Pernahkah kau berfikir kalau hidupmu sudah berakhir ? Menenggelamkan dirimu dan meloncat dari atap mungkin terlintas dibenakmu. Bertanya-tanya bagaimana rasanya kematian itu, apakah lebih cepat daripada tidur ?
Aku ingin tahu.
__________
Aku terbangun dan mendapati diriku terbaring di samping Dany yang sedang menatapku. Lengannya menjadi bantalku.
"Pagi," katanya ceria. Tatapan matanya penuh kekhawatiran.
"Pagi," kataku serak.
"Bangunlah,Putri Tidur. Biarkan pelayanmu ini memasak."
"Iya, aku bangun." Aku beringsut menjauh dan merenggangkan badan. Tidurku tanpa mimpi dan nyenyak sekali. Sudah lama aku tidak tidur dengannya. Maksudku, saat kecil kita terbiasa berbagi kamar, tapi semenjak SMP sudah tidak lagi.
"Makasih, aku tidur tanpa mimpi."
Dia tersenyum. "Wajahmu damai sekali."
"Benarkah ?" Aku terkejut. Dengan semua hal yang ku alami dan fakta bahwa aku dapat tidur sangat nyenyak, semakin membuatku berfikir Dany adalah obat. Dia menyembuhkanku, mengembalikan semangatku.
Dan mengingat bahwa aku juga tidur disini (walau kamarnya terpisah) saat aku menghindar dari acara makan malam yang berpotensi menjadi perjodohan (yang baru aku ketahui tadi malam) dan ketika aku hampir diculik, aku yakin seratus persen kalau Dany tercipta untuk mengisi hari-hariku. Serius, tanpa Dany aku tak tahu akan seperti apa.
" Mandilah dan segera turun untuk sarapan." Katanya beranjak dan merapikan bajunya yang tersingkap.
Untuk sesaat, aku lupa bahwa aku memiliki masalah yang membuatku depresi tingkat tinggi.
"Tidak," Aku meraih tangannya. "Aku tidak mau ke sekolah."
"Hah ?" Kebingungan terpeta diwajahnya.
"Ayo ke pantai. Ajak aku pergi sajauh mungkin." Suaraku bergetar.
Dia mengerutkan kening, kebingungan, "Baik." Katanya pada akhirnya. Tangannya menggenggam tanganku. "Bersiaplah," katanya lembut.
Aku tak menyangka. Dany bersedia membolos ? Dia tak pernah melakukannya. Tapi aku tak menyia-nyiakan hal ini.
"Kamu setuju ?"
"Ya," Dia menepuk pipiku. "Kamu benar-benar butuh pelampiasan. Kamu tampak mengerikan,"
Aku bahagia mendengarnya. Aku memberinya pelukan kilat lalu melangkah ke kamar mandi, membasuh tubuhku cepat dan memakai baju Dany yang pas lalu menyambar jaketnya. Sungguh, saat ini aku ingin bebas tanpa beban.
____________
" Menurutmu kita akan di skors ?" Tanyaku setengah berteriak mengatasi laju motornya.
"Ya. Dan jika itu terjadi, aku akan menyalahkanmu." Balasnya.
"Hey ! Dimana jiwa kesatriamu ?" Aku tidak terima.
"Aku sedang menjalankan tugas, membawamu pergi, itulah sikap kesatriaku."
Aku terkikik.
Dany membawaku menembus jalan tol dengan motornya. Aku merasakan angin dan semua beban dihatiku terkikis.
Dia mempercepat laju motornya, seolah dirinya sedang kerasukan Rossi.
***
"AKU BENAR-BENAR MEMBENCI KALIAN !!! KENAPA KALIAN MELAKUKANNYA !! DASAR TAK BERPERASAAN !! AKU TAK AKAN PERNAH MEMAAFKAN KALIAN !!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry ? Are You Kidding ?
Teen FictionBetapa tak keren cara mereka membahagiakanku. Apa kau akan bahagia jika dijebak oleh keluargamu sendiri dalam pernikahan yang membuatmu frustasi ? A/N : Mencoba genre baru. Semoga kalian suka 🙏