Kadang hidup bisa selucu ini yak!
Dan kadang takdir bisa serumit dari yang kita bayangkan.•\\\•
Hari Minggu adalah hari dimana kita bisa menghabiskan waktu seharian di rumah, bersenang-senang, bermalas-malasan, dan YouTube-an.Ya, sekiranya itu ekspetasiku yang tidak pernah terwujud.
Tolong garis bawahi tidak pernah terwujud!
Aku adalah anak ke tiga dari empat bersaudara. Mempunyai dua kakak dan satu adik laki-laki—walaupun sulit untuk diakui—.
Minggu yang seharusnya menjadi hari berhargaku direnggut paksa oleh mereka.
Yap direnggut!
Setiap Minggu aku harus menuruti permintaan mereka layaknya seperti boss. Jika saja kedua orang tuaku saat ini ada di rumah, pasti disini aku yang menjadi tuan putrinya, bukan mereka!
Kakakku yang pertama, kuliah tampang SMA—wajar sih, baru lulus SMA tahun kemarin—. Namanya Louis Radeon Adler. Sering dipanggil Deon sama temen-temennya, katanya sih Louis terlalu bagus buat dijadiin nama panggilan. Hahaha, sumpah aku ketawa tanpa dosa saat tau itu.
Yang kedua, Rafael Nick Adler. Dia bad boy tapi pinter—sebenernya lebih pinteran aku—, tapi yang jelas dia pernah bilang, "nakal boleh, bego jangan. Lo nakal plus bego kelar hidup lo". Nyebelin emang orangnya.
Terakhir, adek yang durhakanya nauzubillah... Dia Raka Zidane Adler. Manusia yang tidak jauh berbeda dengan spesies diatas—bad boy—, yang membedakan hanyalah dia mempunyai satu gen lain, yaitu playboy.
Kalo ada yang mau, bungkus aja. Aku sebagai kakaknya ikhlas dunia akhirat...
"Reaaa!!!"
Panggilan dengan nada berteriak itu membuatku yang tengah menulis di buku diary terlonjak kaget. Aku langsung menghembuskan nafasku kasar.
Apa tidak bisa memanggil dengan baik-baik? Batinku masih berseteru dengan diiringi komat-kamit mulutku.
Aku menutup buku diary itu dan langsung menaruhnya ditempat biasa. Kemudian tanpa menunggu lagi aba-aba darinya, aku langsung menuruni tangga dan menghampiri seseorang yang memanggilku. Terlihat dengan jelas seseorang itu tengah bermain play station atau yang kerap dikenal dengan sebutan ps.
"Iya, apaan?" Tanyaku dengan nada malas yang bagaikan angin lewat, tak dihiraukan sama sekali.
"Bang Rafa niat gak sih manggil Rea?" Entah kenapa dengan diriku, rasanya aku ingin minggat rumah saja daripada lama-lama disini.
"Beliin gue martabak didepan gapura. Noh duitnya diatas meja" ucapnya tanpa menengok sedikitpun kearah lawan bicara, mungkin karena terlalu fokus dengan game nya.
"Males ah, gapura jauh. Bang Rafa beli sendiri aja, Rea lagi gak mood" balasku yang langsung tiduran di sofa untuk berpura-pura tidur.
Siapa tau bang Rafa amnesia seketika karena main ps, batinku yang masih berkutat.
"Cepet, sebelum gue seret lo keluar rumah" sontak mataku terbuka lebar dan langsung menatap tajam kearah Rafa, abangnya.
Perlu diingatkan, bahwa seorang Rafael Nick Adler tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Berbeda dengan Raka Zidane Adler yang suka memberi harapan palsu ke orang lain—khususnya kepada perempuan—.
"Satu Silver Queen, Deal?" "Gak!" Jawabnya cepat.
"Bisa bangkrut gue beliin Lo cokelat mulu, yang dua rebuan aja" ucapan itu membuatku seketika shock.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCO BANANAS
Teen FictionKatanya, kebetulan adalah takdir yang disamarkan. Tapi bagiku, bertemu denganmu adalah takdir yang nyata. . Ceritaku dengan banyak drama! Namun, aku bahagia bertemu dengan mereka. Orang-orang yang tak pernah aku nanti sebelumnya dan tak pernah ku ha...