Betapa tak keren cara mereka membahagiakanku.
Apa kau akan bahagia jika dijebak oleh keluargamu sendiri dalam pernikahan yang membuatmu frustasi ?
A/N : Mencoba genre baru. Semoga kalian suka 🙏
Kalian percaya mitos ? Mitos tentang Dewa berwujud bayi kecil dengan popok, melayang menyandang busur dan menembakkan panah cinta pada kedua insan yang malang ? Cupid pasti sibuk sekali, pikirku sinis. Sebelum orang tuaku berubah menjadi Cupid Diktator, bagiku hari itu sudah sangat payah !
Bukan kali pertama ibuku dan Lisa merenovasi wajah dan penampilanku. Tapi aku berani bertaruh kalau mulai dari sekarang, hari-hari ku akan seperti penyiksaan.
Aku duduk di meja rias kakakku. Ibu dan Lisa mengelilingiku dengan berbagai alat make up di tangan mereka. Menyambar segala macam yang ada di meja dan melukis di wajahku.
Jangan kalian kira aku tak melawan. Sejak pagi aku sudah mengunci kamar. Dan saat kamarku dibuka dengan paksa (ibu mempunyai kunci cadangan kamarku) aku langsung melempari mereka dengan bantal,guling atau apapun yang bisa kulemparkan.
Tapi ini tidak adil. Dua lawan satu, jelas aku kalah. Bukan berarti aku lemah, tapi aku tak mungkin kan membanting ibuku dan Lisa. Walau aku benci setengah mati saat mereka seperti ini, tapi aku menyayangi mereka.
Ibu menatapku dengan terharu. Lisa bahkan berbinar-binar saat melihat hasil karyanya. Aku berani taruhan, aku pasti seperti badut tontonan !
"Kalian sudah menyihirku. Aku rasa kalian tidak mungkinakan menyuruhku memakai high heels kan ?" Aku mendelik.
"Tidak. Tenang saja." Ibu menyodorkan Flat shoes warna hitam padaku. Yang kuterima dengan setengah hati. Apapunlah, asal bukan high heels.
"Dan bajuku, aku tidak mau memakai pakaian mengerikan seperti yang kemaren itu," Tuntutku.
"Tenang, Non. Nih !" Lisa mengeluarkan dress warna hitam yang panjangnya selutut dengan pita putih melingkari bagian perutnya. Well, cukup sederhana, pikirku.
"Oke," aku setuju.
---------
Aku merasa kalau kesialanku hari ini tak mungkin lebih parah lagi kan ? Maksudku, aku sudah menahan emosiku, mengingat bagaimana aku dipaksa kemari dan wajahku dirombak.
Aku duduk dengan kaku sambil memasang wajah datar.
"Rachel, hari ini kamu cantik sekali." Paman Lawrence memberiku tepukan dibahu.
" Duh, aku tak sabar menjadikannya sebagai anakku !" Pekik bibi Lawrence yang dihadiahi sikutan oleh suaminya.
Aku hampir mendengus, anak apaan ?
"Kali ini aku harap Rachel bisa terus bersama kita. Kita tak ingin kehilangannya lagi. Anak kami akan datang sebentar lagi." Dia tersenyum lembut padaku.
Aku hanya mengangguk menahan kesal. Apa mereka tidak tahu, aku rela menunda pergi ke pantai dengan Dany karena mereka !
Dan aku jadi bertanya-tanya siapa anak keluarga Lawrence itu. Kenapa mereka bersikeras mempertemukan kami sih ?
"Maaf aku terlambat," seorang pria memasuki pintu lalu menutupnya. Oh ? Apa ini putranya ?
"Ah! Akhirnya kamu datang juga." Bibi langsung merangkul ( kayaknya sih) putranya. Dan menggiringnya untuk duduk di depanku.