11. Kedekatan

54 17 14
                                    

Alma's POV

Entah sejak kapan, yang pasti hubungan gue dengan Daniel si tetangga kurang ajar jadi lebih baik. Gue sama dia jadi akur, dia bahkan jadi Abang ojek pribadi gue, dia yang antar jemput gue ke sekolah walaupun kita beda sekolah. Dia yang bantuin gue ngerjain tugas matematika yang gak gue pahami, karena fyi biar pun sableng ternyata Daniel cukup pintar dalam pelajaran eksak. Gak kaya gue, yang boro-boro ngerjain rumus matematika yang ribet, penjumlahan aja kayanya gue remedial.

Gue emang gak berbakat dalam bidang hitung menghitung, kecuali urusan duit. Gue paling jago.

Selain gue, orang tua gue juga jadi akrab sama Daniel. Saking seringnya itu Curut main ke rumah gue, sampe gak tau diri berasa yang punya rumah. Masuk ke rumah gue seenaknya, ini pasti gara-gara emak gue yang bilang "anggap aja rumah sendiri ya, Niel." Masih untung ini rumah gak dia jual.

Tapi, ada untungnya juga itu curut sering main ke rumah gue. Selain bisa gue babuin buat ngerjain PR matematika, juga dia bikin gue gak ngerasa sendirian lagi kalo Ayah sama Bunda pulang malem. Karena selama ini gue selalu sendirian di rumah, gue bukan anak tunggal. Gue anak kedua dari dua bersaudara. Abang gue, Almarino Keenan Malaika atau lebih sering dipanggil Rino dia lagi kuliah di Yogyakarta. Disana dia tinggal bareng Oma dari Bunda. Dia cuma pulang tiga bulan sekali, jadi gue kesepian di rumah. Tapi semenjak Daniel ada, gue jadi merasa punya teman lagi.

Kaya sekarang ini, gue sama dia lagi nonton Series Thailand yang judulnya Sotus S, season ke-2 dari Sotus the series. Awalnya dia gamau nonton, tapi setelah dipaksa akhirnya dia mau juga. Walau mulutnya dari tadi gak berhenti nyinyir.

"Yaampun P'arthit tuh terlalu gengsi, kalo sayang itu tunjukkin dong. Masa kongpop terus yang berjuang." Omel gue kesel.

"Yaelah Al, lo tuh ya. Kalo nonton drakor sambil nangis bombay sih gue masih nganggap wajar. Lah ini? Cowok sama cowok? Hell, lo heboh banget sih. Geli gue liatnya." Ucap Daniel sambil noyor kepala gue.

"Justru karena itu gue gemes, apa lagi kalo adegan romantis. OMEGAT DANIEL ITU ITU ITUUUUUUUU, YAAMPUN GEWLA GEWLA GUE BAPERRRRRRR." Jerit gue histeris sambil nunjuk ke arah laptop yang sedang menampilkan adegan sang pemeran utama yang sedang memeluk pasangannya untuk meminta maaf.

"Romantis ketek nenek lo! Apaan sih Al, udahan nontonnya! Film gay begini lo tonton, gue aduin Tante Marina juga lo!." Ancamnya.

"Ish, gak asik lo. Dasar tukang ngadu!" gerutu gue kesal, mau tidak mau mematikan tayangan yang sedang romantis-romantisnya.

"Lo juga, ngapain sih nonton gituan. Gak baik! atau jangan-jangan lo belok ya?" tanya Daniel, memandang gue curiga.

"Enak aja, gue masih normal ya. Jadi Fujoshi bukan berarti gue suka sesama jenis! Gue masih suka cowok 100%."

"Kalo gitu, siapa cowok yang lo suka?"

"HAH?" gue terkejut dengan pertanyaan mendadak itu.

"Lo bilang masih suka cowok, terus cowok yang lo suka siapa?"

"Kepo Lo! gue suka sama siapa itu bukan urusan lo!"

"Atau... Jangan-jangan lo suka sama gue lagi." Seringai jahil muncul di wajah Daniel seraya menaik-turunkan kedua alisnya.







Bugh







"Nazis pake Z!" Setelah melempar bantal ke wajah Daniel gue langsung lari ke Dapur.

"BANGKE YA KAMU!" teriak Daniel.

***

See You

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FLAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang