Pupuh I

622 13 0
                                    

Pada tahun 1387 Masehi, banyak pedagang-pedagang dari Gujarat, India, dan dari tanah Arab memasuki pulau Jawa. Mereka bermukim di wilayah-wilayah Majapahit, ada juga yang sampai memasuki Kota Raja dalam perdagangan mereka. Kala itu, di pulau Jawa terjadi gejolak karena Kedaton Majapahit terlibat perang saudara yang bernama 'Paregreg' dari tahun 1404 - 1406 Masehi antara Kedaton Kulon dan Kedaton Wetan. Kedaton Kulon dipimpin oleh Bhatara Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana, dan Kedaton Wetan dipimpin Bhre Wirabhumi II Sri Bhatara Aji Rajanatha, putra kandung Prabu Hayam Wuruk dari selir (bini haji).

Perang Paregreg Agung ini berakhir dengan kemenangan Kedaton Kulon, dimana akhirnya Bhre Wirabhumi II Aji Rajanatha berhasil dikalahkan. Namun, hal itu malah membuat lemah keadaan Majapahit karena banyaknya daerah-daerah bawahan yang melepaskan diri dan memerdekakan diri dari kekuasaan Majapahit.

Dan di pesisir Utara Pulau Jawa, makin berkembangnya agama Rasul, Islam, yang dibawa oleh para Wali dan Syeikh. Banyak juga para penganut kepercayaan agama baru ini, dan semakin mengukuhkan kedudukan mereka di Tanah Jawa ini.

Sesudah Prabu Wikramawardhana wafat tahun 1416 Masehi, wafat pula Rani Kusumawardhani pada tahun 1429 Masehi. Setelah kedua pasangan ini wafat, tahun 1429 Masehi Bhatara Parameswara Aji Ratnapangkaja naik tahta di Majapahit. Ia wafat tahun 1437 Masehi, dan digantikan oleh isterinya Prabhustri Dyah Suhita sebagai Ratu Majapahit ketiga dalam Sejarah Kerajaan Majapahit pada tahun 1437 Masehi. Sebelumnya ada dua Ratu yang memerintah di Majapahit, yaitu Tribhuana Tunggadewi, dan kemudian cucu sekaligus anak dari Hayam Wuruk Kusumawardhani.

Setelah Sri Suhita wafat tahun 1447 Masehi, adik bungsunya naik tahta di Majapahit. Ia bernama Wijaya Parakramawardhana Dyah Kertawijaya. Ia adalah salah satu raja besar di Majapahit, prasasti terkenalnya bernama Prasasti Waringin Pitu, yang memuat semua nama keluarga kerajaan beserta kedaton-kedaton tempat mereka memerintah.

Dyah Kertawijaya memiliki tiga orang putra, yang sulung bernama Rajasawardhana Dyah Wijayakumara Sang Sinagara, kedua Girishawardhana Dyah Suryawikrama, dan yang bungsu Singawikramawardhana Dyah Suraprabhawa. Setelah Kertawijaya wafat tahun 1451 Maehi, ia digantikan oleh putranya yang sulung, Rajasawardhana Dyah Wijayakumara Sang Sinagara. Ia memerintah sampai tahun 1453 Masehi.

3 tahun telah terjadi kekosongan kekuasaan di Majapahit karena pertikaian putra sulung Rajasawardhana, Dyah Samarawijaya, dengan paman sekaligus mertuanya, Girishawardhana Dyah Suryawikrama. Akhirnya, tahun 1466 Masehi Girishawardhana tampil diatas tahta kerajaan menjadi raja Majapahit. Ia bergelar 'Bhatara Hyang Purwawisesa'. Setelah Girishawardhana Dyah Suryawikrama wafat tahun , Bhre Tumapel IV & Bhre Pandan Salas III Dyah Suraprabhawa ternyata berambisi juga menjadi raja. Ia naik tahta Majapahit tahun 1466 Masehi setelah sebelumnya bersitegang dengan putra sulung Rajasawardhana, Dyah Samarawijaya.

Melihat bahwa paman-pamannya telah berhasil menguasai tahta yang merupakan hak mereka, Bhre Kahuripan VII Dyah Samarawijaya, Bhre Mataram V Dyah Wijayakarana, Bhre Pamotan III Dyah Wijayakusuma, dan yang bungsu Bhre Kêrtabhûmi meninggalkan kedaton Majapahit dan menyingkir ke Jinggan (antara Surabaya dan Mojokerto), mereka datang kesana menyusun kekuatan untuk merebut tahta Majapahit dari paman mereka.

Terjadilah pertempuran antara anak-anak Sang Sinagara melawan Majapahit yang diperintah Dyah Suraprabhawa. Dyah Suraprabhawa berhasil dibunuh oleh anak-anak Sang Sinagara didalam kedaton Majapahit. Namun naas bagi nasib Dyah Samarawijaya untuk menjadi raja Majapahit, ia justru wafat dalam pertempuran tersebut. Akhirnya, adik bungsu mereka, Raden Kêrtabhûmi, ditabalkan menjadi raja Majapahit. Dialah yang disebut ' Prabu Brawijaya' atau 'Brawijaya V pamungkas'.

Prabu DewatanegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang