6. Almarhum?

116 59 50
                                    

Hembusan angin sore membelai kulit gadis remaja yang sedang duduk manis di taman seorang diri.

Gadis itu memandang taman yang nampak sepi dengan tatapan kosong, hanya terdapat beberapa anak kecil yang terlihat sedang bermain, pikirannya sedang menjelajah ke masa lalu. Masa dimana orang 'itu' selalu menemaninya disaat kesepian seperti saat ini. Biasanya orang 'itu' akan menghiburnya dengan mengajaknya bernyanyi bersama atau melakukan hal lainnya. Namun, sejak pertemuan terakhir mereka dua tahun lalu orang itu tidak pernah terlihat lagi.

"Woy! Pamali cewek cantik ngelamun sendirian di taman, mau lo kerasukan mbak kun?" Seorang cowok tiba-tiba saja datang dan mengejutkan gadis yang sedang melamun di bangku taman.

"Tetangga baru? ngapain Lo di sini?" Tanya gadis itu dengan kening yang mengkerut.

"Tadi gue abis keliling komplek, terus gak sengaja liat cewek lagi duduk di taman sendirian. Jadi gue mau temenin, kasian keliatan banget jomblonya."

"Ish, sembarangan banget kalo ngomong,"

"Emang udah ada cowo?" cowok itu kini duduk di sampingnya.

"Ya, ya gaada sih. Tapi kan gausah diperjelas." Sungut gadis itu.

"Jadi cewe gue aja kalo gitu, mau?" Cowo itu menyeringai genit.

"Idih najis! Mending gue jomblo, dari pada sama lo." Gadis itu bergidik geli.

"Ya..ya..ya. Btw gue baru tau kalo di komplek ini ada Taman. Lo sering kesini?" Tanya cowok di sampingnya.

"Hm. Dulu gue sering kesini, tapi sekarang udah nggak." Sorot mata gadis itu tampak muram.

"Kenapa?"

Gadis itu melirik sedikit ke arah laki-laki di sampingnya, "Lo terlalu kepo untuk ukuran orang baru kenal." Gadis itu bangkit dari duduknya, lalu menepuk bagian belakang tubuhnya membersihkan kotoran yang mungkin akan menempel, dan berjalan untuk pulang karena langit semakin gelap.

Lelaki itu ikut bangkit dan menyusul gadis tadi, "Almarhum. Tunggu dong!" Ucap cowok tadi dengan sedikit keras.

Mendengar itu, gadis itu pun membalikan badannya dengan kesal. "Apa lo bilang? Almarhum? Lo doain gue mati?".

"Loh, itu kan nama Lo?" Cowok itu bertanya dengan heran.

"Lo Daniel, kan? denger ya! Nama gue Almarina bukan Almarhum! Dasar tetangga baru jahanam!"

"Ah, itu maksud gue. Kepeleset dikit doang elah." Lelaki itu-yang ternyata Daniel si tetangga baru-membalas perkataan Alma dengan wajah tanpa dosa.

"Tetep aja gaenak didenger, emang lo mau gue panggil KuDaniel? Nggak, kan?" Tanya Alma sambil terus berjalan menyusuri jalan di kompleknya yang lumayan sepi.

"Apa sih yang nggak buat kamu?" Daniel mengerlingkan matanya genit ke arah Alma yang membuat Alma bergidik jijik.

"Najisin banget sih lo? Terus ngapain lo ngikutin gue?" Alma berhenti berjalan dan menatap Daniel dengan berkacak pinggang.

"Aduh, cantik-cantik kok bego ya? Kan rumah aku di samping rumah kamu sayang!" Jawab Daniel geregetan lalu berjalan mendahului Alma. Sedangkan Alma menepuk jidatnya sendiri, "oh iya ya. Kan dia tetangga gue, kenapa gue jadi bego sih? Huffft." Alma membuang napasnya kasar.

Alma dan Daniel menyusuri jalanan dengan kebisuan mengelilingi mereka, Alma sedang malas berdebat kembali. Sedangkan Daniel seolah tahu kondisi dia pun diam selama perjalanan, sebenarnya mulut dia gatal untuk bertanya kenapa Alma terlihat muram. Seperti kata Alma tadi, dia terlalu kepo untuk ukuran orang yang baru kenal. Namun dia mengurungkan niatnya untuk bertanya dan sebagai gantinya dia selalu melirik ke arah Alma tiap 5 detik sekali sepanjang perjalanan. Entahlah, tapi setiap melihat wajah gadis itu jantungnya bereaksi aneh.

•••

Daniel Nismara yang lagi nongkrong di taman komplek.

Daniel Nismara yang lagi nongkrong di taman komplek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FLAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang