Suka lucu sendiri hehe.
•///•
Kali ini kelas ku sedang mengalami yang namanya Free Class. Dimana para murid bisa menghabiskan waktu sesuka hatinya tanpa harus memedulikan pelajaran.
Free Class kali ini nggak ada yang namanya tugas atau pun pr dari guru mata pelajaran. Itu membuat semua murid—tentunya aku juga—merasakan kebahagiaan yang hakiki.
"Nas, ikutan main ToD yuk" ajak Rara sambil menarik tanganku. "Udah basi kali Ra" komentarku yang melihatnya sangat antusias.
"Emang siapa aja yang ikutan?" tanyaku yang tidak tega melihatnya murung.
"Banyak Nas" ucapnya yang kembali ceria lagi.
Bisa ya gonta-ganti suasana dalam sekejap gitu?
"Buat kali ini aja" aku bangkit dari kursiku dan mengikutinya.
Satu dua tiga... Delapan orang. Kelas kami cuma ada 24 orang. Tadinya ada 26 orang, namun karena kondisi yang berbeda 2 orang itu memilih untuk pindah sekolah.
"Karena yang ikutan banyak, jadi kita mulai pake botol Tupperware Dhika" ucap Maudy selaku pemimpin dipermainan ini.
Dhika atau Mahardhika itu hanya mengelus dada ketika botolnya dijadikan sasaran. Seperti meratapi nasib botolnya.
Saat botol Tupperware diputar, banyak yang berkomat-kamit berharap botol itu tidak memilih dirinya. Berbeda dengan ku yang pasrah dengan takdir.
Dan botol itu akhirnya memilih....
"Dhika, botol Tupperware lo kayaknya jodoh banget sama lo" ucap Maudy memandang takjub.
Iya, botol itu milih Dhika. Seketika Dhika seketika ayan ditempat. Gak, kalimat terakhir itu bercanda.
"Jadi Dhika, Truth or dare?"
"Dare"
Seketika aku menyeringai ke arah Rara, dan dia seperti tak paham apa yang aku lakukan.
"Gua mau ngasih lu darenya Dhik" ucapku yang sedetik itu juga semuanya menatapku.
"Apaan Na?"
"Gue denger-denger, katanya lo suka sama sama seseorang ya dikelas ini? Bisakan lo utarain perasaan lo itu, demi botol Tupperware lo?" ucapku yang mengendikkan mata ke Dhika.
Bisa kalian tebak siapa seseorang yang aku maksud?
"Yang lain aja, yang lain"
"Ih, Dhika gak boleh... Lo tega sama emak lo yang udah beliin lo botol Tupperware?"
Nggak nyambung astaga
"Oke"
Seketika itu juga aku berbisik ke Rara, "Ra, siapin mental lu"
Dika maju dari posisi duduknya dan langsung duduk didepan Rara. "Ra, Lo udah tau kan mereka nyuruh apa ke gue?" tanya Dhika.
"Ya tau lah Dhika. Nanas tuh duduk disamping gue, dia ngomong sebegitu kencengnya lo pikir aja gue gak denger?" Rara menatap Dhika malas.
Setelah itu ada yang berceletuk, "Rara gak peka" dan sedetik kemudian Rara menyipitkan matanya, seolah berkata 'peduli apa lo'
"Jadi lo tau kan disini gua mau ngapain?" Rara hanya diam. Luar biasa. Bisa diam juga dia ternyata.
"Gue suka sama lo, Radella"
Suasana langsung ricuh seketika, ada yang menyemangati, ada yang baper, ada yang senang, dan ada juga yang patah hati. Mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCO BANANAS
Teen FictionKatanya, kebetulan adalah takdir yang disamarkan. Tapi bagiku, bertemu denganmu adalah takdir yang nyata. . Ceritaku dengan banyak drama! Namun, aku bahagia bertemu dengan mereka. Orang-orang yang tak pernah aku nanti sebelumnya dan tak pernah ku ha...