Fin

21 2 2
                                    

Author point of view

Rafa menatap gadis yang sedang memejamkan matanya di sampingnya. She looks so peaceful, gue ga tega bangunin dia, batin Rafa.

Mereka berdua akhirnya berduduk diam di sana menikmati pemandangan hinga satu persatu kawula muda pergi. "Raf..."panggil Lily membuka matanya. "Gue mau pulang."ucapnya mengusap matanya. Rafael tersenyum lalu membantu Lily berdiri.

Lily melihat jam tangannya lalu melepas jaket milik Rafael. "Kok dibuka jaketnya, sayang?"tanya Rafael. Lily menunjuk jam tangannya, "Udah jam satu. Kita udah bukan pacaran."ucapnya. Rafa diam namun akhirnya tersenyum, "Akhirnya udah sleseh. Gue mau jahatin lo daritadi."ucap Rafa.

"Lo ga ikhlas banget ngabisin seharian ma gue?"tanya Lily. "Haha ngga lah! Gue capek tau daritadi!"goda Rafael. Lily tersenyum tipis, "Maaf deh."ucap Lily.

Sesampai di rumah Lily, tanpa mengucapkan selamat tinggal, Lily turun dari mobil. "Hey!"panggil Rafa membuat langkahnya terhenti. "Lo gamau say goodbye gitu?"tanya Rafa. Lily menghembuskan nafasnya berat, "Gue benci goodbye, but... bye, Rafael Pahlevi."ucap Lily lalu masuk ke dalam rumahnya. Rafa tersenyum lalu berjalan mencari taksi menuju rumahnya.

Lily bersandar di pintu rumahnya. Ia memegang jantungnya erat. "Arrgghh.."ucapnya lirih. Ia menahan sakitnya hingga terjatuh. Vanno mendengar sesuatu dan keluar dari kamarnya. Ia yang tadinya setengah sadar menjadi sangat sadar ketika melihat adiknya kesakitan di pintu rumahnya.

Ia berlari menuju adiknya dan memeluk adiknya. "Lily? Lily lo kenapa?!"tanya Vanno. "Sa....kit.... Van..... sakit..."ucap Lily meringkih kesakitan. "Kita ke rumah sakit ya?"ajak Vanno namun Lily menggeleng.

"Gi...mana... sidangnya... tadi?"tanya Lily. "Semua jalan kayak yang lo mau, Lil. Nyokap bokap gajadi cerai."balas Vanno menangis sambil tersenyum. Wajah Lily kini tersenyum, "Lo... mau ga... nya...nyiin lagu.... kesukaan... gue?"tanya Lily terbatuk hingga mengeluarkan darah. Vanno menangis lalu mengangguk.

I remember tears streaming down your face
When I said, "I'll never let you go."
When all those shadows almost killed your light
I remember you said, "Don't leave me here alone,"
But all that's dead and gone and passed tonight

Just close your eyes
The sun is going down
You'll be alright
No one can hurt you now
Come morning light
You and I'll be safe and sound

Lily tersenyum, ia menghapus air mata Vanno dan semakin melemas hingga ia meninggal dunia. Vanno menangis deras sambil memeluk saudara kembarnya yang perlahan kaku. Tangisnya membuat kedua orang tuanya terbangun dan kini, rumahnya dikelilingi suasana duka.

Rumah Lily dikelilingi orang yang ia kenal maupun tidak semasa hidupnya. Semuanya mengenakan pakaian hitam, warna kesukaan Lily. Foto wajah ceria Lily diletakkan disamping petinya. Vanno tak henti-hentinya menatap wajah adiknya yang pucat namun dalam keadaan tersenyum.

Kedua orang tua Lily begitu terpukul tapi mereka mencoba tegar demi putra mereka Vanno.

Di tengah suasana duka, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi berhenti mendadak di depan rumah duka. Rafa berlari masuk dan tak mempercayai matanya sendiri. Ia melihat gadis yang baru saja menjadi pacarnya untuk sehari terbujur kaku dalam sebuah peti.

Kakinya melemas, kakinya tak mampu menopang tubuhnya. Ia hampir jatuh dan Vanno menangkap sahabatnya. Vanno membawa Rafa masuk ke dalam kamarnya dan memberikan teh. "Gue... gue yang terakhir liat dia..."ucap Rafa tak percaya.

"Pas lo anterin dia semalem... dia kesakitan, Raf...."ucap Vanno kembali menangis. "Dia gamau dibawa ke rumah sakit... dia tau dia bakal ninggalin dunia ini.."lanjut Vanno. Kini berganti Rafa yang meneteskan air matanya. Ia memegang kepalanya kuat seakan masih mencoba memahami semuanya.

"Tunggu, kakak gue bilang operasinya lancar kok! Kenapa dia bisa kayak gini sih?!"ucap Rafa marah.

"Pergiiii dari siniii!!"

Vanno tak pernah mendengar ibunya berteriak. Begitu ia mendengar suara ibunya, ia dan Rafael keluar dan melihat ibu Vanno dipenuhi emosi. Vanno melihat seorang gadis, Areta dan ibunya, yaitu bu Nada. "Gara-gara kamu anak saya mati! Pergi kamu dari sini!!"teriak Rose.

Vanno mencoba membawa bu Nada dan Areta keluar dari rumah dan papanya memenangkan ibunya.

"Maafin ibu saya, bu. Kehilangan Lily emang susah karena orang tua saya sangat sayang sama Lily."ucap Vanno. "Iya, nak. Ibu juga pasti akan melakukan hal yang sama kalau kehilangan seorang anak."ucap bu Nada.

"Kenalkan ini Areta, anak saya yang mendapat donor jantung dari nak Lily."ucap bu Nada.

Seketika Vanno dan Rafael membeku mendengar perkataan bu Nada. "Hah? Donor jantung? Donor apa bu?"tanya Vanno.

"Nak Lily menolak pemberian sumsum tulang belakang anak saya dan malah meminta bertukar jantung. Nak Lily bilang ia tak akan sembuh ketika mendapat sumsum tulang belakang anak saya dan malah memberikan anak saya harapan untuk hidup."ucap bu Nada menangis.

Kini perasaan Vanno berkecamuk dalam hatinya. Ia stress, ia kembali menggila. "Kalau begitu saya permisi dulu ya, nak."ucap bu Nada pergi dengan Areta.

"Adek gue... bego banget sih, Raf?"ucap Vanno kini meneteskan air matanya. Rafa memeluk Vanno erat dan membiarkan Vanno membasahi bajunya.

>>>

"Hai!"

Vanno kaget saat melihat wajah adiknya muncul di layar laptopnya saat ia mengklik sebuah folder bernama Lily.

Kalo lo liat ini, berarti gue gaada lagi di samping lo, Van. Oh iya, Van! Gue mau kasih tau lo rahasia nih, terserah lo sih mau nyebarin apa ngga, tapi gue perlu banget ngomongin ini!

Gue ga ngejalani operasi sumsum tulang belakang tapi transplantasi jantung buat cewek namanya Areta. Tenang, gue ngelakuin ini semua ada alesannya kok.

Kondisi gue makin parah, Van. Mungkin lo gatau, tapi gue tau itu. Malem sebelum operasi gue nanya ke dokter Afran apa gue bisa sembuh abis dapet sumsum Areta tapi dokter Afran gabisa jawab gue. Maka malem itu, gue minta tolong ke dia buat ngasih jantung gue ke Areta.

Daripada gue harus kehilangan dua nyawa sekaligus, mending satu aja kan yang ilang? Dont be mad at me, karena gue tau lo gabisa marah ke gue.

Van... apapun hasil sidang nanti, lo perlu tau satu hal. Gue bakal selalu ada buat lo dan... BALIKAN SAMA SARAH! OKE?! Hehe... selain itu, please jangan siksa diri lo lagi. Gue gaakan maafin lo kalo lo kek gitu lagi.

Lily terlihat tersenyum sebelum ia mengakhiri videonya.

"I'll see you on the other side. I love you so much, Vanno."

Vanno meneteskan air matanya dan memeluk laptopnya erat. Tak bisa ia pungkiri, ia begitu merindukan adiknya. Bahkan semua orang... merindukan sosok Lily Rose Ananta yang sudah pergi setahun lamanya.

Happily Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang