"Ayah, tapi ini kan tentang sekolah..." Aku memasang wajah memelas."Tidak apa-apa. Biarkan Rachel pergi. Lagi pula, cepat atau lambat pasti mereka bertemu," Tn. Lawrance tersenyum jahil.
"Oke. Pergilah," kata ayah akhirnya. Aku berusaha tidak menjerit kegirangan.
"Ayah,Ibu, aku pergi dulu. Paman-bibi, maaf, tapi saya harus pergi. Senang bertemu kalian, " Aku buru-buru pergi.
"Siapa Danny?" Ku dengar seseorang bertanya ketika aku hampir mencapai pintu.
Aku sedang naik taksi. Senang sekali rasanya bisa terlepas dari mereka. Aku benci acara makan malam seperti itu. Bertemu keluarga kaya dan pembicaraan tentang bisnis. Pembicaraan seperti ; senang bertemu denganmu. Bagaimana makanannya ? Apa perlu menambah lauknya ? Bagaimana kalkunnya ? Mengapa bisa investasi ini membuatmu kesal ? Aku siap mengucurkan dana. Bagaimana jika main golf ? Putera anda baik sekali. Dia akan menjadi pewaris yang baik dan bla bla bla.
Aku sangat bosan. Apa tak ada topik lain? Ngomong-ngomong tentang bisnis. Danny tak tertarik dengan bisnis. Cita-citanya adalah menjadi dokter atau peneliti seperti ibunya. Mengingat otaknya yang luar biasa itu, pasti tak akan sulit untuknya.
Aku mengeluarkan ponsel. Kukirim pesan singkat padanya.
'Aku terbang kesana meninggalkan segalanya. Kamu harus tanggung jawab. Oke ?'
Aku mendapat balasan.
'Dasar gila ! Cepat kemari, aku membuat pasta. Kalau dalam limabelas menit belum sampai, akan aku habiskan'
Aku mendengus geli. Kemudian melihat keindahan yang disuguhkan oleh malam. Langit malam ini cerah sekali.
***
"Nah, begitulah ceritanya," Aku menyuapkan pasta terakhir ke dalam mulutku. Aku menceritakan kronologi bagaimana aku memakai baju dan riasan tebal serta pertemuan makan malam tadi.
" Kenapa tak makan malam disana saja, sih ? Pastaku jadi habis kan." Responnya sambil menopang dagu.
"Hei ! Aku ini lapar setengah mati ! Lagipula pastamu tidak enak kok, aku hanya makan sedikit. Dan kenapa kamu tidak menghiburku ? Aku sedang kesal tahu !"
Dany mendengus. "Iya deh. Sabar ya, mungkin keluarga Lawrence itu saudara jauh yang baru bisa mengajak bertemu saat ini. Puas ?"
Tak menghibur sebenarnya, tapi tak apalah. Aku mengangguk.
" Dan ngomong-ngomong, kamu bilang apa tadi ? Pastaku tidak enak ? Kalau begitu muntahkan lagi semuanya !"
Apa dia gila ?
"Enak kok, tapi enak buatan ibumu..." aku memberinya senyuman manis (oke, bukan manis, pahit kurasa). Dia mendengus dan mencibir.
"Eh, ayahmu kemana ?" Tanyaku seraya mencuci piring dan gelas bekas pasta.
"Ayah sedang ada kasus."
" Padahal ini malam sabtu. Seharusnya dia bisa istirahat. Apa pulangnya selalu larut malam ?"
"Kadang-kadang," Katanya membolak-balik buku.
"Di meja makan kenapa membawa buku ?"
"Lebih baik memandang buku daripada mendengarmu berbicara."
Wah ! Manis sekali sahabatku ini, pikirku sinis.
" Jadi bagaimana ? Jadi membantuku mengerjakan sastra ?"
"Tentu saja."
________
Harusnya aku tahu dan berfikir ribuan kali sebelum membantu Dany. Harusnya aku tahu kalau akan seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/115588514-288-k569456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry ? Are You Kidding ?
Roman pour AdolescentsBetapa tak keren cara mereka membahagiakanku. Apa kau akan bahagia jika dijebak oleh keluargamu sendiri dalam pernikahan yang membuatmu frustasi ? A/N : Mencoba genre baru. Semoga kalian suka 🙏