.'

"aku gak telat kok," seolah tak ingin kalah Alma terus saja mengelak. "Terus apa namanya kalo bukan telat?" Raka menaikan satu alisnya.

"Aku gak telat, mereka aja yang kecepetan datangnya."

"Ngeles aja lo kaya kang bajaj. Cepetan lakuin hukuman lo, gue itung sampe tiga, kalo ngga gue tambah hukuman Lo. Satu... dua... ti..."

"Iya-iya," Alma pun melompat mengelilingi lapangan dengan wajah yang ditekuk, orang-orang yang melihatnya merasa kasihan namun juga bersyukur karena tidak mendapatkan hukuman yang sama seperti Alma.

Raka tersenyum puas, melihat adik kelasnya yang harus menderita akibat idenya sendiri. "Ckckck, dasar cewek aneh. Untung cantik." Raka terkekeh.

"Eh ngomong apa gue barusan? mulai ngaco nih mulut. Gara-gara ngobrol sama tuh bocah, jadi ketularan ngaco gue." Raka menampar pelan mulutnya ketika tersadar akan apa yang diucapkannya.

Sementara Alma sambil terus melompat masih merutuki dirinya sendiri, karena bisa-bisanya memberi ide yang malah berdampak pada dirinya sendiri.

"Aish, hukuman sialaaaannn!"

***

Menerima kritik dan saran.


Raka Abraham Adiputra

Raka Abraham Adiputra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FLAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang