SMA Guntur Bangsa

19 2 0
                                    

Author point of view

"Ngga!"ucap Lily dan Vanno bersamaan. "Loh? Kenapa sih kalian ini? Bukannya bagus? Kalian bisa saling jaga satu sama—"

"Lily gamau!"

"Ogah!"

Lagi-lagi ucap mereka bersamaan. "Too late. Mama sama papa udah daftarin kamu dan besok hari pertama kamu sekolah!"ucap Rose, ibu mereka. Lily dan Vanno sama-sama memegang kepala mereka. Ini jelas sebuah musibah.

Keesokan paginya, Lily bangun dengan malas dan langsung bersiap untuk pergi ke sekolah barunya.

Keesokan paginya, Lily bangun dengan malas dan langsung bersiap untuk pergi ke sekolah barunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menyiapkan semuanya termasuk obat-obatannya lalu turun. "Pagi!"sapanya ceria. "Pagi, sayang!"ucap Robert, ayah Lily sambil meletakkan sandwich di atas piring Lily. "Mau upacara bendera lo?"ejek Vanno yang baru keluar dari kamarnya. Lily menghembuskan nafas berat, "Daripada lo pake sweater di cuaca kek gini panasnya. Hadeeehhh selera fashion lo jelek."balas Lily.

"Sudaaahhh! Mama sama papa gamau denger kalian ejek-ejekan terus."ucap Rose duduk. "Oh iya, papa sama mama harus dateng ke Bali buat ikut seminar temen mama sama papa. Kalian gapapa kan berdua aja di sini?"lanjut Rose sambil mengoleskan selai pada rotinya.

"Gapapa, mah. Cuman jangan salahin kita kalo ntar ada pertumpahan darah."ucap Vanno. "Lebay banget sih lo!"ucap Lily menendang kaki saudara kembarnya. "Sudah, sudah ayo kalian berangkat!"ucap Robert. Lily dan Vanno mencium tangan kedua orang tuanya lalu berangkat bersama menaiki mobil Lily.

"Hadeehhh mimpi apa gue semalem bisa satu sekolahan gini sama lo."ucap Vanno. "Eh buset. Emang gue semalu-maluin itu apa?"balas Lily. "Jangan malu-maluin gue ya, please banget. Jangan bikin image gue turun."goda Vanno. Lily tertawa sambil memukul pelan saudara kembarnya.

"Lo di kelas mana?"tanya Vanno. "Gue gatau. Lo temenin gue dulu ya nyari ruang guru dan semacamnya."ucap Lily. "Pasti."

Sesampai di SMA Guntur Bangsa, Vanno dengan setia mengantarkan saudara kembarnya untuk pergi ke ruang guru. "Ah! Ini Lily saudara kembarnya Vanno. Cantik ya!"ucap wali kelas baru Lily, bu Titi. "Iyalah bu Titi, mirip kan sama Vanno? Vanno mah ganteng."ucap Vanno. "Dih!"ucap Lily menyikut saudara kembarnya.

"Hahaha boleh deh, boleh. Lily ini nantinya akan sekelas sama kamu, Van. Nanti diarahkan aja ya."ucap bu Titi. "Kamu masuk kelas duluan aja, Lily biar sama saya."ucapnya. "Bye!"ucap Vanno meninggalkan Lily.

"Oke, nak Lily tolong isi biodatanya yah."ucap bu Titi memberikan sebuah kertas, Lily pun segera mengisinya.

***

"Ama siapa lo tadi ke sekolah?!"ucap Sarah, pacar Vanno. "Ama Lily."jawab Vanno enteng. "Oh jadi selingkuhan lo namanya Lily."ucap Sarah kesal. Vanno tak membalas Sarah dan hanya tertawa dengan keras. "Apaan sih? Emang ada yang lucu?!"bentak Sarah. "Elo lucu. Uuuhh lucu banget si cewek gue!"ucap Vanno sambil mencubit gemas kedua pipi Sarah.

Dengan kesal Sarah menepis tangannya cepat. "Tunggu sampek dia masuk ya, baru lo marah-marah."ucap Vanno senyum-senyum.

"Oke selamat pagi anak-anak semuanya! Hari ini kita kedatangan murid baru. Semoga kalian bisa berteman sama dia ya."ucap bu Titi sambil mengode Lily untuk masuk.

"Hai, saya Lily Rose Ananta. Biasa dipanggil Lily. Salam kenal ya."ucap Lily tersenyum. "Ananta? Lo kenal Givanno Robert Ananta dong!"tanya Boy. "Yah, sialnya dia saudara kembar gue."balas Lily. Seketika terdengar tepuk tangan dan suara kaget mengiringi kelas.

"Sau—saudara kembar?"tanya Sarah tak percaya. "Dah kan? Gajadi marah kan?"tanya Vanno sambil mengacak lembut rambut kekasihnya.

"Sudah, sudah! Ayo, Lily silahkan duduk."ucap bu Titi. Mata Lily memperhatikan seluruh ruangan dan ia memutuskan duduk di bangku paling belakang di pojok kelasnya.

"Oke, hari ini kita akan bahas—"

"Sorry bu saya telat!"ucap Rafa masuk ke kelas dan langsung duduk di samping Lily. "Hai!"sapanya lalu tidur di atas meja. "Haduuuhhhh, bisa-bisa saya darah tinggi makin lama ngajar di kelas ini."ucap bu Titi.

Krrriinngg!!

Bel istirahatpun berbunyi. Namun bagi, Rafa, itu adalah alarmnya untuk bangun dari tidur cantiknya. "Jangan lupa tiga hari lagi saya mau kalian kumpulkan tugas kelompoknya ya."ucap bu Titi. Lily segera mengangkat tanganku, "Tapi, bu saya belom dapat kelompok!"ucap Lily.

"Hmm, ah! Rafael, kamu juga belom dapat kelompok kan?"tanya bu Titi, Rafael yang setengah sadar dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Nah, Lily kamu akan satu kelompok dengan Rafael ya."ucap bu Titi lalu keluar.

"Eh, gimana kalo—" "Bye!"ucap Rafael pergi meninggalkan Lily. "Gue belom sleseh ngomong!"teriak Lily kesal.

"Hai, Lily!"sapa Sarah. "Umm, hai?"jawab Lily ragu-ragu. "Gue Sarah, ceweknya Vanno."ucapnya mengulurkan tangan. Lily tersenyum dan menjabat tangan Sarah, "Akhirnya dia dapet cewek yang bener dan cantik."ucap Lily menjabat tangan Sarah. "Haha ha ha. Lucu!"ucap Vanno melepas jabatan tangan mereka.

"Aku main basket dulu ya, sayang. Awas lo ngomong macem-macem!"ucap Vanno lalu pergi. "Jangan dengerin dia! Gue mau tau tentang Vanno! Semuanya!"ucap Sarah menggandeng Lily.

Mereka pergi ke kantin bersama lalu Lily menceritakan semuanya tentang Vanno. Hanya dengan cerita lucu saudaranya, Lily dan Sarah sudah menjadi teman akrab. Lily dan Sarah bertukar cerita tentang Vanno dan seketika, kantin dipenuhi kedua tawa mereka.

"Vanno ga pernah nyebut lo deh. Sebelumnya lo dimana?"tanya Sarah saat mereka berjalan-jalan bersama memutari sekolah. "Gue di New York. Ikut bokap gue. Trus waktu bokap gue pindah ke sini, ya gue ikut."ucap Lily. "Gila! Pasti lo seneng banget di sana!"ucap Sarah senang.

"Banyak liburnya sih cuman—"

"Awas!"

Lily menoleh dan melihat bola basket sudah mengarah ke wajahnya. Ia mengangkat tangannya berusaha menutup wajahnya namun ia tak merasakan apa-apa. Rafa sudah lebih dulu berada di depan Lily dan menangkap bola basketnya.

"Ati-ati bro kalo main!"ucap Rafa mengembalikan bola basketnya. "Elo... yang waktu itu di rumah sakit kan?"tanya Lily mencoba mengingat kemiripan Rafa dengan laki-laki yang ia temui di rumah sakit.

"Ah!"ucap Rafa menatap Lily lekat. "Lo cewek yang gue liat di jendela?"ucap Rafa. Ia mengulurkan tangannya, "Gue Rafael Ramadhan."ucapnya mengulurkan tangan.

"Lily Anan—"

"Bye, Raf!"ucap Sarah menarik tangan Lily. "Sarah apaan sih!"ucap Lily melepas tangan Sarah. "No, lo gaboleh kenal Rafa."ucap Sarah. "Kenapa?"tanya Lily. "Karena Giovanno Ananta gasuka sama gue."

Happily Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang